Halo Awan,
Ini adalah surat cinta terakhirku untukmu yang harusnya kutulis dua bulan yang lalu di hari kelulusanmu tapi aku terus mengulur waktu untuk menulisnya.
Selamat untuk kelulusanmu, akhirnya kamu bisa main game semaumu setidaknya sampai kamu mendapatkan pekerjaan tetap seperti Alka dan Moza.
Dan terima kasih untuk titipan salamnya, sudah kuterima beberapa hari yang lalu. Kukira keberadaanku sudah kamu hapus sepenuhnya, tapi temanku yang kamu titipin salam lewat gamemu itu bilang begini,
"Nggak dibenci kan? Nggak usah mikir berlebihan."
Ya iya, sih, tapi kan...
Kamu tau?
Aku takut.
Bukan cuma kamu tapi yang lain juga menghapus keberadaanku dari ingatan kalian dan aku masih belum bisa melakukan itu.
Sampai saat ini aku masih merasa ada yang hilang padahal udah lama banget sejak kita semua kumpul.
Padahal dari awal, kan kita nggak seharusnya ketemu apalagi kenal.
Tapi pada akhirnya aku nggak menyesal.
Setidaknya aku ketemu seseorang yang mengerti aku lebih baik.
Setidaknya aku ketemu seseorang yang mau dengerin aku.
Setidaknya aku ketemu seseorang yang omongannya nggak kuanggap omong kosong belaka.
Setidaknya aku ketemu seseorang yang benar-benar bisa bikin emosiku berubah dalam hitungan detik.
Dan setidaknya...
Kamu membiarkanku berbuat semauku tanpa banyak protes.
Mana ada orang yang ngebiarin orang lain megang tangannya semau dia?
Mana ada orang yang disanderin seenaknya nggak protes?
Mana ada orang yang ciuman nggak langsung tapi cuma ketawa aja?
Mungkin kalau seseorang yang terikat iya.
Tapi kita tidak terikat satu sama lain, Wan.
Mungkin hatiku masih menyebut namamu.
Mungkin kepalaku masih mengingat suara dan senyummu.
Tapi itu cuma "aku", "kamu" nggak pernah nganggap aku lebih dari teman sehobimu.
Di hatimu udah terukir nama lain yang bukan namaku.
Kenapa aku masih mikirin kamu, ya? Padahal hari itu jelas-jelas kamu bilang kamu nggak pernah mikirin aku kayak akau mikirin kamu.
Tapi makasih, ya.
Makasih udah mau jadi teman sehobiku.
Makasih udah jadi orang yang bujukin aku saat sesi ngambekanku kambuh.
Makasih udah ngebagi koleksi animemu dan merekomendasikan banyak judul ke aku.
Makasih udah ngebiarin aku liatin kamu main game.
Makasih udah ngebiarin aku tinggal di sebelahmu sampai lewat tengah malam waktu itu.
Makasih udah mau ngebagi kekuatanmu lewat genggaman tanganmu itu.
Makasih udah nyuruh aku buat bersandar di pundakmu di bawah hujan malam itu.
Dan makasih udah dengan tegas bilang kalau kamu nggak suka sama aku seperti aku menyukaimu.
Aku sama sekali tidak menyesal.
Aku malah merasa berterima kasih, banget.
Makasih udah mau nurutin keegoisanku sampai saat terakhir.
Ternyata aku emang suka sama kamu, bahkan sampai sekarang.
Aku kangen "kita" yang sejatinya tidak pernah ada.
Aku emang udah bilang ini di hari terakhir kita ketemu.
"Maaf, makasih."
Seandainya bisa akan kuulangi, sepuluh, seratus, seribu bahkan sejuta kali.
Maaf udah harus nemenin aku.
Maaf harus dengerin dan nurutin semua keegoisanku.
Maaf untuk sesaat aku berani-beraninya berpikir aku berhasil mengalihkan hati dan pikiranmu.
Terima kasih untuk semuanya.
Terima kasih untuk cinta tidak berbalas tersingkat tapi terindah yang pernah kurasakan.
Seberapapun aku ingin, tapi kuharap kita nggak ketemu lagi.
Karena aku pasti akan menangis dan memaksamu untuk tinggal bagaimanapun caranya.
Maaf, ya, bahkan sampai saat ini aku masih egois.
Maaf.
Terima kasih.
Sincerely yours,
Ariana
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Feelings
Truyện NgắnMaaf, aku hanya seorang pengecut yang tidak bisa mengatakan semuanya secara langsung padamu, aku akan menuliskan semuanya di sini sambil menunggumu seperti yang kukatakan di pertemuan terakhir kita. Sincerely yours, Ariana