Part 13 : Berry?

390 22 1
                                    

"Berry? Itukah dirimu yang selama ini hilang?"

●●●

"Cher, gue anter pulang ya?" Tanya Bryan sambil menarik pergelangan tangan Cherry.

Cherry langsung mengibaskan tangannya dengan kasar. Ia muak dengan hari ini. Hatinya kini bimbang, bingung. Mengapa semua hal buruk selalu terjadi dalam hidupnya?

"Nggak usah. Gue pulang sendiri." Timpal Cherry datar tanpa menoleh untuk menatap Bryan yang berada dibelakangnya. Tatapan Cherry kosong dan pikirannya pun kosong. Ia tak sanggup untuk memikirkan terlalu jauh tetang semua ini.

Cherry berjalan dengan lemas, seperti mayat hidup yang berjalan. Ia berjalan sambil melamun dan tatapan yang kosong, tidak memperhatikan jalannya.

"CHERRY!! AWAS!!"

Mobil sedan yang keluar dari parkiran melaju dengan cepat.

BRAK!!!

...

Kringggg

"Cherry, kamu kok belum pulang?"

"Saya temannya Cherry, tante."

"Kok ponsel anak saya kamu yang angkat?"

"Maaf, tante. Cherry mengalami kecelakaan. Sekarang dia di rumah sakit Abdi Waluyo."

Tut tut tut.

Jessy menjatuhkan ponselnya karena shock mendengar buah hati satu-satunya mengalami kecelakaan. Tanpa basa-basi lagi, Jessy bergegas berangkat ke rumah sakit dengan manaiki taksi.

Hati Jessy sangat risau dan cemas. Jantungnya berdebar dua kali lipat dari biasanya. Ia takut akan kehilangan hartanya lagi. Jika ia kehilangan harta satu-satunya yang kedua kali, mungkin Jessy akan nekat mengakhiri hidupnya.

Bryan sedang memegang ponsel Cherry, ia melihat foto wallpaper home yang ada diponselnya. Bryan memperhatikan dengan seksama wajah bocah yang memakai baju 'Prince' itu.

Sepertinya baju ini gue pernah liat.
Sepertinya baju ini gue pernah pake waktu gue kecil.
Mukanya kok mirip sama gue?

Bryan menutup layar ponsel Cherry lalu kembali duduk disamping kasur Cherry. Ia menggenggam dengan erat tangan mungilnya. Ia lelah memikirkan siapa bocah itu. Sekarang, yang terpenting adalah Cherry.

Cherry masih tergeletak tak berdaya. Pulmotor yang menempel dan menutupi hidung dan mulutnya, dahi kirinya ditempel dengan kain kasa, siku kirinya dibalut dengan kain kasa dan beberapa selang yang menempel di lengannya.

Bryan hanya bisa menjatuhkan air matanya sambil menggenggam tangan Cherry yang mungil. Ia menempelkan tangan mungilnya ke pipi Bryan.

Cherry mengalami koma. Sudah 2 jam tubuh mungilnya tergeletak di kasur kamar rumah sakit.

KREEKK

Suara pintu kamar Cherry terbuka dengan kasar. Wajah Jessy yang pucat dan pipinya yang basah kini terbelalak melihat putrinya terbaring dengan nyaman.

"Cherry!" Teriak Jessy sambil berlari ke arah kasurnya Cherry. Jessy berdiri disamping Bryan yang sedang duduk sambil menggenggam tangan Cherry.

"Jelaskan. Kenapa anak saya bisa sampai seperti ini."

Jessy mengatakan dengan datar tanpa menoleh ke arah Bryan. Nadanya seolah-olah tegar, tapi hatinya kini hancur.

"Tante, tadi sepulang sekolah kami pergi ke Plaza Indonesia."

Kalimat pertama yang muncul dari mulut Bryan berhasil membuat Jessy menoleh untuk menatap Bryan dari samping.

"Setelah kita berkeliling, kita berjalan ke lobby untuk menunggu taksi agar bisa pulang. Entah mengapa Cherry melamun sambil menyebrang. Lalu ada mobil yang menabrak Cherry." Kata penjelasan Bryan yang sedikit mengarang.

"Sekarang, Cherry sedang koma. Siku kirinya sedikit geser dan pendarahan di kepalanya. Ia mulai membaik setelah Dokter mengurusnya." Sambungnya sambil menoleh menatap Jessy diakhir kalimatnya.

Kedua biji manik mata mereka bertemu. Jessy menatapnya dan memperhatikan dengan dalam matanya. Mungkin Jessy tidak mendengar apa yang dijelaskan Bryan. Dari tadi Jessy hanya memperhatikan wajah Bryan yang tampan. Wajahnya tidak asing di mata Jessy.

Berry?

"BERRY?" Panggil Jessy setengah teriak sambil mencengkram kedua bahu Bryan. Secepat kilat Jessy langsung memeluknya dengan sangat erat, hingga Bryan sulit untuk mengambil nafas.

"Ma.. maaf, t.. tante. S.. sa.. saya Bryan." Jawab Bryan dengan sesak nafas.

Jessy melonggarkan pelukannya lalu kembali menatap Bryan. Kali ini, matanya tidak salah. Matanya melihat kebenaran. Ia telah menemukan harta yang selama ini hilang.

"Nggak. Kamu beneran Berry. Kamu Berry!" Jessy terus berteriak dengan pernyataannya yakin. Kedua tangannya mengelus kedua pipi Bryan.

"Maksudnya apa sih, tante? Saya nggak ngerti. Saya Bryan Benaventura." Tanya Bryan bingung dan menjawab Jessy dengan mantap di bagian namanya.

"Kamu anakku! Anakku!"

TO BE CONTINUED...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
HAI GUYS!
Hari ini (MINGGU 18/6/17), gue cuma update part 13. Hiks :(
Soalnya gue sibuk banget mau urus ini urus itu.
Urus apa? Soal buku ntar masuk sekolah hehe.
Padahal hari minggu ya? Ckck
Gpp lah ya. Sekali-kali.
Ga, ga. Gue ga bakal ulangi lagi.
Gue usahakan besok bisa update 2 part deh..

Oh, ya guys. Bagi kalian para READER GHOST, #ehh
Sekali-kali pencet bintang dan comment dong... gue jadi penulis, syedih. Huhu..
Biar gue bisa lebih semangat ketik ceritanya.. *biar cepet tamat.

Dan 1 lg, kalo ada kata" atau kalimat yang ga enak di hati, ga cocok, dan typo, kalian boleh comment dan KRITIK.
Biar kedepannya lagi gue bisa bikin dengan MAKSIMAL.

Udah gitu aja.
Semoga makin lanjut, cerita nya kalian makin suka ya!
Semoga kalian akan suka sampai tamat!
Selalu setia sama cerita gue ya..
Doakan gue yang terbaik!

JANGAN LUPA VOMMENT NYA GUYS!
I love you all♥♥

My Lost BerryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang