Sebuah motor matic berwarna biru terparkir sempurna di parkiran sekolah SMA Nusa Jaya. Sebetulnya Amara punya mobil--hadiah ulang tahun dari ayahnya.
Dia bukan nya tidak mau menghargai pemberian ayahnya. Tapi dia memang tidak suka pakai mobil. Dikarenakan mobil itu tidak cocok buat dipakai di daerah Jakarta--kota yang penuh kemacetan. Kalau pakai motor, dia kan pasti bisa nyelip-nyelip di tengah kemacetan. Sebetulnya dia ingin membeli moge, tapi ayahnya belum memperbolehkannya.
Angin yang bertiup kencang sukses membuat rambut pirang nya yang berantakan--menjadi tambah berantakan. Dia sengaja tidak memakai helm, dan jadinya ya gitu.
Dengan tas yang ukurannya minimalis--isinya hanya buku kosong 2 dan pena 1,dan tak lupa di tangan kanan nya ada sebuah bola basket yang tertulis nama pemilik nya--Amara. Berjalan pasti melewati koridor kelas sambil mengunyah permen karet rasa mint kesukaannya dan sesekali men dribbling bola basket yang dipegangnya.
Orang-orang yang berada di koridor pun tak lupa untuk memberi komentar atas pemandangan yang tiap pagi mereka lihat.
'Ih, tu anak cewek bukan sih? Berantakan kali..'
'Ih, gaya nya gak banget sih! Pantesan gak ada yang mau sama dia--kecuali si cupu Balya. '
'Eh, Rin. Kalo dilihat-lihat nih masih cantikan lo dimana-dimana. Lo mah gak ada tandingannya. '
'Eh, tapi ni ya Rin, kok si Fadhil itu suka ya gangguin dia? Jangan-jangan si Fadhil suka lagi sama dia. Kan biasanya sering tu awalnya aja benci terus berubah jadi suka.'
"DIAM!!! Diam lo berdua!" jerit Karina yang sontak membuat teman-temannya-- lebih tepatnya sih antek-antek, terdiam sejenak.
"Cewek kayak gini disukai Fadhil?" Karina maju dan berhenti di depan Amara. "Huh, ya kali" lanjut nya lagi sambil mendorong Amara sampai terjatuh.
"Heh cabe! Maksud lo apa ngomong kek gitu hah? Lo mau cari gara-gara sama gue" ujar Amara dengan emosi yang meluap-luap lalu menjambak rambut ombre Karina dan meludahi permen karetnya di rambut Karina.
"Arghh.. Rambut gue.." teriak Karina histeris dan langsung membuat Bella dan Lola langsung panik tidak tau harus berbuat apa.
Sedangkan Amara dia langsung pergi ke kelasnya tanpa memperdulikan rambut Karina yang terkena oleh permen karetnya.
"Ha-hai A-mara.. Se-se-selamat pa-pa pagi. " Sapa Balya sambil tersenyum lebar di depan Amara.
"Pagi Bal.. Duh, kok gagap lo nggak ilang-ilang sih? Apa perlu mulut lo gue sumpelin bola basket? " Kata Amara sambil melangkah maju dan bersiap memasukkan bola basketnya ke mulut Balya yang sedang terbuka karena ketakutan.
"Ng-ng jangan dong A-mara. Lo u-u-dah bikin PR belom? Ka-ka-lo lo be-" Belum lagi Balya selesai bicara, Amara sudah memotongnya duluan.
"Udah, udah ni langsung ni kerjain PR gue! Nunggu lo ngomong kek nunggu ayam jantan beranak! " gerutu Amara sampai-sampai tidak memperdulikan kalimat yang barusan di ucapkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMARA
Teen Fiction-Ketika rasa mengubah segala nya, sesuatu yang kita benci sekalipun akan hilang begitu saja.- Amara dan Fadhil Cerita ini aku buat hanya sekedar untuk mengisi waktu luang. Jadi maafin ya kalau cerita ini gak sebagus ekspetasi kalian😊 Selamat membac...