Part 15 : Hukuman

441 18 0
                                    

"Aku akan menerima semua ini."

●●●

Bryan dan Damion memasuki kediaman Benaventura. Terlihat Filbert yang sedang duduk di single sofa ruang tamu sambil melipat kedua lengannya di depan dada dan menatap tajam Bryan. Leah yang berdiri di samping Filbert dimana ia sedang duduk. Leah juga melipat kedua lengannya didepan dada sambil menatap tajam Bryan. Tatapan mereka seolah-olah ingin menerkam dan membunuh Bryan. Mereka sudah menantikan kepulangan Bryan.

"Selamat malam, anakku." Sindir Leah dengan wajah datar nan marah.

"Baru pulang sekolah, ya?" Sindir Filbert sambil menaikkan alis kanannya tak senang.

Bryan hanya menunduk, merasa bersalah, sambil menggaruk pelipisnya yang tidak gatal.

"Duduk." Tegas Filbert sambil menunjuk sofa di samping kirinya dengan matanya yang tajam.

Mau tidak mau, Bryan harus duduk di sofa itu. Baru pertama kali Bryan pulang larut. Filbert dan Leah merasa harus menghukum anak angkat mereka agar bisa lebih disiplin dan tidak seenak perutnya jika ia bersikap. Bryan seperti akan menghadap sidang yang serius. Damion mengikuti perintah Filbert dengan mengikuti Bryan lalu duduk disampingnya, walau Filbert tidak memerintahnya.

Filbert melipat jemarinya dan menopang dagunya sambil menatap Bryan dengan tatapan membunuh.

"Kenapa baru pulang?" Tanya Filbert datar dan tegas.

"Teman aku kecelakaan, Dad." Jawab Bryan sambil menunduk dan tidak memiliki keberanian untuk menatap Daddy-nya.

"Kenapa nggak kabarin?" Tanya Filbert masih dengan datar dan tegas.

"Aku lupa, Dad." Jawab Bryan dengan kaku dan masih menunduk.

"Lupa? Bagus. Bagus." Filbert menjawab dengan meremehkan dan tersenyum sinis.

"Sebagai hukuman, mulai besok kamu pulang dijemput Daddy. Tidak usah dijemput oleh Pak Tono lagi." Tegas Filbert mulai beranjak dari tempat duduknya lalu mulai berjalan pergi meninggalkan ruang tamu.

"Tapi, Dad. Daddy kerja, bukan?" Tanya Bryan heran sambil menoleh menatap Filbert bingung.

Filbert menghentikan langkahnya lalu membalas menoleh kearah Bryan.

"Daddy punya banyak waktu luang. Daddy adalah pendiri perusahaan. Daddy hanya mengendalikan perusahaan dan memerintah para pekerja." Tegas Filbert seraya menaiki anak tangga untuk pergi kekamarnya.

Bryan hanya terpaku membisu mendengar jawaban Filbert. Ia tidak bisa mengelak perintah Daddy-nya. Sekarang ia tidak bisa lagi berkeliaran setelah pulang sekolah.

"Sayang, siapa teman kamu yang kecelakaan?" Suara lembut Leah memasuki indra pendengaran Bryan. Leah duduk disamping Bryan sambil merangkul bahunya dengan penuh kasih sayang.

"Namanya Cherry, Mom. Dia cewek yang aku ceritakan waktu itu." Jawab Bryan datar dan masih menunduk.

"Oh ya? Gimana keadaannya sekarang?" Tanya Leah sambil membulatkan matanya penasaran.

"Dia lagi koma sekarang, Mom." Jawab Bryan dengan nada pilu.

"Oh, ya ampun. Kasihan sekali dia. Mommy doakan semoga dia cepat sembuh, ya." Hibur Leah sambil mengusap rambut lebatnya Bryan.
Bryan hanya membalas dengan anggukan.

"Kalian berdua lapar? Udah makan?" Tanya Leah dengan kepedulian seorang ibu kepada Bryan dan Damion. Bryan menjawab dengan gelengan.

"Tadi di kampus udah makan, Mom." Jawab Damion sambil beranjak dari tempat duduknya dan ingin pergi keluar ruang tamu. Pada saat itu, Damion memberikan kode dengan mengedipkan mata kirinya. Bryan pun membalas mengedipkan mata kanannya. Apa maksudnya?

"Yuk, makan. Mommy juga mau makan. Laper nungguin kamu." Kata Leah yang sudah beranjak dari tempat duduknya sambil menepuk bahu Bryan dengan maksud mengajaknya.

...

Setelah mereka makan bersama, jam dinding nan mewah yang berada didapur sudah menunjukkan pukul 22.30

Leah berjalan ke arah ruang keluarga. Bryan yang heran dengan Leah, mengapa ia tidak pergi tidur ke kamarnya?

Leah menyalakan televisi dan ingin menikmati Drama kesukaannya. Bryan yang menepuk dahinya seakan-akan ia harus memecahkan teka-teki terumit.

Bryan bergegas menaiki anak tangga menuju kearah kamarnya Damion. Bryan memasuki kamarnya tanpa mengenal sopan dan langsung mengunci kamarnya.

"Gawat, Dam!" Bisik Bryan heboh sambil berjalan kearah ranjang king size milik Damion.

Damion yang tadinya sedang santai di ranjangnya sambil memainkan laptop-nya dengan posisi terlungkup, langsung menutup laptop-nya dan posisi duduk yang sudah sempurna untuk mendengar penjelasan Bryan.

"Mommy belum tidur! Dia ke ruang keluarga nonton Drama!" Bisik Bryan masih heboh dan sekarang sudah duduk disampingnya.

Damion yang telah mendengar kalimat itu langsung berpikir dan mengelus-elus dagunya.

"Gini aja, gue nemenin sambil ngawasi Mommy nonton Drama, lo sendiri yang ke kamar Daddy. Gimana?" Tanya Damion dengan mantap sambil mengangkat alis kirinya.

"Gue takut. Ntar kalo Daddy tiba-tiba bangun gimana?" Jawab Bryan disertai dengan pertanyaan risau dan cemas.

"Udah. Nggak usah takut. Gue doakan yang terbaik." Hibur Damion sambil mengacungkan jempol kanannya dengan yakin. Bryan membalasnya dengan anggukan pasrah.

"Gue turun. Lo ke kamar Daddy."

Mereka berdua keluar dari kamar Damion lalu terpisah di balik pintu. Bryan berjalan ke arah kamar Filbert yang jaraknya cukup jauh dari kamarnya Damion. Damion berjalan kearah ruang keluarga sambil menemani Leah dan mencuri perhatian Leah agar tidak masuk kamar.

"Good luck, Bro!"

TO BE CONTINUED...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
HAI HAI AGAIN!
Si Dam sama si Bray mau ngapain ya?
Bisa tebak?
Kalo bisa, comment aja.
Kalo ga bisa, yuk lanjut.
JANGAN LUPA VOMMENT KALIAN!
Love love♥♥

My Lost BerryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang