05. Berdegup kencang

1.9K 44 1
                                    

~Selamat Membaca~

"Cha, liat tugas cepetaaaannn!" Teriakan Vanya membuat Acha membelalakkan matanya sambil mengelakkan badan ke belakang menatap Vanya heran.

"Elah, santai!"

"Uda cepetaann! Ntar aku dihukum Bu Mala lagi!" Panik Vanya. Kakinya dihentak-hentakkan agar Acha cepat mengambil bukunya.

"Nih, nih." Acha menyodorkan buku tugasnya pada Vanya. Vanya langsung menyambar begitu saja. Sedangkan yang punya buku hanya, memasang wajah masam. Vanya, Vanya.

"Seratus tujuh belas pangkat dua dikali lima ratus-- Ish! Ini berapa nih?!" Vanya menggoyangkan tangan Acha dengan kasar sehingga sang empu menahan sakit setengah mati.

"Ih, Anya! Biasa aja ih!"

"Ini berapa?! Aduh mampus!"

"Delapan. Terus, tiga ratus dibagi dua puluh." Vanya dengan secepat kilat menjawab soal-soalnya. Acha hanya geleng-geleng seraya menatap layar ponselnya.

"ALHAMDULILLAH, SELESAI!" Suara menggelegar Vanya membuat siswa/i kelas terbelalak. Termasuk Acha.

"Astagfirullah! Anya, ah!"

"Kenapa?" Tanya Vanya polos setelah meregangkan otot tangannya yang sempat pegal.

Seketika semua senyap.

●●●

"Vanya, kesini." Perintah Bu Melati. Vanya kebetulan lewat kantor guru. Karena Bu Melati melihatnya, jadinya Vanya-lah yang dipanggil.

'Duh bego banget dah. Aku kenapa lewat sini ya?' Batin Vanya merutuki keslahannya. Bu Melati jika minta tolong, bisa menyebabkan jantung dag-dig-dug serrr sendiri.

"Vanya?"

"Eh! Iya, Bu? Ada apa?" Vanya tersadar dari lamunannya dan langsung mendekat ke arah Bu Melati

"Ini, ibu minta tolong kamu buat antarin ini ke kelas 11 IPA 8. Kamu tau yang namanya Zovan?"

'Ebuset! Kak Zovan?!'

"Emm ... K-kenal, Bu." Jawab Vanya ragu. Sebenarnya dia malu.

"Yauda. Kamu antar ya ke dia. Bilang kalo ini dari Mamanya." Bu Melati menyodorkan sebuah goodie bag berwarna hitam yang entah apa isinya. Vanya mengangguk sambil tersenyum.

"Oke. Makasih ya." Vanya mengangguk lagi.

'Nih guru tumben baik.'

Langkahnya ragu untuk menuju kelas 11 IPA 8. Apa Zovan masih mengingatnya? Ah, entahlah.

●●●

Tok...! Tok...! Tok...!

Vanya mengetuk pintu kelas 11.8. Dia masih canggung untuk bertemu dengan Zovan. Atau mungkin ia minta tolong saja pada guru kelasnya itu untuk memberinya ke Zovan?

Ceklek.

"Ada apa, nak?" Tanya guru di kelas itu. Guru itu memang terlihat lembut. Wajar, dia masih muda. Namanya, Bu Milla.

"Ini, Bu, mau ngasih ini ke Kak Zovan." Vanya menunjukkan goodie bag hitam itu pada Bu Milla. Bu Milla mengangguk dan membalikkan badannya memanggil Zovan.

"Zovan, ini ada yang nyariin."

'Kampret. Gak bisa ya kalo Bu Milla yang ngasih?'

Yang merasa dipanggil pun bangkit dari duduknya. Sementara Vanya, gadis itu susah payah menelan ludahnya.

My Moodbooster [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang