11(Inceran Cewek)

16 4 1
                                        

Setelah acara peresmian ruang seni baru SMA San Berk, Squad Abyss mencari tempat tongkrongannya dan memilih untuk bersantai di Starbucks yang lumayan besar dan cukup menampung  seluruh curut-curut squad Abyss yang berjumlah 12 orang. Ralat, 12 curut.

Banyak kan?

Lusinan dong coy, kerenkan?

Sadap dah, udah kaya rencengan grosir.

Ya, selepas masing-masing memesan makan siang mereka, mereka langsung sibuk dengan dirinya sendiri.

Ada yang biasa dengan ponselnya.

Dengan laptopnya, ataupun dengan bukunya.

Cara sedari tadi tak henti tertawa menatap serius layar ponselnya.

Membuat Hana penasaran, "Lagi liat apaan sih lu? Bokep ya? Ampe cengar-cengir begitu?" tanyanya.

Cara langsung sensi menoleh ke arahnya dengan raut wajah masih terkekeh.

"Apaan sih! Noh curut yang langgangan bokep mah! Bukan gue!" serunya menunjuk Alan yang juga sibuk dengan ponselnya. Alan yang merasa ditunjuk mendongakkan wajahnya dan menampilkan wajah protesnya sementara Olin disebelahnya shocked melihat Alan disebelah.

Cara tertawa, Hana juga.

"Bener kata Cara lu suka nonton begituan?" Olin bertanya pada Alan yang gelagatnya gugup.

"Ehh, engga Lin, gue ga suka nonton bokep sueran!" jawabnya terbata-bata.

Bukan tersemen-semen.

Apalagi terbesi-besi.

Lumayan keras suara Alan membuat Reza, Marvel, Devan, juga Alea dan Olive yang reflek menoleh.

Laki-laki memang wajar bila disinggung tentang itu, tapi dua gadis ini pun merasa bahwa pembicaraan itu terdengar menarik. Mungkin.

"Weh..weh..weh? Lagi ngomongin apaan nih?" serbu Alea tertarik melihat Cara masih cekikikan bersama Hana.

Dasar tolol.

"Reza, Marvel, Olive, Devan jangan pada ketawa lu kampret!" seru Alan muram.

Reza dan Marvel langsung mengatupkan bibir mereka masing-masing sementara Olive dan Devan masih tertawa ngakak.

"Udah ih, gue cuma ngeliat fans gue ngetag gue di postingan dia yang kemarin fotbar ama gue di cafe kemarin." Cara terkekeh lucu.

"Eh gimana Live, jadi lu temuin tu squad Vegas?" Delfin ingat akan itu. Ditemani ice coffeenya tentu saja.

"Gua cukup waras dan gua ga mau dipegang-pegang lagi sama tu tua bangka seenaknya ama gue. Secara tidak langsung gue lagi mikirin waktu yang tepat." Tutur Olive menjelaskan.

Delfin tertawa.

"Eh iya terus gimana? Ayo cepetan kita ketemu sama Vegas." seru Devan yang baru connect dengan perbincangan.

"Tunggu waktu yang tepat kata Olive." Della memberitahu.

"Lu emang mau nunggu apaan? Nunggu ampe lebaran monyet? Lama bego! Udah mending besok kita janjian di tempat, baru derrr.. Kita bikin kesepakatan sama si tolol-tolol itu."

"Eh nyet! Ngomong aja lu berani gih ngomong depan mereka. Gimana kalo kita ribut? Bonyok lu juga ntar yang berurusan, sedangkan bonyok lu ae jarang dirumah kan?" Semprot Olive geram.

Devan hanya memanyunkan bibirnya.

"Devan bego." Alea tertawa.

"Diem lu setan." ancam Devan saat dirinya akan mengambil waffle madu dihadapannya. Matanya lumayan kesal.

"Eh dia mah waktu kita di kantin juga ga mau ngaku kalo dia yang ngelempar kaleng Colanya." Seru Reza yang senang selalu bila memojokan sobatnya Devan.

Yang lain tertawa.

"Yoi, gua hampir ngakak waktu Devan nunduk cuma main hape waktu si tengil kemaren triak nanya siapa yang ngelempar tu kaleng." Marvel terkekeh keras.

"Si tolol Devan mana mau ngaku, ampe Miper kawin sama Lee Min Ho juga kagak bakalan Devan ngaku." Neza menambahkan dengan senyum yang dibuat semanis-manisnya.

Jatuhnya mereka malah tertawa.

Sementara semua tertawa, pintu cafe terbuka menampakkan tiga gadis seumuran mereka berjalan masuk dan langkah mereka menuju ke arah meja squad Abyss.

Sedang yang lain berbincang-bincang, ternyata Alan sedari tadi ingin bicara pada Olin yang selalu mengacuhkannya.

"Apaan Lan?"

"Gue mau ngomong." mereka berbisik dan bertingkah sesantai mungkin agar tidak dicurigai yang lain.

Tiga gadis itu sampai dimeja Squad Abyss. Binar matanya mereka menandakan kegirangan.

"Nanti aja." Olin hanya menggigit bibir bawahnya sementara Alan mulai memerhatikan tiga gadis ini.

"Hi kakak-kakak." sapa satu gadis yang memakai tas berwarna Cream.

"Hi juga." sapa balik Olin, Charen, dan Delfin.

"Kak, kita-kita boleh minta fotbar sama kalian ga?" tanya gadis yang memakai tas berwarna Pink.

"Hah? Minta foto? Sejak kapan kita jadi punya penggemar gini?" tanya Alea bingung sambil muka shocked lucu pada sobat-sobatnya.

Beberapa terkekeh, ada yang mengendikan bahu.

"Sejak negara api menyerang."

"Sotoy." Devan menyela.

Olive mendongakkan kepalanya melihat tiga gadis di depannya. Ia merasa familiar dengan gadis yang hanya tersenyum penuh harap bertas Abu-abu untuk fotbar dengan squad Abyss. Apakah ia mengenal gadis ini? Tapi setelah ia pikir-pikir, ia menyerah. Ia tak ingat.

"Kalo mau foto yaudah, mau sama siapa?" tanya Olive basa-basi.

"Ka Devan."

Devan nyengir, eh yang lain pasang tampang enek.

"Kaga sama yang lain gitu?"

"Aku sukanya sama ka Devan, tapi bolehkan kita foto bareng-bareng sama squadnya kaka-kaka ini?"

"Up to u dah." cetus Olive melanjutkan tulisannya di ponsel.

"Woy! Kaga, lu kira gue cowok apaan? Eh kaga, maksud gue jangan sekarang karna gue.. Gue lagi taken ama cewek."

Beberapa mereka banyak cengo expression. Shocked banyak juga. Secara udah mutlak Devan jadi inceran cowok. Eh? Cewek maksudnya.

"Bohong."

"Ga percaya gue."

______________

Tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 08, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ABYSS SQUADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang