Sabtu, 3 Juni 2017

184 4 2
                                    

Halo,
Sebetulnya aku nggak tau harus gimana mengawali semua ini. Biarpun secara teknis ini sudah yang kedua kalinya aku menulis tentangmu.
Hmm... gimana kalau dimulai dari memberi kalian nama? Setidaknya itu akan mempermudahku untuk bercerita tentang kalian.
Aku akan menyebutmu "Awan", yang terlihat lembut dari luar tapi ternyata hanya udara hampa yang tidak akan pernah bisa kugenggam (haha...). Lalu "Will", "Moza", "Legita" dan "Alka". Jangan mengeluh karena hanya namamu yang terdengar "normal", setidaknya aku tidak mengungkap identitas kalian di sini.
Hmm... kali ini aku harus bercerita tentang apa, ya? Oh, iya gimana tentang apa yang membuatku bertahan di sana?
Kemarin aku cerita tentang gimana kita memiliki hobi dan minat yang sama, kan? Jujur aja sebetulnya kamu cowok kedua yang bisa sedekat ini denganku, yang pertama adalah teman kecilku yang sampai saat ini masih sering muncul dan menghilang seenaknya di medsos-ku karena aku nggak pernah ketemu dia lagi sejak dia pindah sekolah dulu. Tapi beda denganmu, temanku itu tidak memiliki hobi yang sama denganku, pengetahuannya tentang dunia itu jauh lebih sedikit daripada kamu, tapi entahlah, selama ini aku hanya menghabiskan waktu dengannya dengan membicarakan hal-hal random jadi aku tidak bisa memastikannya.
Aku ingat waktu kamu nanya "Season ini nonton apa?" dan aku langsung menyebut beberapa judul kemudian kamu balas dengan mengusulkan beberapa judul lain, kita langsung sibuk ngobrol dan melupakan orang-orang di sekitar kita setidaknya sampai Legita merasa mereka teracuhkan, bahkan sampai saat terakhir kita bersama cewek itu masih mengatakan itu saat kita, atau lebih tepatnya aku, mengucapkan perpisahan kita, padahal harusnya kita masih ketemu satu kali lagi. Mengingat hari itu aku jadi teringat lagi, tapi aku akan menceritakannya lain kali.
Seandainya aku berakhir di posko lain, aku ragu akan bertahan sampai seminggu. Kalian, terutama kamu dan Will, selalu berusaha untuk mengajakku bicara dan berhasil mengalihkan pikiranku kemudian Alka dan Moza akan membuatku tertawa dengan lelucon konyol mereka dan Legita akan memastikan aku baik-baik saja, awalnya aku mengacuhkan kalian, memilih menyendiri dan menyembunyikan diriku di balik hoodie biruku, tapi setelah siraman rohani dari orangtuaku (kalian pasti tidak tau soal ini) aku mencoba untuk membiarkan kalian masuk karena mau tidak mau kalian lah yang akan menemaniku selama di sana. Aku ingat kalian bilang aku jadi lebih banyak bicara, biarpun kamu dan Will tetap harus memaksaku untuk makan dengan cukup, dan kalian bilang aku cukup seru untuk diajak ngobrol, entah memang itu yang kalian pikirkan atau hanya sekedar basa basi saja. Aku tidak ingat sejak kapan, tapi saat sadar aku selalu mengikutimu dan sebaliknya, mungkin hanya imajinasiku, kita jadi lebih sering menghabiskan waktu bersama. Saat sadar saat makan kita akan duduk bersebelahan atau berseberangan, duduk berdampingan di tempat kita bisa mendapatkan sinyal (mereka harus mempertimbangkan memasang tower di sekitar sana) atau saat kita menonton TV dengan yang lain, aku ingat saat kita bersama orang-orang setempat menghabiskan malam minggu di tempat karaoke dan kita lagi-lagi tenggelam dalam obrolan yang hanya kita yang mengerti sepanjang jalan sambil menatap pemandangan yang berganti dengan cepat secepat laju mobil pick up yang kita tumpangi sampai tidak merasakan dinginnya malam dan kaki yang ikut bergetar karena getaran mobil yang menembus gelapnya jalanan gunung sepanjang 7 kilometer dan saat itu mereka malah memotret kita, dan kebiasaan memotret itu terus berlanjut sampai akhir.
Kita juga sempat berduet saat itu, menyanyikan lagu cinta menye-menye Vierra (hahaha...) karena hanya itu lagu lokal yang kutau dan kamu menyanyikan lagu JKT48 dengan semangatnya, aku hanya bisa tertawa melihatmu saat itu.
Kalau dipikir berapa kali kamu membuatku tertawa dalam jangka waktu yang pendek itu? Lelucon konyolmu, lelucon kotormu (yang kamu kira tidak kumengerti), tindakan-tindakan anehmu dan hal-hal lain darimu yang membuatku tertawa benar-benar menjadi alasanku untuk tinggal, bahkan memasuki bulan terakhir aku terus menunda kepulanganku untuk bisa denganmu padahal ibuku sudah berkali-kali memanggilku pulang.
Awan,
Makasih, udah selalu membuatku tertawa, membuatku merasa nyaman, membuatku bertahan dan untuk semua yang tanpa kamu sadari atau tidak sudah kamu berikan padaku. Aku nggak tahu harus gimana membalasnya, setidaknya aku harus berterima kasih saat kita bertemu lagi nanti. Kamu tau? Aku selalu butuh dosis kerusakan darimu bahkan hingga detik ini, hidupku terasa datar tanpa kalian, terutama kamu.

Sincerely yours,
Ariana

Hidden FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang