Part 16 : Misi

424 19 0
                                    

"Aku harus mengetahui yang sebenarnya, semua kenyataan."

●●●

Bryan mengendap-endap layaknya detektif yang sedang ingin memecahkan masalah. Bryan dengan hati-hati membuka pintu kamar Filbert agar tidak menimbulkan suara. Lalu menutup dengan hati-hati dan berjalan hanya dengan jari-jari kakinya seperti maling.

Bryan harus berjalan melewati ranjang king size yang sekarang sedang ditimpa oleh Filbert. Bryan harus pergi ke ruangan khusus milik Leah yang berisikan baju-baju, tas, koleksi sepatu, koleksi perhiasan, dan beberapa busana rancangan designer terkenal yang terpajang indah. Surganya para wanita. Perfect.

Mengapa Bryan harus pergi ke sana? Bryan harus mengambil beberapa berkas sidang itu dan baju 'Prince' miliknya. Bryan ingin membuktikan apa yang dikatakan Damion itu benar atau tidak. Bryan juga ingin mengetahui kebenaran secara langsung.

Tangan Bryan yang ingin menarik kenop pintu ruangan itu, mendadak terhenti karena mendengar Filbert menggeram dan menggeliat di ranjangnya. Bryan menoleh dan memastikan apakah Filbert telah bagun atau tidak. Keberungtungan datang menimpanya, Filbert tidak bangun dari tidurnya.

Bryan langsung memasuki ruangan itu lalu membongkar seisi ruangan. Sudah sepuluh menit Bryan menetap di ruangan itu. Tapi, tidak membuahkan hasil. Hanya ada surat-surat keluarga, surat-surat pembelian mobil, berkas-berkas rumah di Jakarta dan Bandung.

Bryan keluar dengan membuahkan hasil kecewa. Bryan kembali menutupi pintu ruangan itu dengan hati-hati.

Apa jangan-jangan ada di ruangan baju Daddy?

Ruangan koleksi baju milik Filbert berseberangan dengan ruangan milik Leah. Bryan kembali berjalan disamping ranjang milik Filbert hanya dengan jari-jari kakinya.

Baru saja Bryan ingin menarik kenop pintu ruangan itu, terdengar teriakan Damion dan Leah dari luar kamar.

Gawat!

"Mommy!! Tunggu dulu!!"
...
"Apaan sih, Dam? Mommy udah ngantuk nih!"

Bryan langsung bergegas untuk ingin keluar dari pintu. Setelah Bryan membuka pintunya, Bryan mencondongkan kepalanya.

Bryan mengangkat dagu dan mengerutkan dahinya, maksud isyaratnya -ada apaan?-

Damion menggerak-gerakkan matanya kearah kiri sambil menggerak-gerakkan telunjuknya, maksud isyaratnya -keluar, keluar-

"Mommy, aku mau pelukan selamat malam." Rayu Damion yang seraya memeluk Leah dengan cepat dan erat. Tangan Damion yang berada di punggung Leah langsung mengisyaratkan Bryan untuk keluar.

Secepat kilat Bryan langsung keluar dari kamar dan bergegas pergi kearah kamar Damion.

"Kayak anak kecil aja, Dam." Respon Leah sambil mengelus bahu Damion dengan penuh kasih sayang.

Damion melepaskan pelukannya lalu berkata,
"Good night, Mom. Mimpiin aku ya." Goda Damion sambil tersenyum seperti anak kecil.

"Abis makan obat apa kamu? Kok tiba-tiba manja gitu? Tadi temenin Mommy nonton drama, sekarang minta pelukan selamat malam. Pasti ada maunya ini." Kata Leah sambil mengacungkan telunjuknya ke wajah Damion.

"Nggak, Mom. Aku nggak minta apa-apa. Cuma minta kasih sayang dari Mommy aja. Aku rindu sama pelukan Mommy." Rayu Damion yang sangat manis hingga berhasil membuat hati Leah luluh.

"Anak manja." Kata Leah sambil mencubit hidung Damion yang mancung. "Mommy tidur dulu, ya. Kamu juga tidur. Besok kampus, kan?" Sambung Leah yang mulai berjalan pergi ke kamarnya diakhir kalimatnya dan mendapat jawaban anggukan dari Damion.

...

"Gimana, Bro?" Tanya Damion yang sudah dibalik pintu kamarnya.

"Nggak dapet apa-apa, Dam." Jawab Bryan sambil menunjukkan kedua telapak tangannya yang mulus.

"Kok bisa? Lo bisa cari atau nggak?" Tanya Damion sambil berjalan kearah ranjang dan duduk di samping Bryan.

"Gue udah cari di lemari Mommy, yang ada semua berkas-berkas nggak penting." Jawab Bryan dengan kecewa sambil menghembuskan nafasnya kasar. "Mungkin di lemari Daddy. Sewaktu gue mau bongkar, Mommy udah dateng." Sambung Bryan sambil mengusap wajahnya kasar.

"Ya udah nggak apa-apa, besok kita coba lagi." Hibur Damion sambil mengusap punggung Bryan dan mendapat jawaban anggukan dari Bryan.

Sudah sepuluh menit Bryan duduk di pinggir ranjang Damion sambil merenung. Damion yang tadinya memainkan laptop-nya santai sekejap melihat tingkah Bryan heran.

"Lo mau tidur sini?" Tanya Damion yang memecahkan renungan Bryan.

"Ya udah, gue balik kamar dulu." Jawab Bryan disertai dengan berjalan kearah pintu kamar.

Bryan memasuki kamarnya dengan sejuta pertanyaan dikepalanya. Jam sudah menunjukkan pukul tengah malam. Ia masih tidak bisa tidur karena memikirkan tentang keluarga aslinya.

Bryan mengacak rambut lebatnya dengan frustasi dan merebahkan tubuhnya ke ranjang.
Ia masih memikirkan hal itu, matanya masih terang. Tetapi sesaat ia sudah terlelap.

Cherry, apa benar lo itu kembaran gue? Gue nggak percaya sama semua ini.

TO BE CONTINUED...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
HAI HAI AGAIN!
Pantengin terus cerita aku ya!
Semoga makin lanjut makin suka!
JANGAN LUPA VOMMENT KALIAN!
Love♥

My Lost BerryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang