Jumat, 7 Juli 2017

15 2 0
                                    

Halo Awan,

Hari ini Moza sama Will ke rumah, teman-teman sejurusanku juga, sayang kali ini kamu nggak bisa datang karena masih nyaman tinggal di rumahmu sendiri.

Tapi kamu tau?

Kata Will justru lebih gampang karena dia dan Moza udah tau rumahku, jadi kalau kamu nanti kembali ke sini aku tinggal memanggil kalian lagi supaya kita bisa ketemu seenggaknya sekali lagi.

Sebetulnya jahat juga sih soalnya waktu Ren bilang aku harus memanggil kalian aku cuek aja dan malah nyuruh dia yang ngabarin kalian, Will, Moza dan Legita lebih tepatnya karena kamu dan Alka lagi di luar jangkauan, itu juga sebetulnya udah sore banget dan mereka baru sampai sekitar hampir 2 jam kemudian, kita ngobrol sampai hampir jam 11, lho jadi berasa kaya kalau Ren lagi nginap di posko, bedanya kali ini kamu nggak ikut dalam sesi ketawa konyol ini, kamu malah jadi objek yang diketawain, maaf ya.

Tapi aku tau.

Kalau kamu ada di sini kamu pasti bakal datang, aku yakin itu.

Karena kita teman kan?

Atau entahlah.

Mungkin hanya aku yang berpikir begitu dan kamu hanya menganggapku sebagai seseorang yang nggak sengaja masuk ke hidupmu karena permainan takdir.

Awan,

Kamu tau?

Akhir-akhir ini aku lebih memilih untuk tidur untuk membunuh waktuku yang sedikit ini.

Karena kupikir mungkin dengan cara itu kamu akan lebih cepat pulang.

Mungkin dengan cara itu aku akan bisa ketemu kamu lebih cepat.

Dan mungkin dengan cara itu aku juga akan bisa melupakanmu lebih cepat, entahlah.

Aku pernah bilang, kan?

Aku mulai lupa soal kamu dan mereka, aku bahkan bilang langsung ke Will tadi.

Kita ngobrol banyak, lho tadi.

Tentang kelanjutan cerita Ren, Will, Alka dan Moza setelah kita kembali,

Tentang aku.

Tentang kamu.

Tentang kita, biarpun kita nggak pernah ada.

Mereka bertiga kembali mengungkit apa yang aku dan kamu lewati selama di sana.

Tentang saat aku dan kamu menghabiskan waktu berjam-jam di tempat yang sinyalnya bagus.

Tentang saat kamu menggenggam tanganku.

Tentang saat aku bersandar di bahumu di bawah guyuran hujan.

Tentang saat kita pergi berdua ke kota saat yang lain tetap tinggal di posko.

Tentang saat aku menyuapimu potongan coklat terakhir itu.

Tentang saat aku duduk bersandar padamu.

Hahaha...

Padahal kupikir aku sudah melupakan semua itu.

Kemudian pertanyaan itu kembali muncul di benakku.

Kenapa kamu nggak pernah sekali pun bilang nggak atau jangan ke aku?

Will bilang kamu tipe yang nggak bisa bilang nggak ke cewek.

Benarkah?

Aku pernah bilang, kan kalau bisa jadi sebenarnya aku nggak tau apa-apa soal kamu dan sebaliknya.

Bisa jadi ini salah satu buktinya.

Awan,

Will tadi bilang begini,

Kalau emang kita ditakdirkan buat sama-sama kita pasti bakal ketemu lagi.

Bolehkah aku percaya itu?

Bolehkah aku menunggu saat itu?

Bolehkah aku menunggumu seperti yang sudah kulakukan selama ini?

Tau nggak?

Will juga tadi bilang gini,

Aku nggak ngerti itu orang, kesannya dia ngelempar umpan terus umpannya di tarik lagi, begitu terus berulang-ulang.

Katanya kebanyakan cewek nggak suka digituin normalnya, emang.

Tapi aku bilang kalau aku sih cukup menikmati permainan ini.

Setidaknya aku jadi bisa memperbaiki beberapa scene di cerita-ceritaku karena kamu sudah membuatku merasakan beberapa.

Aku nggak pernah menyesal suka sama kamu karena kamu mewarnai duniaku biarpun di saat yang bersamaan kamu juga melukaiku dengan cara yang paling mengerikan.

Beautiful Pain?

Hahaha.... ngelantur.

Mending aku tidur.

Selamat tidur Awan,

Semoga aku bisa ketemu kamu dalam mimpiku malam ini.

Sincerely yours,

Ariana

Hidden FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang