Halo teman-teman yang udah setia baca "Diary Fanya" jangan bosen-bosen ya. Maafin kalau banyak typonya.
Selamat Membaca...
"Bukan tentang siapa yang kita kenal paling lama, yang datang paling pertama atau paling perhatian, tapi ini tentang siapa yang bisa bertahan paling lama" -girls word-
***
"Aku tidak menggigit," ucap Dimas dibarengi dengan suara tawa yang cukup keras.
Aku kemudian membuka mataku dan melihat wajah jenakanya.
Oh bagus! Dia rupanya mempermainkanku, peri batinku menghentak dengan kesalnya.
"Kau, keterlaluan." ucapku dengan nada serius.
***
Bisa dibilang aku sangat, amat ketakutan. Tapi ketika melihat wajah jenakanya dan juga tawanya yang begitu renyah aku jadi berfikir, kalau Dimas mungkin memiliki sisi yang lembut dari dirinya.
Hanya saja, aku tidak tau bagaimana caranya membuat dia memunculkan sisi lembutnya itu.
"Jangan terlalu serius begitu, kita akan bersenang-senang disini," ucapnya. Dia seperti bisa membaca perubahan air muka ku.
Aku menaikkan sebelah alis, "Apa yang bisa kita lakukan disini selain hanya berdiri dan melihat perabotan rumah yang sudah kotor dan berdebu ini?"
"Masih ada satu ruangan yang layak disini," ujarnya sembari berjalan ke arah tangga. "Cepat naik!" perintanya padaku.
Aku masih bisa merasakan debaran jantungku dua kali lebih cepat. Sikap lembut yang Dimas tunjukkan terlihat seperti bukan dirinya. Aku tetap harus merasa waspada dan tidak boleh lengah dengan segala perlakuannya.
Kami sampai di sebuah ruang kamar yang cukup besar, aku menduga ini adalah kamar utama dari rumah ini. Benar katanya. Ternyata masih ada satu ruangan yang layak untuk ditinggali disini.
Apa Dimas tinggal disini? Lalu dimana ibunya?
Aku penasaran dengan sosok ibu yang melahirkan anak yang tampan dengan sifat minusnya yang bajingan itu. Aku rasa kalau Maya mengetahui sifat Dimas yang seperti itu ia tidak akan mengagung-agungkan Dimas lagi.
"Ini kamar siapa?"
"Tentu ini kamarku" ujarnya.
Jadi ia tinggal disini, sendirian?
"Kau tidak sendiri kan disini?" tanyaku dengan nada penasaran. "Lalu bagaimana dengan ibumu, apa kalian bertengkar? Pisah rumah atau bagaimana?" Dimas menautkan kedua alisnya matanya menatapku jereng.
Astaga! apa yang kukatakan barusan?
Sontak aku langsung menutup mulut begitu menyadari kesalahanku. Sial. Rasa ingin tau ku ini tidak bisa kupendam, dia begitu misterius dibalik wajah taman dan tenang itu.
"Aku tinggal sendiri, dan jangan pernah membicarakan wanita sialan itu didepanku lagi atau kau akan tau akibatnya,"
"Maaf,"
![](https://img.wattpad.com/cover/109013842-288-k938988.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Fanya
RomanceWARNING!!! Cerita ini sebagian kecil mengandung adegan (17+), mengandung umpatan kasar, dan juga kekerasan. Pembaca yang baik harap maklum dan bisa menyikapinya. Wasalam. Fanya mengalami masa sulit saat ia hidup dengan kedua orangtuanya. Saat itu ia...