Amara-Bab 10

40 5 1
                                    

Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh sekolah Nusa Jaya dan Nusa Bangsa. Pertandingan basket antar-putri dan antar-putra akan dimulai 15 menit lagi.

Di tengah lapangan, Rikko sebagai kapten basket memberi sedikit briefing kepada anggotanya. Nampak sekali aura bijaksana nya yang membuat Amara sama sekali diam tak berkedip. Entah ada apa di wajah Rikko sampai-sampai saat Rikko sudah selesai memberi briefing pun Amara tidak sadar.

"Ara, lo nggak lagi sakit kan?" Tanya Rena dan refleks,Amara menggeleng lalu tersenyum kecil.

"Nggak, siapa yang bilang?"

"Hm, nggak ada sih. Soalnya daritadi lo diem, terus mata lo nggak kedip lagi. Ntar kalo lo kemasukan, gue kan bingung harus ngapain." Jawab Rena polos dan membuat Amara tertawa terbahak-bahak.

"Hahaha.. Yakali gue kemasukan Kak Ren." Amara tertawa geli atas jawaban Rena yang sedikit konyol.

' Perhatian semuanya untuk pertandingan basket antar-putri 5 menit lagi akan dimulai. Diharapkan untuk bersiap dan memasuki lapangan. ' Suara yang bersumber dari mikropon yang dipegang Mili sang Mc bergema di seluruh penjuru lapangan dan sontak membuat Amara berserta perempuan lainnya berhamburan ke tengah lapangan. Sebelum bertanding, Amara memejamkan mata nya dan berdoa untuk keberhasilan tim basket sekolah nya.

Di pinggir lapangan penonton mulai riuh dan saling bersorak-sorak untuk menyemangati para pemain. Tak ketinggalan para cheerleader yang menggoyang-goyangkan pompom nya.

"Ayo Amara!!! Lo pasti bisaaa" Seru Anna dan Tya yang mulai heboh menyemangati Amara. Febi yang berdiri di samping mereka berdua pun hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya saja atas tingkah sahabat-sahabatnya.

Amara yang mendengar Anna dan Tya menyemangati nya pun langsung semangat untuk menaklukkan lawannya.

"Aduh!" Amara terpelanting saat dirinya sedang loncat dan ingin shooting dari samping. Tiba-tiba tubuhnya di dorong dengan sengaja oleh lawannya.

Penonton yang tadinya riuh, mendadak menjadi hening. Saking syok nya, mereka sampai melupakan Amara yang meringis karena lututnya yang terasa nyeri. Dengan tergopoh-gopoh anak laki-laki yang daritadi berdiam diri di lapangan, langsung membuang permen karet yang sedang dikunyah nya lalu dengan sigap dia mengangkat tubuh Amara.

"Lo semua! Kalo cuma ngeliatin aja, bisa mampus ni anak! " Ucap Fadhil kepada seluruh orang yang berada di lapangan.

"Ya ampun, dia kenapa kak?" Tanya seorang cewek yang merupakan anak PMR yang bertugas di UKS.

"Lo tengok aja sendiri!" Ketus Fadhil sambil berusaha menutupi wajah cemas nya.

"Amara, Amara, Amara mana Amara?" Tanya Anna dan Tya secara tiba-tiba. Sementara Febi langsung duduk di samping tubuh Amara.

"Lo berdua! Bisa nggak sih sehari aja gak usah rempong?" Tanya Fadhil sambil memperhatikan Anna dan Tya yang grasak-grusuk di samping nya.

"Kenapa lo yang sewot? Amara kan sahabat kami. " Jawab Anna dan Tya serempak.

"Sahabat lo bilang? Kalo sahabat, kenapa lo bertiga nggak nolongin dia? Lo bertiga malah bengong aja di pinggir lapangan." Sindir Fadhil.

"Kami tuh bukannya nggak mau nolongin Amara, kami tadi tuh masih syok tau nggak" Balas Anna

"Udah, udah intinya kalian semua diam! Amara tuh sekarang harus istirahat tau nggak? " Kata Tya menengahi mereka bertiga. Amara yang daritadi mendengar perdebatan antara Fadhil dan sahabat nya pun hanya bisa diam sambil meringis memegang pergelangan  kaki nya yang sepertinya keseleo.

AMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang