Story

490 25 0
                                    


Veranda POV


"Sayang... Sarapan dulu sini, Nanti pingsan loh di sekolah!" Teriak ku saat melihat anak bungsuku ini terburu buru menuruni tangga.

"Aduhh ma, ini udah telat banget." Jawabnya sambil sibuk menarik simpul tali sepatu nya dengan tergesa.

"Yaudah ini mama udah taruh tempat bekal kamu. Nih dibawa, Nal.." Ucap ku sambil memberikan tas jinjing berisi bekal.

"Iyaa ma iyaa. Aduh ketinggalan lagi! KAK YON! TOLONG AMBILIN PROPOSAL SAMA KUNCI MOBIL GUE DONG!!" Ucap Kinal sambil berteriak, karena jarak ke kamar kakak nya lumayan jauh.

"Nal, kamu jangan teriak teriak napa sih! Ini rumah, bukan hutan belantara!" Gerutu Devan sambil mengambil tas yang aku berikan.

"Nal, bisa gak sih manggil nya tuh pelan pelan, gak usah teriak gitu. Aku juga udah denger." Ucap Yona menggerutu saat sudah turun dan menghampiri Kinal.

"Aduhh iya iyaa.. udahh ahh sini! Aku berangkat duluan yaa.. Udah telat banget nihh, babaayy!!" Ucapnya sambil menyalami ku dan Devan lalu segera keluar apartment. Setelah pintu tertutup kembali, kami bertiga langsung menghela nafas sambil menggelengkan kepala.

"Duhh tuhh anak kenapa bisa gitu yaa? Kamu ngidam apa sih waktu hamil dia, Ve?" Tanya Devan.

"Kayaknya waktu itu aku kesel deh sama kamu gara-gara kamu nemplok sana sini! Jadi sifat dia kayak kamu deh!" Ketus ku sambil memanyunkan bibir nya.

"Loh kok aku? bukannya yang galak itu kamu yaa?" Tanya Devan lagi namun lebih pelan dari sebelumnya.

"Hehh kamu bilang apa tadi?" Tanya ku balik pura pura tidak mendengar omongannya.

"Aduhhh mama papa kalo mau berantem nanti aja dehh! Nanti aku telat ke kampus gimana? Ayoo berangkat sekarang, pa." Sela Yona menghentikan perdebatan kami berdua. Dia pun menarik tangan Devan untuk segera keluar. Namun sebelum benar benar keluar, Devan mencium bibirku sekilas. Aku pun tersenyum simpul.

Aku bahagia bisa memiliki keluarga kecil yang ramai dan saling menyayangi satu sama lain. Memang awalnya tidak mudah menjalani kehidupan berkeluarga, namun perlahan lahan aku pun bisa menyeimbanginya. Walaupun peran mama ku lebih banyak untuk mengajariku ini itu. Dari tidak bisa memasak, hingga sekarang masakan ku menjadi makanan favorite keluargaku bahkan dijadikan salah satu menu di cafe Devan yang sampai saat ini masih dan akan terus berdiri.

Usia pernikahan ku dan Devan memang sudah tidak muda lagi. Kami sudah memiliki 2 putri yang mulai beranjak dewasa. Viviyona Putri adalah anak pertama kami. Saat ini dia sudah memasuki semester 5 di salah satu Universitas di Jakarta. Dia anak yang baik, pintar, namun sepertinya sifat ku turun padanya, yaitu pendiam dan irit bicara. Devi Kinal Putri adalah anak kedua kami. Saat ini dia duduk di bangku SMA kelas 3. Kinal juga anak yang baik dan pintar, namun sifat kekanakan, boyish dan cuek nya yang membuatku repot, karena sifat Devan turun ke Kinal. Oh yaa untuk lebih jelasnya lagi, kedua putri ku masih sama sama menjomblo.

Baiklah, sepertinya segitu dulu aku menceritakan kehidupan keluarga ku yang sekarang. Karena aku harus berangkat ke cafe. Yaaa.. Devan memperbolehkan ku untuk mengurus cafe bersama Shania. Karena Devan dan Boby super sibuk, sehingga tidak bisa menghandle semuanya. bahkan pernah saat itu cafe hampir tutup. Namun Shania dengan cepat mengambil alih dan meminta bantuan ku.

"Selamat pagi bu."

"Pagi, Wa. Shania sudah datang?" Tanyaku pada salah satu karyawati disini.

"Sudah bu. Ibu Shania sudah menunggu di ruangan." Jawabnya sopan.

"Baiklah terima kasih, Wa. oh yaa, tolong bawakan Hazelnut Chocolate yaa seperti biasa."

Friendzone [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang