SL - BAB 9 (Rated)

18.5K 1K 23
                                    

Warning! Mature Content


Kabut gairah telah membutakannya. Keduanya. Bukan hanya Em tapi itu juga Will. Pria itu bahkan tak perlu bertanya dua kali pada Em. Will benar-benar hanya menginginkannya. Em bisa melihat kesungguhannya.

Em tak habis pikir, bagaimana dirinya bisa runtuh, bagaimana dirinya bisa melanggar batas, bagaimana dirinya berakhir di pelukan William Archer. Sekarang satu-satunya yang ingin ia lakukan adalah mewujudkan segala fantasi yang telah berusaha ia enyahkan—namun tak berhasil—menjadi kenyataan.

Will ada di hadapannya. Memintanya. Menginginkannya. Menyerahkan diri.

Em merasakan dirinya keluar dari cangkang kelam yang selama ini melindunginya sekaligus menjadi topengnya. Tiga belas tahun mengubah dirinya. Ia tak akan naif. Ia seorang wanita dewasa. Ia mempunyai kebutuhan seks. Ia juga mendamba Will. Ia menginginkannya hingga rasa berdetam menyebar ke seluruh kepalanya. Telinganya panas ketika mendengar kalimat penyerahan Will.

Will masih menatapnya. Membelai pipinya. Aroma bir menguar dari mulutnya. Napas panas menerpa kulitnya. Em terengah-engah.

"Kau yakin?" tanya Em. Ia bertekad, ini terakhir kalinya ia bertanya pada Will.

"Ya." Suara Will terdengar serak dan menggeram dari dalam tenggorokannya.

"Ikut aku." Em turun dari meja dapurnya. Menarik tangan Will. Meninggalkan dapur. Melewati ruang utama. Menuju lorong kamar Em. Langkahnya seperti meniti jembatan sempit tanpa pegangan. Em nyaris merasa goyah dan seolah membutuhkan waktu yang lama hanya untuk mencapai kamarnya.

Em menghembuskan napas sebelum semuanya dimulai. Ia membuka pintu dengan perlahan. Ia bisa mendengar napas tercekat Will ketika Em membiarkannya memasuki wilayahnya.

Kamar Em sangat sederhana. Tak banyak perabot, namun bersih. Hanya ranjang ukuran dobel, sebuah sofa sintetis sederhana, sebuah nakas dengan lampu kamar, dan sebuah lemari ukuran sedang dua pintu dengan cermin lebar di setiap pintunya. Cahaya sore yang tak seberapa masuk menembus tirai yang ditutup rapat. Em melihat pantulan mereka di cermin tersebut. Will telanjang dada dengan pahatan tubuh terindah. Tangan besarnya menggapai Em seperti seorang yang tersesat. Em melihat dirinya sendiri dengan raut dingin membekukan. Bahkan melihat pantulannya sendiri, Em merasa terintimidasi.

Em melepaskan tangan Will. Berbalik, mendapati Will yang menilai tempat asing itu. Em berjalan melalui Will untuk menutup pintu di belakangnya.

"Kupikir kita hanya berdua di rumahmu," kata Will.

Em tersenyum tipis. Dirinya sendiri merasa bergidik ketika otot-ototnya bergerak. "Aku menyukai sedikitnya ruang yang membatasi kita."

Will menyeringai sambil meletakkan kedua tangan di pinggangnya. Membiarkan Em menikmati pemandangan, mungkin. "Aku juga menyukainya."

Em berjalan kembali memutari Will. Laki-laki itu menghirup dirinya seperti serigala pelacak. Namun dalam hati Em bertekad kuat, lihat saja siapa yang memangsa. Em melepaskan kaos longgarnya dan melempar sembarangan. Melepaskan celananya dan menendangnya tanpa arah. Menyisakan tubuh kecilnya yang mengenakan bra dan celana dalam saja. Bagaimana pun, ia percaya diri meski tubuhnya tak memiliki fisik menonjol.

Will tercekat. Ia menelusuri bentuk tubuh Em dengan mata birunya sambil menelan ludah susah payah. Bibirnya terbuka indah. Matanya berkabut menggairahkan. Em bisa melihat laki-laki itu bergerak gelisah dengan celana jins yang masih menyiksanya. "Kau indah," gumam Will.

"Kau akan mengikuti permainanku."

"Aku akan menyukai permainanmu," kata Will serak. Ia masih belum berpaling dari tubuh Em.

Surrender of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang