Halo Awan,
Apa kamu tidak menanyakan keberadaanku empat hari terakhir?
Pasti tidak, ya.
Kamu saja tidak tau kalau aku menulis semua ini, aku merasa konyol karena sampai berpikir kamu pernah memikirkanku biar cuma sekilas.
Awan,
Kamu ingat video yang dibuat Alka beberapa waktu yang lalu? Yang dia upload di instagram dan di grup LINE?
Rasanya aku pengen marah sama dia, udah, sih.
Aku baru sadar kalau yang dia upload di kedua sosmed itu adalah dua video yang berbeda.
Yang di instagram sepenuhnya dokumentasi proker (dan jalan-jalan tentunya) selama kita di sana, dan yang di LINE...
Dia menyelipkan beberapa foto yang bikin malu. Sebut saja satu foto Moza dengan Ina, gebetanya selama di sana. Kemudian empat, kalau tidak salah hitung, foto kita, entah yang memang berdua atau hasil crop dari foto lain, aku sih senang-senang saja. Tapi kamu?
Apa kamu menyadari semua itu?
Aku memang lambat karena baru menyadari itu setelah seminggu berlalu tapi gimana dengan kamu?
Kamu malah dengan cueknya bilang lebih baik menukar video itu dengan video yang kubuat dengan setengah hati untuk video desa. Nggak tau mesti sebel atau senang, serius.
Dan selamat datang kembali di kota menyebalkan ini, biarpun tempat tinggalmu di pinggiran atau mungkin sudah terhitung kabupaten lain. Tentu saja aku tau itu bukan dari kamu, tapi karena update-an pacarmu yang suka memakai instagram-mu seenaknya, membuatku mengira itu kamu padahal bukan biarpun mukamu terselip di salah satu snapgram yang dikirimnya.
Lucu, ya. Padahal sampai bulan lalu kita masih bisa ngomongin apa aja dengan gampang dan bebasnya, tapi lihat sekarang, kita seperti orang asing, biarpun menurutku memang seharusnya kita begini, tapi tetap aja...
Padahal kalau dipikir kita menghabiskan waktu bersama cuma kurang lebih 45 hari, tapi kenapa aku merasa begitu bergantung sama kamu?
Padahal waktu 45 hari itu nggak cukup untuk kita saling bertukar apa yang sudah kita lewati selama 21 tahun hidup kita.
Kalau kata salah satu komika di TV "Kontribusi lu di hidup gue apa njir?"
Kita berhak untuk mengatakan itu kepada satu sama lain karena pada dasarnya kita memang baru kenal.
Aku ingat temanku pernah bilang begini,
"Awan bilang kenapa Aria sok jaim, sih? Toh kita udah sama-sama tau luar dalam."
Tapi kemudian aku berpikir.
Seberapa jauh kamu kenal aku?
Seberapa jauh aku kenal kamu?
Bisa jadi kita tau ulang tahun, pacarmu dan orang yang kusuka sebelum kamu, makanan yang disuka dan nggak, warna favorit, hobi dan keluarga ktia pada dasarnya, tapi selebihnya kita tau apa?
Apa kamu tau kalau aku berbeda?
Apa kamu tau udah berapa kali aku hampir meninggalkan dunia ini sebelum ketemu kamu?
Apa kamu tau berapa kali aku harus berusaha bertahan untuk kalau tidak lebih kuat setidaknya aku tidak terlalu membebani kalian?
Apa kamu tau kalau mungkin waktuku bisa berhenti kapan aja tanpa ngucapin selamat tinggal sama kalian?
Kamu mungkin tidak tau dan tidak mau tau.
Kamu tau?
Aku emang bilang bakal nunggu.
Tapi gimana?
Gimana kalau aku mulai lupa gimana rupamu?
Gimana kalau aku mulai lupa suaramu?
Gimana kalau aku mulai lupa senyummu?
Gimana kalau aku mulai lupa sentuhanmu?
Awan,
Aku mau minta maaf.
Mungkin semua itu akan terjadi cepat atau lambat.
Aku bilang, kan kalau aku berbeda?
Terima kasih karena itu ingatanku tidak terlalu bagus.
Dan mungkin saat kita bertemu lagi akan makan waktu sampai aku bisa mengenalimu atau bisa jadi aku tidak mengenlaimu sama sekali.
Tapi Awan,
Biarkan aku merasakan semua ini dan mengingatmu selagi aku masih diizinkan.
Biarkan aku mengenang semua yang sudah kita lewati sampai waktuku habis.
Dan biarkan aku mengatakan ini selagi masih bisa,
Aku sayang kamu, Wan. Lebih dari apapun.
Aku bisa jadi bukan yang nomor satu untukmu.
Aku bisa jadi tidak tau apa yang sudah kamu lewati sampai kita bertemu,
Tapi bolehkah aku bermimpi menjadi yang menemanimu di sisa waktu kita?
Aku kangen, banget.
Sincerely yours,
A
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Feelings
Short StoryMaaf, aku hanya seorang pengecut yang tidak bisa mengatakan semuanya secara langsung padamu, aku akan menuliskan semuanya di sini sambil menunggumu seperti yang kukatakan di pertemuan terakhir kita. Sincerely yours, Ariana