Minggu, 4 Juni 2017

65 4 0
                                    

Awan,

Bahkan sampai detik ini aku masih berpikir kemana perginya semua makanan yang selalu kamu kunyah dan telan tanpa henti itu. Aku bahkan tahu kalau kamu pasti mengunyah sesuatu setiap jam selama kamu terjaga dan ajaibnya tubuhmu tetap seperti itu, berbanding terbalik denganku yang akan langsung melebar dengan mudahnya. Dan kamu selalu memamerkannya padaku dasar jahat.

Jujur aku iri melihatmu dan Legita yang selalu makan dua bahkan tiga kali lebih banyak dariku tapi tidak berdampak apa-apa. Apa semua makanan itu diserap oleh tingggimu? Apalagi kamu sangat suka makan di tengah malam, yang normalnya membuat orang lebih mudah gemuk, tapi... ah sudahlah...

Aku ingat beberapa kali menemanimu di dapur untuk sesi makan tengah malammu itu, mengacuhkan komentar ibu pemilik rumah dan orang-orang lain yang mengatakan kita terlalu dekat. Aku juga ingat insiden nasi goreng keasinan yang kamu buat karena tidak sengaja menjatuhkan toples garam ke wajan dan nasi goreng itu berakhir di tempat sampah setelah kamu menyuruhku memastikan kalau benda malang itu tidak layak makan dan kamu berakhir kembali ke kamar dengan perut kosong. Juga satu malam dimana kamu harus menahan laparmu semalaman karena tidak berani keluar kamar saat pemilik rumah marah-marah entah karena apa. Kalau dipikir kebanyakan ingatanku tentangmu lebih banyak bersangkutan dengan makanan, ya? Sayang sepertinya saat ini untuk sementara kamu harus menahan diri dulu.

 Bicara soal makanan, apa kamu ingat coklat yang kita bagi waktu itu? Salah, lebih tepatnya kamu memaksaku memakannya. Padahal aku sengaja memberikan semuanya karena aku yakin coklat kecil itu tidak akan cukup untukmu, tapi kamu malah membaginya denganku. Kamu memang menyodorkannya padaku, berpikir aku hanya akan memotongnya lalu semua urusan akan selesai tapi aku malah mengigitnya, hahaha.... apa yang kamu pikirkan saat itu? Kaget? Kesal? Ini salahmu sendiri karena memancingku, kamu pasti tidak pernah tau seliar apa aku, atau mungkin kamu tau tapi lebih memilih untuk diam.

Lalu setelah itu aku membagi coklat lain yang kita makan saat kamu sibuk bermain game di kamarmu dan aku hanya duduk menonton. Tanganmu begitu sibuk dengan keyboard dan mouse sampai aku memakan sebagian besar coklat itu, tapi saat tersisa satu potongan terakhir aku malah menyuapimu dengan cuek dan datar, tapi kamu salah. Saat itu aku langsung keluar dengan alasan ingin membuang pembungkus coklat itu, padahal sebenarnya aku hanya tidak ingin kamu tau kalau tanganku bergetar hebat saat itu dan sangat sulit  untuk kembali duduk di sebelahmu seolah tidak terjadi apa-apa.

Dan ingat permen stroberi berbentuk hati itu? Aku memang menyukainya tapi ada alasan lain hanya itu permen yang kubeli selain permen susu yang kita bagikan untuk anak-anak SD di salah satu program yang kita jalankan.

Aku merasa seperti memberikan hatiku untukmu.

Konyol bukan? Padahal aku yakin kamu memakannya tanpa berpikir apapun. Bahkan terakhir kali kita bertemu aku memaksa memasukkan segenggam penuh permen itu ke kantong jaketmu biarpun kamu menolak karena katamu kamu akan mengendarai motor tapi kubilang saat kamu kembali nanti pasti akan habis juga.

Apa saat ini kamu juga sedang mengunyah sesuatu sambil bertatapan dengan layar laptopmu, kencan dengan game tercintamu, seperti aku saat ini? Entah kenapa aku jadi rindu melihatmu mengumpat saat game yang kamu maini bermasalah atau hampir kalah, kekanakan, tapi entah kenapa aku tetap saja...

Hahaha...

Aku hampir mengatakan sesuatu yang seharusnya kukatakan suatu saat nanti saat kita bertemu.

Aku kangen makan denganmu.

Aku kangen melihatmu memasak sesuatu di dapur.

Aku kangen teguranmu saat aku sibuk tertawa saat harusnya aku menghabiskan makanan di piringku.

Aku kangen duduk bersisian denganmu.

Intinya aku kangen melakukan hal-hal sederhana itu denganmu. Aku tidak tau kamu akan memiliki efek seperti ini padaku.

Aku harap aku punya kemampuan untuk melihat masa depan, Awan. Karena dengan itu setidaknya aku bisa lebih mempersiapkan diriku untuk menghadapimu selama jangka waktu yang pendek itu.

Saat kita bertemu lagi nanti... masih bisakah kita melakukan semua hal sederhana itu?


Sincerely yours,

Ariana


Hidden FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang