07. Hujan

1.7K 40 0
                                    

~Selamat Membaca~

Acha tersenyum menggoda saat Vanya memasuki kelas dengan senyum mengembang. Jujur saja, Vanya tidak pernah senyum selebar itu di waktu sebelumnya. Apa karena Zovan? Acha tau. Ya, semuanya. Kejadian di taman itu membuatnya terkekeh geli. Vanya dan Zovan yang saling melting karena sesuatu. Acha mengintip dari kejauhan karena ia sendiri pun tidak yakin jika Vanya ke toilet.

"La, Vi, Si Vanya katanya mau ke toilet, tapi apa? Malah ke taman bareng Kak Zov--" Acha langsung memutuskan kalimatnya karena Vanya menutup mulut Acha rapat-rapat.

"Berisik Acha, ih!" Vanya menghentakkan kakinya sebal. Lagipula, darimana Acha tahu jika ia bersama Zovan? Ah, pasti Acha mengintip dan ... yak, itu benar.

Lala dan Via mengerutkan dahi bingung. Mereka penasaran dengan lanjutan kalimat Acha tadi.

"Apa, Cha?"

"Enggak! Gak ada apa-apa!" Vanya menjawab cepat membuat Lala dan Via saling pandang dua detik. Sedetik kemudian, Acha berteriak.

"Si Vanya ke taman bareng Kak Zovan woi!"

Vanya membulatkan matanya. Bibirnya terkatup dengan sendirinya. Sementara Lala dan Via? Mereka mendadak tersenyum dan tatapan mereka berubah menjadi tatapan menggoda.

"Atciekkk!" Goda keduanya berbarengan. Pipi Vanya memanas seketika. Acha ini memang tidak bisa menjaga rahasia jika menurutnya rahasia itu memang sangat-sangat aib.

"Ngomong apaan aja sih sama Kak Zovan?" Tanya Lala sambil mencolek bahu Vanya. Vanya mengerucutkan bibirnya.

"Tadi, si Panya sama Kak Jopan makan cemilan bareng sampe ngakak-ngakak. Seru banget deh kalo kalian liat. Gua aja cekikik sendiri." Kata Acha sambil melirik Vanya yang masih mengerucutkan bibirnya.

"Wah sayang ya, kita gak liat." Kata Via berpura-pura sedih dan Lala menganggukkan kepalanya setuju dengan apa yang dikatakan oleh Via.

"Hina aja terus," Celetuk Vanya dingin. Ketiga temannya pun hanya terkekeh.

"Gue 'kan cuma ngakak, Nya. Jangan marah gitu dong. Ya? Ya, ya, ya?" Acha memeluk Vanya dari samping sehingga Vanya tidak bisa mengelak. Gadis pecinta musik itu hanya mengangguk. Acha tersenyum lalu menolak dahi Vanya pelan.

"Sekali lagi jangan bohong. To the point aja,gak usah malu-malu. Ya, 'kan, guys?"

"Yoi." Jawab Lala dan Via masih dengan wajah yang terkesan menggoda. Vanya hanya bisa menghembuskan nafasnya pelan. Dunia seakan tidak mau jika Vanya dekat diam-diam dengan Zovan. Dunia malah menginginkan orang terdekatnya tahu. Vanya tidak bisa membantah jika seperti ini.

●●●

Bel pulang sudah terdengar sejak 15 menit yang lalu. Tapi, dua orang gadis masih menetap di kelas. Vanya dan Acha. Mereka belum pulang? Belum. Alasannya, hujan turun begitu deras. Sebenarnya, langit sudah gelap sedari tadi. Dan bisa dipastikan jika hujan akan turun. Ternyata? Benar. Hujan turun sangatlah deras saat ini.

"Cha, kamu pulang aja deh, ntar orangtua kamu nyariin," Usul Vanya. Gadis itu merasa tidak enak pada Acha. Acha sama sekali belum mengabari orangtuanya. Wajar jika Vanya merasa tidak enak. Lagi pula, jam sudah menunjukkan pukul tiga sore.

"Ya enggaklah, Panya. Lo sahabat gue, bukan?" Tanya Acha yang tetap keukeuh tidak ingin pulang dengan alasan ingin menemani Vanya sampai Vanya dijemput. Tapi masalahnya, sekarang ini jemputan Vanya belum muncul-muncul juga setelah 15 menit yang lalu Vanya menelpon.

Vanya menghembuskan nafas kesal dan menatap Acha datar, "Ya iyalah kita sahabat. Tapi emang kenapa kalo Vanya ini sahabatnya Acha? Gak ada hubungannya sama pulang."

My Moodbooster [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang