2(Club)

22 10 3
                                    

Keadaan kelas pun sangat ribut akan kedatangan kakak kelas yang datang untuk mempromosikan dan mengajak siswa baru untuk mengikuti ekstrakulikuler mereka yaitu Teater.

"Kalian bisa join sama club sekolah kita, disana kita akan belajar gimana caranya bersandiwara. Ada belajar mengatur suara, gestur tubuh, pelafalan dialog dan masih banyak lagi." Ucap cowok penampilan paling tidak rapih dengan lantang.

"Jadi siapa yang kira-kira mau gabung dalam teater ini??yang mau, tolong ke depan ya tulis nama kalian." Seru cewek kakak kelas berambut hitam keriting ikal.

Kelas terasa berisik, hanya beberapa orang yang maju.

Olin ternyata maju ke depan dan menuliskan nama di meja yang didampingin kakak kelas berambut ikal tadi.

Squad Abyss saling pandang memandang, berbagai ekspresi satu sama lain. Dan terpaku pada Alan yang masih bingung.

"Cewek gue ngapain ikut teater." Ujarnya pada diri sendiri sambil memandang kekasihnya itu.

Flat face detected to Olive, dan Hana.

"Cewek elu si Olin gila lan." Devan berbisik pada Alan dengan kesal.

Alan menggelengkan kepalanya.

"Wtf??!" Ringis Alea menepuk keningnya.

"Bego anjirr tu bocah." Bisik Cara ke belakang mejanya yaitu meja Alea dan Olin.

Delfin hanya menggeleng kepala.

"Kita ikut club ini aja yok?" Tanya Marvel pada Devan.

"Kaga, vel. Abyss bakal ikut club adventuring. Itu alay bangke." Jawab Devan kesal.

"Yaelah seru kali."

"Palalu seru!"

Olin terlihat sedikit lama menuliskan namanya, malah butuh penjelasan dari kakak kelasnya.

Sepertinya dia salah tulis nama.

Atau?

Mungkin tidak hafal namanya sendiri.

Ha-ha.

"Kok dia lama banget nulis namanya?" Tanya Reza pada Olive.

"I dont know, she always make trouble. Little thing. Biggest thing. And everything." Jawab Olive malas dan tanpa suara. Pandangannya hanya pada pulpen yang ia mainkan asal.

"Kita daftar juga yok?" Bisik Sophie tersenyum saat pandangan Abyss terarah banyak kepadanya.

"Bitch!!." Teriak Olive sampai semua orang yang ada dikelas ini menoleh ke arahnya.

Eh?.

"Pantainya bagus kan Le? Alea dengerin gueee.." Olive dengan sengaja menambahkan volume suaranya. Alea mengangguk dan keadaan menjadi normal.

Berisik.

Yang ditakutkan tiba.

Olin berdiri dari duduknya,berbalik sambil tersenyum. Abyss menunggu apa yang selanjutnya Olin katakan.

"Gue udah daftarin kalian."

Dia tersenyum.

Squad Abyss very shocked detected.

"Oke makasih, dan satu lagi yang tadi daftar dimohon untuk besok kumpul karna mau didata lagi."

_____________

"Tapi, kita semua kan dari sebelum SMA juga suka akting."

"Tapi beda sama di SMA lin."

"Setidaknya kita ada kemampuan disitu, jadi kita buktiin kalo kita juga bisa."

"Ah terserah lo. Yang jelas gua ga bakal kumpul besok buat club itu."

Devan keluar dari kamar itu.

Dan menutup pintu kamar Reza dengan kasar.

Olin sudah ingin menangis.

"WOY!!!!DEVAN BANGKE GANTIIN KALO RUSAK!!GAMAU TAU GUAA!!!" Teriak Reza walau yang ia yakini bahwa Devan tidak mendengar.

"Udah lin, kita-kita masih mau kok kalo emang bisa nyoba. Tapi salahkan elu kalo kita malah kek orang tolol disana." Tutur Alea memberi dorongan.

"Ya ya ya. Well, untuk saat ini gue berharap bisa matiin tu squad Vegas." Ujar Olive yang tiduran dikasur king size basecamp Abyss.

Olin masih sedih.

Marvel dan yang lainnya turut sedikit sedih melihat perlakuan Devan pada Olin sebelumnya yang sempat menyentak Olin.

Marvel berdiri, "ehm, biar gue yang bujuk Devan."

Olive, Hana, dan Alea mengangguk.

Abyss sedang tidak kumpul semua.

Karna ada kepentingannya masing-masing.

Hanya ada Alea, Olive, Hana,Olin, Reza, Marvel dan Devan.

"Hikss, hikss." Ternyata Olin memang benar menangis.

"Kenapa sih lin, udah cuek aja kali. Ya ampun, kan lu udah tau sifat Devan kek gimana." Jelas Olive.

Alea sedang mengetik sesuatu di laptopnya, "Ha-ah." Katanya.

"Udah lin jangan nangis nanti kaga cantik lagi itu muka." Reza berusaha menghibur walau pandangannya tetap ke gadgetnya. You know him.

"Hiks.. Hikss.. Mengapaaa slalu aku yang mengalaaaaahh.. Tak pernah kah kau berfikiiirr.. Sedikit tentang hatikuuuuu...hikss.hikss.hikss.hikss.."

Alea menoleh kearah Olin, "Astaga lin. Udahh ih."

Cklekk.

Semua mata terarah pada pintu yang tebuka.

Olin masih sesengukan.

"Dia mau kok ikutan teater itu."

Olin terkejut sambil tersenyum.

"Yes!!!"

Gdubrak.

"Yuuhuuw!!!"

Dugg.

"Yeayyyy!!!"

Kreekk.

"Yes!!Yes!!Yes!!!!"

Bukkk.

Itu apa??

Olin sedang jingkrak-jingkrak dan tidak memerhatikan jalan sehingga mendorong kasar meja kecilnya hingga terpental, menendang botol minuman dingin disebelahnya, dan menginjak papan ujiannya.

Reza tersenyum miris, itu papannya. Karna sekarang mereka berada dikamar tidurnya.

____________

Gadget Olive berbunyi. Devan menelepon.

"..."

"Paan van?"

"................"

"Yang bener?!! Oke kita kesana. Tunggu jan kemana-mana!!Lu pergi gua cipok!!!" Olive berteriak nyaring sekali sampai Alea dan yang lain memekik mendengar teriakannya.

Tutt tutt tutt.

Sambungan terputus.

"Kenapa??" Tanya Alea dan Olin hampir bersamaan.

"Iya kenapa ama Devan?"
Olive berdiri dan mengambil jaketnya.

"ALAN LAGI BERANTEM SAMA ANAK SQUAD VEGASS!!!CEPETAN AYOOOOK!!"

Little bit shocked detected.

Mereka semua berdiri dan berjalan sedikit berlari menyusul Olive.

____________

Tbc

ABYSS SQUADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang