Suara riuh burung-burung kini samar-samar terdengar di telinga seorang perempuan yang masih terbaring di atas sofa ruang tamu.
Dengan gerakan yang perlahan, Amara mulai membuka mata nya yang seakan lengket oleh belek matanya.
"Hoammmm... Kok gue ada disini sih? " gumam Amara yang bangun dari tidur nyenyak nya sambil melihat ke sekitar nya yang masih berserakan dengan buku sekolahnya.
"Biii.. Bi, Bi Suji ada dimana? " Panggil Amara sambil berdiri celingak-celinguk.
"Lho, Non Ara sudah bangun toh? Pantesan bibi tadi ke kamar Non tapi Non nya ndak ada. " Tanya Bi Suji kepada Amara yang masih dalam keadaan setengah sadar.
"Ngga kok Bi, Ara baru aja bangun. Tapi bukan bangun dari kamar tidur Ara, melainkan dari ruang tamu" Jawab Amara sambil menggeliat dan melenturkan otot-otot badannya yang serasa remuk. Semalaman suntuk dia mengerjakan tugas resensi novel dari Bu Loli. Ralat, dia dan Fadhil. Tapi kebanyakan hanya Fadhil yang mengerjakan dikarenakan Amara yang tak sengaja tertidur.
Ngomong-ngomong tentang Fadhil, Amara kelabakan mencari handphone nya untuk menghubungi lelaki itu.
Belum sempat dia mengetikkan sesuatu untuk Fadhil, ada sebuah pesan singkat dari line nya.
Fadhilganindra: "tugas kita gpp gue lanjut dirumah gue aja udh malem soalnya, gue jg ga tega buat ngebangunin lo yg lg tidur pulas sambil ngences :v"
Baru saja Amara ingin terharu dengan kata-kata Fadhil di pesan itu. Tapi mendadak tidak jadi karena kesal melihat kalimat Fadhil yang terakhir.
Dia hanya mengabaikan pesan Fadhil yang dikirim tadi malam dan bergegas untuk mandi.
****
Hari ini hari senin. Upacara. Dan itu menjadi salah satu daftar di blacklist seorang Amara. Tapi karena hari ini dia tidak ingin dihukum gara-gara cabut, akhirnya Amara terpaksa mengikuti Upacara. Namun, ada satu hal yang dilupakan Amara. Dia lupa untuk membawa topi buluk nya. Dia yakin bahwa hari senin dewi fortuna tidak mau berpihak dengannya.
Amara mulai maju untuk berbaris di tempat yang terik. Tempat yang sengaja disediakan untuk siswa-siswi yang tidak memakai atribut secara lengkap.
Belum lagi dua langkah Amara ingin maju dan keluar dari barisan, ada satu tangan yang menahannya. Dia melirik kebelakang dan melihat tangan nya ditahan Fadhil dan dalam sedetik Fadhil menarik Amara kembali ke barisannya serta memakaikan topi nya di kepala Amara.
"Pake ini! " ucap Fadhil santai tapi terdengar seperti perintah.
Amara baru saja ingin mengucapkan sepatah kata namun terlambat. Fadhil sudah berlari maju kedepan tempat barisan orang-orang yang tidak memakai atribut lengkap.
"Lo ga usah kayak tadi lagi. Bela-belain maju demi gue buat nutupin kesalahan gue" ucap Amara tiba-tiba sambil memandang wajah Fadhil yang bercucuran keringat yang membuat siswi-siswi di sekolahnya menahan teriakan untuk tidak berteriak karena melihat Fadhil yang begitu menawan dengan keringat yang bercucuran.
Fadhil yang mendengar Amara berkata begitu hanya menaikkan sebelah alisnya dan menyerobot minuman es jeruk dingin di tangan kanan Amara.
"Tinggal bilang makasih aja susah banget hidup lo Mar" balas Fadhil sambil menegak habis es jeruk Amara dan mengembalikan bekasnya di tangan Amara.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMARA
Teen Fiction-Ketika rasa mengubah segala nya, sesuatu yang kita benci sekalipun akan hilang begitu saja.- Amara dan Fadhil Cerita ini aku buat hanya sekedar untuk mengisi waktu luang. Jadi maafin ya kalau cerita ini gak sebagus ekspetasi kalian😊 Selamat membac...