• Chapter 8 •

368 93 30
                                    

Chapter 8 : Rumah Pohon.

Sudah terlambat bagimu untuk menyelamatkanku

Aku sudah terlanjur patah hati

Terlalu hancur untuk diperbaiki

Bahkan tawamu tak dapat menyembuhkan lukaku lagi

Begitu sakit, sehingga aku lupa bernapas

Dan pada akhirnya, aku mati tercekik karenamu

●●●●

Luke dan Bella duduk bersampingan dengan kaki terjulur ke bawah. Mereka berada di rumah pohon di komplek rumah Luke dulu. Tempat itu rindang sehingga cocok untuk tempat bersantai. Bella menyandarkan kepalanya ke dada Luke, sedangkan lelaki itu memeluk badan Bella.

Seandainya saja waktu bisa dibekukan, sudah pasti Luke akan melakukannya. Saat ini, bersama Bella, adalah momen paling berarti bagi Luke. Dia bersyukur telah diberi kesempatan untuk bisa sedekat ini dengan gadis yang dia cintai. Luke bisa menghirup aroma stroberi dari parfum Bella. Luke bisa memeluk Bella. Semua itu terlalu berarti bagi Luke sehingga dia tak ingin menyia-nyiakannya.

Luke ingin mencintai Bella tanpa beban. Luke ingin mencintai Bella dengan bebas setiap hari, tanpa ada perasaan khawatir. Tetapi kadang tak semua harapan bisa menjadi kenyataan. Dan Luke harus puas dengan menelan rasa sakitnya sendiri.

"Gue ingat tempat ini," kata Bella tiba-tiba. Luke memperhatikan gadis yang berada dalam pelukannya ini. Pandangan Bella menerawang jauh. "Ini tempat pertama kalinya kita ketemu."

Luke senang Bella masih mengingatnya. Setahun yang lalu, Bella tersesat di komplek ini ketika dia ingin pergi ke rumah temannya. Hari sudah sore kala itu. Bella kemudian melihat rumah pohon ini dan berinisiatif untuk mengeceknya sebentar. Tahu-tahu, dia menemukan Luke yang bersantai di dalamnya.

"Ternyata lo inget, ya," kata Luke.

Bella mengangguk-angguk. "Gue ingat saat lo ngeliat gue, lo langsung ngusir gue, tanpa peduli kalo gue ini cewek," kata Bella. "Gue awalnya bingung kenapa. Eh, besoknya di hari pertama sekolah di SMA, kita ketemu lagi."

"Maaf udah kasar sama lo waktu itu," sahut Luke.

"Ah, nggak papa," balas Bella. "Saat itu gue nggak tau kalo lo ... introvert. Lo nggak suka dideketin. Tapi yang bikin bingung, kenapa lo mau gue deketin? Lo tau sendiri gue itu heboh dan kadang suka sembarangan, sedangkan lo kalem dan pemalu."

Luke tersenyum. "Nggak tau, tuh," jawab Luke. "Mungkin karena lo bikin gue nyaman?"

"Gue juga nyaman sama lo."

Sial, hati Luke bergemuruh lagi. Bella tak pernah mengatakan perasaannya pada Luke. Kenapa sekarang dia malah mengatakan kalau dirinya nyaman dengan Luke? Luke takkan pernah bisa mengerti Bella. Biarpun dia periang dan heboh, Bella juga menyimpan sosok misterius. Namun mungkin itulah yang membuat Luke tertarik padanya.

Luke terdiam, tak tahu harus berkata apa lagi. Tenggorokannya tercekat. Dia hanya memeluk Bella dalam keheningan.

Memang benar, Luke hanya mau didekati Bella. Dia seorang introvert. Dia suka menyendiri. Dan rumah pohon ini adalah salah satu tempatnya untuk bersembunyi. Dia suka keheningan. Namun anehnya, dia juga suka ketika Bella heboh karena sesuatu.

Tiba-tiba, Bella menarik kepalanya dari dada Luke dan mencium pipi Luke, dan sukses membuat lelaki itu kaget setengah mati. Namun Bella hanya tersenyum.

"Jangan pikirkan apa-apa, Luke," kata Bella dengan lembut. "Gue bakal ngelakuin apa aja kalo lo minta."

Bella tersenyum misterius.

°°°

HMMM

BELLA KENAPA TUH

PADAHAL JADI BELLA ENAK YAK, DICINTAI LUKE BEGITU. TAPI BELLA GAK BERSYUKUR WKWKW NYING

MAAPIN AQ BELLA

ANYWAYS, KLEAN BLOM BOSEN KAN? JANGAN LAH WKWWK

Salam manis,
Litha

One Last Time | Luke Hemmings✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang