Amara-Bab 6

43 8 0
                                    

Seperti biasa setelah melaksanakan shalat subuh, Fadhil mengangkat kedua tangan nya dan mulai memanjatkan doa-doa yang ditujukan untuk orang-orang tersayang dan terdekatnya.

Dari sekian doa yang diucapkannya, hanya doa untuk mendiang kakaknya lah yang paling panjang. Setelah itu, doa untuk kedua orang tuanya.

Walaupun hubungan nya dengan orang tua nya itu meregang, tapi dia tidak akan melupakan kewajibannya untuk mendoakan orang tuanya. Dia berdoa agar kedua orang tuanya itu cepat sadar kalau mereka itu masih punya anak selain Fathia.

Setelah selesai melaksanakan kewajibannya, Fadhil melipat sajadahnya dan melepas kopiah yang membuatnya dua kali lipat lebih tampan dari biasanya.
Sejenak dia mematung di depan cerminnya dan melepas pelan-pelan plester di hidungnya.

Fadhil jadi ingat kejadian waktu dia tidak sengaja mengenai kepala Amara dengan bola kaki nya dan alhasil hidung mancung nya yang menjadi sasaran.

Fadhil heran kenapa dia sangat senang saat mengusik Amara dan menantang cewek jadi-jadian itu. Baginya ada rasa tersendiri saat menggoda gadis itu. Mengingat Amara, hanya bisa membuat Fadhil jadi geli sendiri. Dia terkadang geli kenapa dia bisa mengganggu orang yang padahal tidak ada salah dengan nya. Biarlah hal itu menjadi hiburan semata untuk Fadhil.

****

Sementara itu di kamar seorang cewek yang banyak sekali poster Michael Jordan dan John Cena tengah sibuk menyisir rambut-- kusutnya dengan sisir yang mungkin sudah sisir ketiga. Karena sisir yang pertama dan kedua sudah patah jari-jarinya disebabkan rambut kusutnya. Ralat, -- sangat kusut itu lebih tepatnya.

"Argghh.. Hhhh.. Gila ini rambut susah banget sih di sisirnya. " ujar Amara yang kini mulai frustasi karena daritadi sisir yang dipakainya patah.

"Ada yang bisa Bibi bantu, non? " Bi Suji selaku asisten rumah tangga di rumah Amara pun masuk dan menawarkan bantuan kepada anak majikannya yang tengah kesusahan menyisir rambut kusutnya.

"Eh, iya tolong dong bi. Aduh, aduh bi rambut saya nyangkut bi, tolong dong bi, aduh! " jerit Amara karena semakin sisir itu ditarik, serasa kulit kepala nya juga ditarik.

"Ya ampun non.. Kan udah Bibi bilangin, toh. Kalau ke sekolah itu sisirin dulu rambutnya non"
Ujar Bi Suji sambil melepaskan rambut pirang Amara yang tersangkut di sisir.

"Iihh Bibi.. Amara kan sering kesiangan bangun nya. Jangan kan nyisir rambut, Mandi aja kadang jarang. " Ucap Amara dengan polosnya dan Bi Suji hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saja.

"Yaudah, kalo begitu besok Bibi bangunin, non langsung bangun ya. Biar nanti tiap pagi Bibi sisirin rambut non. " Kata Bi Suji sambil mengelus rambut Amara dan mulai mengepang nya.

"Eh, Bibi apain rambut Ara? " Tanya Ara sambil melihat pantulan rambutnya di cermin yang mulai dililitkan dari satu ke lainnya.

"Bibi mau kepang rambut non supaya kelihatan rapi. " jawab Bi Suji sambil serius mengepang rambut Amara yang rupanya melebihi bahu. Karena sudah disisir rapi, jadi ketahuan kalau rambut Amara itu melebihi sebahu.

"Nah, sudah selesai non. " kata Bi Suji sambil tersenyum puas dan Amara melihat pantulan dirinya yang hari ini sangat berbeda. Baju sudah rapi, dan rambutnya kini sudah tertata rapi berkat tangan ajaibnya Bi Suji. "Eh, tunggu non! " kata Bi Suji tiba-tiba disaat Amara mau turun untuk sarapan.

AMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang