Part 28 : Hak asuh

357 16 1
                                    

"Kenapa aku harus diperebutkan? Bagaimana jika aku dimiliki oleh keduanya?"

●●●

"Dad, bisa pulang sekarang?"
"Udah, pulang aja. Ada hal yang mau Mom bicarakan."

Leah menekan tombol merah di ponselnya lalu berjalan menuju kearah kamar Berry. Leah mengetuk pintu kamar Berry dengan pelan, Berry yang sedang sibuk dengan dunia game nya langsung menyaut siapa orang yang mengetuk pintu kamarnya.

"Sayang, ayo keluar. Cherry dan mamanya dateng." Kata seseorang dibalik pintu kamarnya yang tak lain dan tak bukan adalah mommy angkatnya.

Berry kersenyum miring mendengar kata dari Leah. Ia langsung menutup Laptop-nya tanpa mematikannya terlebih dahulu. Ia langsung membuka kenop pintu kamarnya dan mendapat sosok Leah yang sudah berdiri menunggunya.

Mereka berdua berjalan kearah ruang tamu. Setelah mereka duduk bersama di sofa mahal mereka selama beberapa menit, terlihat sosok Filbert yang muncul dari balik pintu utama rumah mereka. Ia langsung menyapa tamunya dengan senyuman ramah diikuti dengan duduk di single sofa yang biasa didudukinya.

"Ada keperluan apa, nyonya?..." tanya Filbert menggantungkan pertanyaannya karena tidak tahu siapa tamunya yang datang kerumahnya.

"Sebelumnya perkenalkan, saya Jessy Kim dan ini anak saya Cherry Salvito..." Jessy menjabat tangan Filbert dengan formal dan diikuti dengan Cherry yang menjabat tangan Filbert. "Maksud kami berdua datang kesini adalah saya ingin meminta hak asuh Bryan." Sambung Jessy sambil tersenyum enteng. Pernyataan Jessy langsung mendapat raut muka bingung dari Leah dan Filbert.

"Maksud nyonya apa?" Tanya Filbert dengan kepalanya yang penuh dengan tanda tanya besar.

Jessy mengeluarkan amplop putih dari slingbag-nya lalu meletakkan amplop itu di meja kaca hitam ruang tamu mereka.

"Silahkan dibaca." Jessy menunjuk kertas itu dengan telapak tangannya yang menghadap keatas dan jemarinya yang menunjuk amplop tak berdosa itu.

Filbert langsung merampas amplop itu dengan wajah penasarannya, Leah yang tadinya duduk didepan Filbert langsung berjalan kebelakang Filbert agar dapat membaca isi kertas itu.

Kedua wajah mereka sangat shock. Mata mereka membulat sempurna membaca tulisan yang tertera di kertas itu. Leah langsung menutup mulutnya yang menganga lebar. Filbert hanya merespon dengan wajah datar, tapi wajah datarnya memiliki makna yang banyak. Kekesalan, kesedihan, tidak percaya, kekecewaan, dan hancur.

"Jadi, nyonya adalah ibu kandungnya?" Tanya Filbert dengan tatapan dingin kepada Jessy.

"Tepat sekali, dan dia, Cherry Salvito adalah kembaran Bryan, alias Berry Salvito" Jawab Jessy dengan nada yang sedikit bangga sambil merangkul bahu Cherry. "Saya ingin meminta hak asuh Berry. Saya ingin Berry menjadi tanggung jawab saya dan saya yang menjadi orang tua satu-satunya." Sambung Jessy masih dengan senyuman entengnya.

"Tidak. Saya tidak setuju. Bryan sudah resmi menjadi anak angkat saya sejak dia berumur dua tahun. Kami adalah keluarga angkatnya. Bryan tidak boleh lepas dari keluarga Benaventura. Dia adalah anak kami. Anak yang kita besarkan dengan penuh kasih sayang dan dia tidak pernah merasa menderita." Timpal Filbert dengan suara yang meninggi dan wajah yang sudah memerah serta napas yang memburu. Ia tidak ingin kehilangan Bryan.

"Tidak. Bryan adalah Berry Salvito. Berry adalah anak dari saya dan Jonny Salvito. Berry dari rahim saya. Saya yang mengandungnya selama sembilan bulan dan saya yang melahirkannya dengan nyawa yang setengah di akhirat dan setengah dibumi. Saya kehilangan anak saya selama empat belas tahun. Seharusnya saya yang memberikan kasih sayang seorang ibu kepadanya. Selama empat belas tahun dia tidak pernah mendapat kasih sayang dari saya. Mulai sekarang sampai selamanya, saya harus memberikan kasih sayang saya yang belum terbayar selama empat belas tahun."

Jessy yang mengelak dengan suara yang lebih meninggi. Ia tidak terima dengan pernyataan pria kaya yang egois dihadapannya sekarang. Mungkin pernyataan Filbert sudah mengundang emosi Jessy. Tetapi ia berusaha untuk tetap mengatur kepala dingin dan sesopan mungkin.

"Tidak. Saya yang membesarkan Bryan. Semua kebutuhannya selalu terpenuhi dan tidak pernah kekurangan..."

"Saya tahu, saya memang miskin, saya memang tidak bisa memberikan semua barang-barang mahal kepadanya. Tetapi saya bisa memberikan kasih sayang seorang ibu. Saya yakin, selama ini dia belum pernah mendapat pelukan hangat dari ibu kandungnya." Potong Jessy cepat dan tidak disadarinya ia sudah menumpahkan air mata pertamanya.

"Anda salah besar, nyonya Jessy Kim..." Timpal Leah dengan mata merahnya dan suara yang bergetar. "Saya menyayanginya seperti anak dari rahim saya. Saya yang menyuapinya makan. Saya yang mengajarinya berbicara. Saya yang selalu mengajaknya ngobrol. Saya yang selalu membacakan dongeng untuk membuatnya tertidur dengan nyenyak. Saya yang memeluknya ketika ia sedang sedih. Saya selalu menemaninya ketika hatinya sedang terpuruk dan hancur. Saya yang melakukan semuanya."

Setelah Leah meluapkan emosinya kepada Jessy, tiba-tiba tubuhnya lemas dan tergeletak dilantai.

"MOMMY!"

Berry berteriak histeris melihat Leah yang mendadak tergeletak di lantai. Ia langsung menghampirinya diikuti dengan Filbert, lalu mengguncangkan tubuh mungilnya agar ia segera terbangun, tetapi nihil. Tak ada respon dari nya. Leah pingsan.

"Kita akan bicarakan ini lain kali."

Filbert mengatakan dengan dingin disertai dengan menggendong Leah lalu berjalan kearah mobil Mercedes miliknya.

TO BE CONTINUED...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
HELOWW PARA CECAN DAN COGAN~~
Pantengin terus cerita DEAR BERRY.
Pendek ya? Biarin lah.
Sorry ye.. biar ada aura-aura drama gitohh #iewwhh

Jangan lupa vote dan comment kalian, si penulis lagi butuh. Belakangan ini cuma nongol pembaca setan... *sedih yak ckck

Hargai penulis, para teman dan sahabat sekalian.
HARGAI DENGAN MINIMAL MEMENCET BINTANG★.

Kok kek nya gue ngebacot sama tembok ye? Didiemin, dicuekin, dikacangi, okay makaseh. Aku rapopo..

My Lost BerryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang