Amara-Bab 1

184 9 4
                                    

"Hei! Kamu yang disana! Mau ngapain? " Tegur seorang bapak-bapak berseragam satpam dengan kumis hitam melintang nya. Pak Opie nama nya.

"Ya mau masuklah! Emangnya bapak pikir saya mau ngapain lagi? " Jawab Amara yang sekarang malah balik tanya dan melempar tas nya ke sembarang tempat serta mulai sibuk mengangkat rok abu-abu nya agar tidak sobek terkena ujung pagar yang runcing ini.

"Hei hei hei! Amara, turunin tuh rok kamu! Kamu nggak malu ya?" Kata pak Opie sambil menunjuk ke arah rok Amara yang dinaikkan sampai ke paha dengan sebelah tangan yang menutupi kedua mata nya.

"Ah, bapak ini rempong banget! Bapak saya ngelihat saya pake tanktop sama celana pendek aja b aja tuh! " Jawab Amara dengan santai nya sambil berlari ke kelas nya XI ips 4.

"Dasar bocah edan! Ora waras! "
Umpat pak Opie sambil mengangkat pentungan nya dan dibalas juluran lidah oleh Amara.

****

Nama gadis itu Amara. Amara Pradita Kusuma. Amara adalah seorang gadis setengah tomboy dan setengah feminim. Cukup aneh kedengarannya, tapi memang begitu orang-orang sekitar menjuluki nya.

Seperti sekarang ini, dengan santai nya dia melewati koridor kelas nya sambil mengunyah permen karet rasa mint kesukaannya tanpa memperdulikan seluruh warga sekolah yang sedang menghormati sang saka dengan keringat yang bercucuran.

Walaupun tingkah Amara begajulan seperti laki-laki, tapi jangan anggap dia kuat. Dia memang kuat dengan fisik nya. Tapi tidak dengan hati nya. Hati nya itu sensitif, tak jarang dia sering menangis kala hati nya tersentil sedikit.

"Allahu akbar! Fadhil? Lo kok gak ikut upacara? " Tanya Amara kepada laki-laki yang sekarang ini sedang berbaring di atas meja dengan sebelah tangan yang menutup mata nya. Tak lupa dengan earphone yang tersambung di kedua telinganya.

"Amar? Lo sendiri ngapain disini? " Jawab Fadhil yang sekarang malah balik tanya.

"Please, stop panggil gue Amar! Nama gue itu Amara! " Ucap Amara sambil menajamkan tatapan nya ke hadapan wajah Fadhil .

"Terus? " Kata Fadhil sambil menaikkan sebelah alis nya dan balas menatap Amara dengan sengit. "Lagian, lo itu lebih cocok dipanggil Amar. Karena kenapa? Karena meskipun wujud lo itu cewek, tapi tingkah lo itu udah melebihi seorang cowok Lihat wujud lo sekarang! Rambut diikat berantakan, baju yang nggak disetrika, muka kusam, kulit hitam, dan ditambah dada lo yang nggak berisi alias tepos. Nih asal lo tau aja ya, lo itu jauh beda dengan cewek-cewek biasanya!" Lanjut Fadhil lagi.

"Lo nyebelin! " Seru Amara tapi kali ini dengan amarah yang tak bisa dibendung lagi. Mata nya pun mulai berkaca-kaca. Sebetulnya bukan kali ini saja orang-orang berkata seperti itu kepada Amara. Tapi, kenapa rasanya sakit saat Fadhil yang mengatakan itu kepada nya.

Dengan kasar Amara langsung mendorong dada bidang Fadhil dan langsung meludahkan permen karet nya yang sekarang tidak ada rasa mint-nya lagi tepat di hadapan Fadhil. Dan berlari sekencang-kencang nya ke tempat yang biasa dia kunjungi.

****

Disinilah sekarang Amara meluapkan emosinya. Di lapangan basket yang tidak terpakai lagi yang terletak dibelakang sekolahnya. Amara sengaja cabut kesini. Ntah sudah berapa kali dia kesini, tepatnya mungkin di saat-saat dia lagi badmood.

AMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang