03. Vanya Imut

2K 46 0
                                    

~Selamat Membaca~

“Mommy! Aku pulang!” teriak Vanya dengan lantang. Padahal itu rumah, bukan hutan.

“Alah! Momma Mommy! Sok inggris, lo!” celetuk Vinni, adiknya, yang sedang duduk santai di sofa sambil mantengin Android.

Vanya hanya cengar-cengir sendiri. Gadis itu mendekati adiknya yang sedang main game. Walaupun perempuan, kelakuan Vinni tomboy. Buktinya saja, kakinya sekarang terjulur ke atas meja.

Pluk!

“Kaki kamu, Vinni! Gak sopan banget. Ini ada makanan. Gak boleh!” Vinni mencebikkan bibirnya seraya mencibir. Gadis tomboy itu segera menurunkan kakinya. Lalu, melanjutkan game-nya.

“Oh ya, Bunda mana?” Vanya celingukan mencari-cari Bundanya. Biasanya, pada jam ini, Bundanya menonton TV atau memakan cemilan.

“Dapur.” jawab Vinni singkat tanpa menoleh ke Vanya. Vinni masih sibuk dengan game-nya.

“Ngapain?”

“Ck! Liat sendiri lah, Vanya!” ketus Vinni sambil mendecak lidah sebal.

“Ngeselin banget sih. Nanya mulu.” gumam Vinni dan Vanya masih bisa mendengarnya karena Vanya sendiri pun belum tuli.

Vanya mendelik sebal karena adiknya ini sangatlah menyebalkan. Ia masih berusaha mengingat-ingat, Bundanya dulu ngidam apa, ya, sewaktu mengandung Vinni?

Ah, akhirnya Vanya ingat. Bundanya dulu ngidam durian. Memang wajar sih. Tapi, Ayah Vanya tidak setuju dengan usul Bundanya itu. Oleh karena itu, Bundanya mencak-mencak tidak jelas. Maklumi lah, namanya juga Bumil alias Ibu Hamil.

Vanya mencoba bersabar. Mengalah dengan adik bukanlah hal yang mudah dilakukan. Kita harus bersabar. Orang yang sabar disayang pacar. Eh?

•••

“Vanya! Makan siang dulu, sayang!” teriak Bunda Vita dari ruang keluarga.

“IYA, BUNDA!” teriak Vanya tak kalah keras. Lalu, meletakkan handphone-nya di nakas.

“Gak usah teriak-teriak, kali. Ini rumah keluarga Venus, bukan hutan Amazone.” tiba-tiba, Vino —Kakak tertua Vanya, mengejek sekilas dengan cara menyembulkan kepalanya dari luar kamar gadis itu lalu kembali lagi ke kamarnya yang berada di sebelah kamar Vanya.

“Lebay,” gumam Vanya. Sedangkan Vino, dia hanya geleng-geleng kepala.

“Bang Pinoooo!”

“Apasih, dek? Gak usah teriak, ih!” Vino yang jengkel dengan Vanya hanya bisa mendengus sebal. Tapi, begitu pun, Vino adalah kakak yang paling lembut daripada kakak yang satunya. Vidya. Vidya adalah Kakak tertua kedua setelah Vino. Vidya itu kakak paling cerewet.

Vanya cengengesan sendiri karena Vino menahan amarahnya.

“Bang, abang kan baik, terus pinter gitu. Juara 1 di kelas kan? Nah iya! Abang itu–”

“Langsung aja, Dek. Mau apa?”

Vanya terkekeh sambil mengibaskan tangannya ke atas dan ke bawah.

“Bang, ambilin makan siang Vanya, dong! Boleh kan? Plisss.” jika sudah memasang Puppy Eyes, Vito tidak bisa membantah permintaan adiknya itu.

“Oke. Tapi janji, nanti temenin Abang ke Toko Buku.”

“Oke! Aku juga mau beli novel keluaran terbaru.”

Vino terkekeh lalu mengacak-acak rambut Vanya yang lembut. Vanya tidak cemberut karena Vino sudah sering memperlakukan Vanya dengan cara itu jika Vino gemas sendiri.

Selain ngangenin, adiknya juga imut.

Anya, Anya. Imut banget. Tapi, ganas kaya Godzilla, Batin Vino sambil berjalan menuju dapur. Menggeleng-gelengkan kepalanya seraya terkekeh membuat beberapa orang rumah heran menatap Vino.

•••

Ketemu lagi yeayy!
Pendek? Iya. Gak jelas? Apa lagi. Gak nyambung? Iya juga. Hehe.
Maklumi ya, masih amatiran soalnya😋

Ini lagi kurevisi habis-habisan T_T

mp:))

My Moodbooster [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang