12. Fery

1.6K 34 3
                                    

~Selamat Membaca~

Sejak hari itu, Zovan dan Vanya semakin dekat. Iya, dekat. Sedekat nadi. Entah takdir yang mempertemukan ataukah hanya kebetulan. Mereka tidak tahu. Yang mereka tahu hanya mereka yang sekarang menjadi dekat. ChaViLa juga dekat dengan Zovan karena Vanya. Zovan memang dingin kepada tiga orang itu. Tapi, tiga cewek rempong itu bisa membuat Zovan tersenyum walau tipis, sih.

Sekarang ini saja, Vanya yang tadinya membaca buku di perpustakaan sendiri, kini ditemani ketiga temannya dan Zovan disebelahnya. Acha bercerita dengan semangat. Via dan Lala menanggapi dengan semangat pula. Vanya? Hanya diam membaca buku sekali-kali tersenyum jika Acha bercerita padanya. Zovan? Bermain game di androidnya sambil sekali-kali melirik Vanya yang sangat manis jika serius membaca buku. Ah, manisnya.

"Jadi, begini. Awalnya, gue ketemu sama dia itu di empang. Terus--"

"Wait! Empang? Gak ada tempat lain selain empang itu? Gak romantis banget, elah!" Cela Lala menanggapi Via yang kini mendapat giliran bercerita. Via berdecak dan memutar bola matanya. Sedangkan Acha hanya diam memandangi kedua temannya yang sedang berunding tentang empang.

"Dengerin dulu makanya!"

"Iya deh iya. Jangan empang lagi. Gak romance."

"Awalnya, gue ketemu dia di taman. Wess! Romance, 'kan? Gue lagi duduk menyendiri di bangku taman deket pohon ceri yang lebat itu. Terus dia dateng duduk di samping gue. Gue kaget. Tapi, mencoba untuk cool. Eakk!" Via menjeda ceritanya sebentar dengan kekehan.

Lala mencibir, "Sok cool." Katanya. Acha memasang wajah datarnya seraya menopang dagu malas.

"Daripada lo. Petakilan kaya simpanse baru keluar kandang dan pertama kalinya ke kota. Lasak. Tuh cogan gajadi nyantol di lo, 'kan? Dia jijik ngeliat lo." Cibir Via dengan pedas.

Acha tertawa, "Simpanse! Hahaha!"

Lala mendadak melotot. Tidak terima jika dirinya dipanggil simpanse.

"Dasar mimiperi." Balas Lala. Acha masih tertawa dengan memukul meja keras. Zovan dan Vanya hanya mendongak sekilas. Mereka lalu bertatapan agak lama dan memasang senyum. Setelah itu menunduk lagi untuk melanjutkan aktivitas masing-masing. Tidak sadar, Via menangkap adegan romansa dua orang itu.

"Ciekk ciekk! Pandangan pertama awal aku berjumpa!" Senandungnya dengan nada menggoda. Tangannya mencolek lengan Acha. Acha nerhenti tertawa dan menatap Via. Via menunjuk dua insan yang menunduk. Lala dan Acha tersenyum jahil.

"Cieeee!!! Ekhem! Ekhem!"
"Ohokkk!"
"Aduh, aduh! Ohokk!!! Keselek simpanse!! Ohokkk!"
"Simpanse lagi! Hahaha!!"
"Keselek mimiperi!! Ohokk!"
"Ada yang pacaran disini, ekhem!"

Vanya dan Zovan yang merasa ketiga kunti itu lebay, mendongakkan kepala dengan cepat. Wajah ketiganya terlihat menggoda-goda. Tetapi, pandangan mereka ke arah lain. Seketika, wajah Vanya memerah. Jantung Zovan berdetak dua kali lebih cepat. Sigap, mereka menunduk kembali. Tidak siap untuk membuat jantung ataupun wajah mereka kembali ber-efek aneh.

ChaViLa hanya tertawa. Mereka puas sudah. Dengan ria, mereka ber-tos ria. Vanya akan membalas dendam kesumat. Tapi, nanti. Iya, nanti. Dengan memasukkan kecoa ke tas ketiganya.
Ha-ha!

●●●

"Eh, Van! Van!"

Patra berlari menyusul Zovan yang sedang berjalan menuju kelas. Telinga pria itu disumpal earphone. Wajar jika ia tidak mendengar teriakan Patra. Patra pun dengan sekuat dan setegar hatinya mengejar Zovan.

Pluk!

"Zovan! Cailah!"

Zovan yang tidak siap dengan tepukan di bahunya itu, tersentak dan memegangi dadanya. Kaget.

My Moodbooster [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang