• Chapter 11 •

351 84 45
                                    

Chapter 11 : Jalan Pulang yang Panjang.

Aku terjaga di malam hari

Memikirkanmu tanpa henti

Mimpi-mimpi yang hancur bertebaran di sekitarku

Langit menjerit dan menangis malam ini

Karena kau tak ada di sisiku

Jika kubilang aku membutuhkanku

Maukah kau berlari ke sini dan memelukku?

Sayangnya, kau terlelap dengan nyaman di sana

Sementara aku mencari-cari

Ke mana hangatmu yang hilang

●●●●

Bella kira waktunya sudah berakhir.

Ternyata masih belum, karena tanpa disangkanya, Luke malah membawanya memutari kota lagi, bukannya membawa Bella pulang.

Harus dia akui, dia bersyukur Luke tidak langsung mengantarnya pulang. Dia belum mampu melepaskan Luke. Tidak, dia tidak pernah siap. Terpisah dengan Luke sehari pun Bella tak mau. Apalagi jika statusnya bukan milik Bella lagi. Bella sungguh frustrasi sehingga rasanya dia ingin membenturkan kepalanya ke jendela berulang kali.

Semakin dia memandang lelaki yang sedang menyetir di sampingnya, Bella semakin mencintainya. Dia bahkan sanggup menyerahkan apa saja asal bisa bersama Luke. Namun, dia punya pilihan apa lagi selain melepaskan Luke demi kebahagiaan lelaki itu?

Bella baru tahu beginilah rasanya melepaskan seseorang yang dia cintai hanya untuk membiarkan mereka bahagia, padahal dirinya sendiri sakit hati.

Bella ingin memandang lelaki itu dan mengetahui bahwa Luke hanya miliknya. Dia ingin menggenggam tangan Luke ketika Luke perlu dukungan. Dia ingin memeluk Luke ketika Luke kedinginan. Dia ingin mencium Luke dan merasakan keberadaan Luke dalam hidupnya. Dia ingin mengelus rambut Luke dan mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja.

Semuanya tak baik-baik saja.

Mereka berdua adalah contoh lelaki patah hati bertemu dengan gadis patah hati. Namun bisakah mereka berdua saling memperbaiki? Bisakah kedua hati yang patah itu disambung menjadi satu hati yang utuh?

Bella menyerah untuk memikirkannya dan memutuskan untuk memandangi Luke saja. Hari sudah malam. Sedangkan mereka berdua masih berkeliaran di jalan karena tak mau saling melepaskan.

Bella membuka jendela mobil dan mengeluarkan kepalanya sedikit untuk menikmati angin malam. Rambutnya berkibar, sehingga dia harus mengesampingkannya. Luke tersenyum sambil menolehnya sekilas.

"Tutup jendelanya, Sayang," kata Luke. "Nanti masuk angin lho kena angin malam."

Bella cemberut sedikit, namun memilih untuk menutup kembali jendelanya dan bersandar di kursinya. Luke bisa melihat kalau Bella sudah lelah. Dia tersenyum dan mengelus kepala Bella sebentar.

"Kita ngapain keliling-keliling dari tadi?" tanya Bella.

Luke mengendikkan bahu. "Gue pengen ngambil jalan pulang yang panjang, karena gue nggak mau menghabiskan waktu gue sendirian. Karena gue pengen menghabiskan lebih banyak waktu sama lo."

Bella memandang Luke dari samping. Luke tersenyum pada Bella, sebelum kembali fokus ke jalanan. Bella mengernyitkan dahinya pertanda bingung. Mengapa Luke mengatakan hal itu padanya?

Mendadak, Bella menyadari sesuatu.

°°°

AYO TEBAK

KALO ADA YG BISA NEBAK APA YG DISADARI BELLA, GUE KASIH DUIT SEJUTA

Anyways, mo ngomong apa lagi y

Ah sudahlah

Salam manis,
Litha

One Last Time | Luke Hemmings✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang