04. Sebuah Rasa

2.1K 48 3
                                    

~Selamat Membaca~

"Dek, bangun yuk. Gak mandi dulu? Anya? Bangun ih, temenin abang." Sedari tadi Vino membangunkan Vanya yang tertidur selama 1 jam itu. Bukan apa-apa. Tadi 'kan Vanya sudah berjanji untuk menemaninya ke Toko buku. Dan Vanya menyetujuinya.

"Nghh ... Apasih, Bang?" Balas Vanya sambil mengucek-ucek matanya yang terasa sedikit gatal. Vino langsung menarik tangan Vanya yang mengucek matanya dengan kasar.

"Pelan-pelan, Anya, ngucek matanya," Vino mengusap-usap mata kanan Vanya yang gatal itu dengan lembut. Vanya hanya diam. Bukannya bilang makasih atau apa, gadis itu malah tidur lagi.

"Anya, Temenin Abang,"

Vanya langsung terduduk dengan mata melebar serta mulut menganga. Vino sedikit terlonjak dan mengelakkan kepalanya ke belakang saking kagetnya.

"AKU LUPA! Ini jam berapa emang? Duh, udah malem ya? Kok Abang gak bangunin daritadi? Pasti Abang uda nunggu Anya bangun daritadi, 'kan? Ih Abang sih! Gak bangunin Anya. Anya gak jadi beli novel best seller-nya dong," Cerocos Vanya tidak jelas. Vino hanya menggelengkan kepala sambil terkekeh. Ia ingin sekali menabok adiknya saat ini. Sangat.

"Panjang ya ngomongnya, kaya rel kereta." Balas Vino disertai dengan senyum geram. Tangannya sudah gatal.

"Ih, Abang! Ayo cepetan ke Toko buku! Nanti keburu tutup! Novelnya juga keburu habis!"

"Tutup ndasmu! Masih jam 2 juga. Mana mungkin tutup siang-siang. Ngotak!" Vino menoyor kepala Vanya dengan keras. Akhirnya tangannya yang gatal, sudah tidak lagi dengan cara menoyor Vanya. Kepuasan berpihak padanya ketika Vanya mendengus kesal.

"Ayo, Pino! Nanti aku bilangin bunda. Awas aja!" Ujar Vanya mengancam. Gadis itu langsung turun dari ranjangnya dan menuju toilet. Vino? Hanya bisa mencibir sambil mengolok-olok Vanya tanpa sepengetahuan gadis itu sendiri.

●●●

Vanya dan Vino tidak jadi ke toko buku, melainkan ke Transmart Carefour. Alasannya, karena Bunda Vita meminta mereka untuk membeli beberapa cemilan. Keluarga Venus ini suka ngemil. Termasuk Ayah Venus yang kelihatan tegas.

"Bang, Anya kesana dulu ya. Nanti Anya balik lagi." Vanya menunjuk sekilas ke arah jarum jam 6. Vino yang masih memilih buku-buku itu hanya mengangguk. Sedangkan Vanya, gadis itu belum menemukan novel pilihannya. Padahal, yang best seller lain juga sudah tersedia.

Dengan seizin Vino yang mengangguk, Vanya berjalan pelan sambil melihat-lihat novel pilihannya itu. Siapa tahu terselip.

"The King of Ice ... Balleria ... Heartbeat-- Eh! Itu dia!" Setelah melihat ke segala penjuru Gramedia ini, ia menemukan novel tersebut. Pantas saja ia tidak menemukannya. Novel itu berada di ujung.

Hap!

Dengan riang, Vanya langsung mengambil novel. Gadis itu segera kembali ke dekat Vino. Vino tampak masih memilah-milih buku sambil sesekali menghembuskan nafas gusar.

"Ada, Bang?" Tanya Vanya dengan nada malas. Sudah 1 jam mereka keliling-keliling disini.

"Gak ada. Beli lain kali aja deh. Eh iya, tadi disuruh bunda buat beli cemilan."

"Cemilan?! Whoa! Ayo!"

"Ayo,"

●●●

Vino dan Vanya masih mengambil beberapa cemilan lagi. Pilihan Vanya banyak. Yang inilah. Yang itulah. Sudah remaja masih saja kelakuannya seperti anak-anak.

"Yang itu aja Pino! Tinggal satu! Ntar keburu diambil!"

"Ck! Ini aja! Bunda sukanya yang ini."

"Tapi aku sukanya yang itu!"

My Moodbooster [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang