Amara-Bab 11

30 5 4
                                    

"So, dimana letak kamar lo?" Tanya Fadhil sambil sedikit menoleh Amara yang posisinya sekarang tengah digendong di punggungnya.

"Noh diatas, lantai dua" tunjuk Amara dengan dagunya.

Dengan langkah pelan Fadhil menaiki anak tangga satu persatu sambil menjaga keseimbangan supaya dia dan Amara tidak jatuh.

"Lo jalannya lelet!" Gerutu Amara di telinga Fadhil.

"Dasar gak tau diri! Lo nggak sadar kalau dari tadi gue keberatan nahan beban badan lo? Gue kira karena badan lo kurus, jadinya ringan. Eh, gak tau nya badan lo berat juga. Cacingan lo ya?" Tanya Fadhil dan dihadiahi jeweran oleh Amara.

"Lo tu bisa nggak sih sehari aja nggak ngatain gue? Gak barokah gitu hidup lo karena sehari nggak ngejudge gue?"

"Udah nggak usah berisik! Mana satu kamar lo?" Tanya Fadhil saat mereka sudah di lantai 2. Letak kamar Amara dan almarhum abangnya jika kalian tahu.

"Sebelah kanan kamar gue, yang kiri kamar kosong." Jawab Amara dan Fadhil hanya ber oh ria sambil membuka pintu kamar Amara dengan sebelah tangan.

"Udah nyampe kan? Terus kenapa lo nggak turun, ngapain masih meluk leher gue?" Tanya Fadhil sambil memandang Amara dengan kedua alisnya yang dinaik-turunkan.

Amara yang baru sadar kalau dia masih memeluk belakang leher Fadhil sontak langsung melepas pegangannya.

"Thanks" Ucap Amara saat Fadhil hendak keluar dari kamar nya.

"Urwell. Btw, besok kita ke toko buku ya cari novel buat di resensi. Besok pagi gue jemput lo jam 8 pagi, jangan ngaret!"

****

Pagi-pagi sekali Amara sudah bangun dan berusaha berdiri untuk mandi. Karena sesungguhnya kakinya masih lemas akibat keseleo. Untung saja sudah agak mendingan karena sudah diurut oleh Bi Suji.

1 message received.

Fadhil
"Satu jam lagi gue otw. Awas aja lo belom siap!"

Setelah membaca pesan Fadhil yang berbau mengancam, Amara hanya mendengus dan melempar asal ponselnya di nakas lalu berjalan sedikit pincang kedalam kamar mandi.

Kurang dari 15 menit Amara menghabiskan waktunya di kamar mandi. Sekarang dia tengah bersiap dan memilah-milah baju di lemari nya yang kebanyakan berisi t-shirt serta skinny jeans.

Tok tok tok
Ceklek!

"Non, temen non yang semalem nganterin udah nungguin non di ruang tamu." Kata Bi Suji dan Amara hanya menganggukkan kepalanya dan mencepol rambutnya asal-asalan.

Setelah selesai Amara turun dan memperhatikan Fadhil yang menurutnya sok serius saat membaca surat kabar harian pagi milik ayahnya. Amara berdeham dan langsung membuat Fadhil mendongak.

Fadhil memperhatikan Amara dari kepala hingga ujung kaki nya, benar-benar sederhana. Kaos bertuliskan nirvana yang kebesaran serta boyfriend jeans yang memang menampilkan ciri khas Amara.

"Ngapain lo cengo gitu?" Sergah Amara dan membuat Fadhil mengalihkan pandangannya.

"Huh, lama kali sih lo! Gue kira lo tadi ngalis atau bedak an kayak cewek-cewek biasanya. Eh rupanya malah dandan kayak preman. Apa dikata orang pas ngeliat gue jalan sama preman pasar?"  Ucap Fadhil seraya tertawa.

"Oh, jadi lo malu gitu? Ya udah mending lo ke toko buku sendiri aja sana. Lagian lo itu cuma ganggu me time gue aja di hari minggu!" Gerutu Amara sambil pergi meninggalkan Fadhil yang sepertinya salah ngomong.

"Eits, kok lo sensi mulu sih bawaannya kalau ngomong sama gue? Biasa lo juga kadang kalau sama orang lain, lo nggak se sensi ini." Ujar Fadhil sambil serius menatap Amara yang sedang emosi.

"Masih penting buat dibahas? Kalau masih mau bahas, mending lo aja deh sendiri yang ke toko buku cari novel, terus lo yang resensi sendiri." Ucap Amara santai.

"Oke. Kalau itu emang mau lo, gue bisa lakuin itu sendiri. Dan otomatis, nilai cuma gue yang dapet. Dan nilai lo bakalan kosong, dan yang pastinya lo nggak bakalan bisa naik kelas." Balas Fadhil sambil melenggang keluar dan memainkan kunci mobilnya tanpa peduli wajah Amara yang sudah merah padam.

"GUE IKUT!" Ucap Amara lantang dan membuat Fadhil berhenti lalu menatap Amara dengan wajah kemenangan.

****

Setelah tiba di toko buku, Amara dan Fadhil bingung harus memilih novel mana yang akan mereka resensi. Karena sejujurnya, Amara baru sekali main ke toko buku. Sementara Fadhil, ini sudah ketiga kalinya dia menginjakkan kaki di tempat yang penuh dengan ribuan buku.

Pertama dengan Fathia, kedua dengan Samira, dan yang ketiga dengan cewek yang biasa diganggunya, Amara.

"Lo aja deh yang milih!" Kata Amara sambil menunjukkan wajah kesalnya dan mendorong Fadhil ke lorong yang berisi Novel karya penulis-penulis ternama.

"Kok gue? Gila Lo! Harus berdua dong." Tolak Fadhil yang sekarang menyeret tangan Amara untuk masuk berdua dengannya dan memilah-milah novel yang akan mereka resensi. Setelah berjam-jam mereka di toko buku itu, akhirnya Fadhil dan Amara masing-masing mendapatkan satu buah novel untuk di resensi.

"Gue udah dapet nih novelnya" ujar Fadhil mengagetkan Amara yang masih sibuk membaca sepenggal sinopsis novel-novel yang dia rasa cocok untuk di resensi.

"Hm, mana?" Tanya Amara kepada Fadhil yang telah memegang novel yang tebalnya kira-kira 500 lembar lebih.

"Novel apaan ini?" Tanya Amara sambil memperhatikan cover novel yang terdapat gambar yang menjijikkan menurutnya.

"Novel ena-ena" Jawab Fadhil santai sambil tersenyum miring menatap Amara yang menahan jijik.

"Setan, kembaliin sono!" Perintah Amara sambil melempar asal novel itu kearah Fadhil.

"Lo yang setan! Gua capek daritadi milih novel yang gak ada nilai seni nya." Sungut Fadhil

"Terus, lo kira novel bokep yang lo pilih ini ada nilai seni nya?" Tanya Amara dengan suara lantang sampai para karyawan yang sedang merapikan buku kaget dan menatap heran kearahnya.

Daripada harus berdebat lebih lama dengan Fadhil, akhirnya Amara mengambil satu buah novel salah satu penulis ternama yang menurutnya lebih pantas untuk di resensi dan membayarnya di kasir. Sedangkan Fadhil, dia tertawa kecil dan meletakkan novel yang berbau seks itu di tempat buku cerita anak-anak.

.
.
.
.
.
A.n: Udah dari bulan desember kemarin part ini mangkal di draft. Dilema sebenernya buat lanjut, wkwk emang dari awal sebenernya gak serius amat sih mau nulis. Cuma mau ngilangin kegabutan sambil nungguin cerita favorit yang dipublish sama author-author wp laen hehe

965 words

AMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang