Warning! Mature Content
Empat hari yang dikira Em akan terasa mengerikan terlewati begitu saja. Empat hari yang mengesankan. Empat hari yang mengubah segalanya. Empat hari yang mewakili seluruh kebutuhan seksualnya selama tiga belas tahun. Empat hari yang tak pernah Em duga akan terjadi dalam hidupnya.
Tadinya Em yakin bahwa ia tak akan bisa berjalan setelah seks habis-habisan yang dilakukan bersama partner seks barunya, Will. Namun pria itu juga lah yang membopongnya memasuki Prius warna gelap untuk ke sekian kalinya, memaksanya untuk menjemput Ryan bersama.
Rasanya aneh berpergian setelah empat hari terjebak di ranjang bersama seorang pria.
Pikiran Em kembali tertambat ketika tangan kekar itu meraih tangan bebasnya. Em menatap Will sejenak. Pria itu sedang serius menyetir. Em tidak repot-repot lagi mencuri pandang ke arah tubuh Will yang terasa sangat nikmat di bawahnya. Ia telah mengambil segalanya. Will telah menyerahkan diri pada Em.
Merasa diperhatikan, Will berpaling dari jalanan kepada Em. Ia itu tersenyum manis dan Em bersumpah sesuatu bergetar dalam dirinya ketika mendapati senyum itu. Selama empat hari ini, selama mereka terjebak di ranjang, ia tak pernah melihat Will tersenyum seperti itu. Em hanya ingat bagaimana Will memujanya, memohon padanya, mengerang, menggeram, mendesah, dan klimaks.
Sesuatu terjadi di antara mereka ketika berada di luar ranjang.
Ini tak benar.
"Kupikir Ryan berhasil dengan perkemahannya." Will memecah keheningan lebih dulu. Sesekali tangannya berpindah dari perseneling, lalu kembali lagi menggenggam tangan Em seolah tak ingin kehilangan. Bodohnya, Em tak berontak. "Dia pasti baik-baik saja di sana."
Em percaya Ryan baik-baik saja. Ia menyadari dalam beberapa waktu terakhir, ia tak terlalu khawatir pada putranya. Will telah mengalihkan perhatian. Sosok ibu macam apa yang teralihkan perhatiannya untuk mengkhawatirkan putranya?
"Em?"
Em mengangkat kembali kepalanya. Ia memproses sekitar, ternyata mereka hampir mendekati sekolah Ryan. Ada sesuatu dalam dirinya ketika terjebak di ruangan sempit bersama Will di detik-detik terakhir. Tentu saja, cepat atau lambat ini semua akan segera berakhir. Euforia empat hari penuh dengan seks akan menjadi pengalaman terbaiknya. Namun ia tak akan egois dengan menahan Will tetap bersama. Ia tak akan egois pada hasrat dalam dirinya untuk menarik Will kembali.
Will memarkir mobilnya di bagian parkir yang cukup jauh dari keramaian di mana siswa-siswi berhamburan turun dari bus sekolah. Em masih terpaku di posisinya. Ia menanti Ryan, namun kecemasannya tak kunjung terbit seperti biasanya. Yang paling ia cemaskan adalah detak jantungnya ketika mendapati ibu jari Will mengusap lembut telapak tangannya.
Sentuhan itu... Em bersumpah jika percikan gairah baru saja Will kirimkan lewat sebuah usapan.
Ia tak mengerti bagaimana tubuhnya benar-benar ingin menggagahi Will.
"Aku ingin menanyakan sesuatu." Will memulai lagi. Lelaki itu mencermati wajah Em. Memiringkan kepala. Meraih helai-helai nakal pada rambutnya dan merapikan ke belakang telinganya. Em benci ketika tak menyangkal benaknya bahwa hal itu begitu manis. "Apa yang akan terjadi pada kita?"
Em tak menjawab. Ia hanya menatap mata biru Will. Mata yang menelitinya. Mata itu masih saja memancarkan sorot penyerahan. Pria ini benar-benar telah tunduk padanya.
"Bicara padaku." Em mendengar sendu dalam suara Will.
"Tak ada."
Will mengerjap sekali. Bingung. "Kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrender of Love
عاطفيةSURRENDER SERIES #1 √ Completed √ ~ Tiga belas tahun bukanlah waktu yang singkat bagi Em untuk mengobati luka di hatinya. Susah payah ia bangkit, hingga akhirnya ia berjuang membangun kembali puing-puing kehidupannya. Namun semuanya berantakan sejak...