~Selamat Membaca~
Disinilah Vanya bersekolah. SMA Tunas Bangsa. Sekolah yang terkenal bersih, rapi dan memiliki murid rata-rata teladan. Sekolah ini juga pernah meraih beberapa peringkat yang memuaskan setingkat SMA.
Pagi ini, Vanya agak terlambat dari biasanya. Disebabkan oleh alarm yang tidak didengarnya. Sebenarnya dia mendengarnya, tapi dia tidak sadar jika itu bunyi alarm. Hingga akhirnya dia tergesa-gesa menuju sekolah. Bahkan, tidak sempat sarapan.
Ayah dan Bundanya sudah menyuruhnya sarapan. Tapi, gadis cantik itu menolak dengan alasan akan sarapan di kantin sekolah. Padahal, sekarang saja waktunya sudah tidak memungkinkan untuk sarapan.
10 IPA 2~
“Pagi!” sapanya pada seluruh siswa yang ada di kelas. Acha, sahabatnya, tersenyum dan membalas sapaan Vanya. Teman lainnya juga membalas, tapi hanya dengan seulas senyum. Lalu, mereka lanjut membaca buku atau ada juga yang bermain handphone.
Vanya berjalan menuju bangku disamping Acha. Vanya dan Acha memang semeja. Itu yang membuat mereka menjadi sahabat dari awal masuk sekolah hingga sekarang ini. Selain Acha, ada juga Via dan Lala yang merupakan teman kompak mereka.
“Acha! Uda selesai tugas fisika, belum?” tanya Vanya pada Acha dengan semangat sambil meletakkan tasnya dibangku. Acha ahli dalam pelajaran tersebut. Jadi, tidak ada salahnya Vanya meminta penjelasan tentang cara mengerjakan soal itu.
Tapi, otak Vanya yang memiliki daya ingat 5% itu tidak mampu memuat angka-angka menyebalkan yang rumit seperti benang kusut. Jadi, Vanya agak sulit mendapat jawaban ketika mengerjakan soal itu.
Acha menatap Vanya sekilas dengan wajah datar. Dia sudah tau jika Vanya ingin menyontek. Sebenarnya itu adalah hal tidak terpuji dan tidak patut dicontoh. Tapi, sebagai sahabat yang baik, Acha memperbolehkan Vanya menyontek hasil kerjanya walau dengan sedikit terpaksa.
Vanya malah terkekeh dengan reaksi Acha yang menurutnya lucu itu. Padahal, tidak ada lucu. Malah biasa saja.
“Nih,”
Mata Vanya langsung berbinar saat Acha mengeluarkan buku tugasnya dari dalam tas.
“Makasih cuyung! Uh, makin lope!”
Acha bergidik ngeri saat Vanya memonyongkan bibir ke arahnya. Acha mengelak agar Vanya tidak melakukan hal menggelikan itu.
“Selamat pagi, Anak-anak.”
Vanya melongo.
“Pagi, Pak!” jawab semuanya serentak. Sementara Vanya, dia panik melihat guru fisikanya sudah datang. Matanya membulat dan tangannya bergerak cepat menulis tugas. Seperti flash.
Sejak kapan bel sekolah berbunyi? Itulah pertanyaan yang memenuhi benak dan pikiran Vanya saat ini. Namun, tugasnya lebih penting.
"Ada tugas?" Pak Anwar tampak berdiri di depan kelas dengan memasukkan kedua tangannya ke saku celana.
"Ada, Pak!" jawab semua murid terkecuali Vanya yang gelagapan.
"Baik, kumpulkan tugasnya."
Perkataan Pak Anwar barusan membuat jantung Vanya berdetak lebih cepat. Matanya membulat sementara wajahnya pucat. Ia bingung harus memberi alasan apa nantinya jika ditanya Pak Anwar.
“Siapa yang belum mengumpulkan tugas, silahkan maju kedepan. Secepatnya!” Pak Anwar memang terkenal tegas. Dia juga pandai dalam mengambil langkah yang benar.
Dengan terpaksa, Vanya maju dengan wajah malu-malu plus ketakutan. Pak Anwar terkejut bukan main. Pasalnya, Vanya selalu selesai mengerjakan tugas walau hasilnya kebanyakan salah.
“Kenapa, Vanya? Belum mengerjakan tugas?”
“Maaf, Pak. Saya lupa mengerjakan tugasnya.” jawab Vanya.
Pak Anwar tersenyum tipis lalu menepuk pundak Vanya dua kali. Ia memaafkan anak itu karena baru kaki ini Vanya tidak mengerjakan tugasnya. “Lain kali, jangan lupa mengerjakan tugas.”
Vanya mengangguk mengerti. Gadis itu tersenyum tipis. Malu dengan dirinya sendiri karena hanya dialah yang belum mengerjakan tugas.
"Sekarang, hukumannya, lari keliling lapangan sebanyak 3 kali putaran saja."
Vanya hanya mengangguk pasrah. Memang inilah hukuman Pak Anwar. Lari keliling lapangan dibawah teriknya sinar matahari yang padahal masih pagi ini. Belum lagi, lapangan sekolah ini luasnya seluas kandang Godzilla. Namun, Pak Anwar tak bisa terbantahkan.
“Permisi, Pak.” Vanya berjalan gontai menuju lapangan. Mulai berlari secara perlahan hingga akhirnya menambah tempo kecepatan larinya. Pak Anwar sebenarnya ingin menugaskan ketua kelas, Fathur, untuk mengawasi Vanya. Tapi, Pak Anwar yakin jika Vanya tidak akan berbuat curang.
Setelah 2 kali putaran ...
"Aku capek, Ya Allah! Kuatkanlah hambamu ini untuk menjalani hukuman Pak Anwar yang bikin Anya mati sekarat!"
Pak Anwar bisa membaca apa yang tengah digumamkan Vanya lewat pergerakan bibir gadis itu. Guru Fisika itu hanya menggeleng dan terkekeh. Lalu kembali menuju kedalam kelas untuk mengecek tugas.
Brukkk!
"Wow! Santai!" pekik Vanya ketika ada orang yang menubruknya hingga jatuh. Vanya meringis mengelus bokongnya.
“Kamu kalau jalan pake ma–” Vanya menghentikan aksi mengeluarkan suara toanya ketika melihat lelaki jangkung yang ada dihadapannya sekarang. Lelaki itu menatap Vanya dengan malas.
‘O-ow! Cogan!’ pekiknya dalam hati. Vanya lalu berdiri dengan sekuat tenaga-walaupun bokongnya masih sakit.
“S-sorry.” ucap Vanya terbata-bata. Lelaki di hadapannya ini pun mengangguk sekilas lalu melanjutkan langkahnya lagi. Sedangkan Vanya, dia cengo di tempat.
“Tuh cowok ganteng-ganteng tapi dingin kaya es batu. Aku jadi haus.”
“VANYA! LANJUTKAN LARINYA! MAU BAPAK TAMBAH JADI 3 KALI PUTARAN LAGI?!”
“Iya-iya, Pak. Saya lari lagi. Hehe.” Vanya tersenyum paksa dan melanjutkan larinya.
Disela larinya, Vanya berbatin, ‘Tuh cowok murid baru ya? Pindahan? Kok aku nggak pernah liat dia, ya?’
"VANYA!" untuk kedua kali, Pak Anwar berteriak lagi. Vanya langsung lari terbirit-birit hingga akhirnya selesai melaksanakan hukuman.
●●●
Hai!1!1!
Ketemu lagi samaku. Gimana? Memuaskan gak prolog & part 1-nya? Ehehe😄Kasih kritik atau saran ya:)
mp:))

KAMU SEDANG MEMBACA
My Moodbooster [On Hold]
Teen FictionCute cover by @alanaznth ! 😘❤ Vanya hanyalah seorang gadis yang mencintai Zovan yang terkenal cuek. Bukan cuek, sebenarnya. Zovan bisa dibilang cowok yang baik, namun Ia sangat bodoamat dengan sekitar. Hingga akhirnya Zovan bertemu dengan Vanya, ta...