Halo semuanya, sebelum baca jangan lupa vomment yaa... jangan lupa saran dan kritikannya. Bila perlu kritikan sepedas mungkin ya...
Jangan lupa play song titlenya sebelum baca yaa 😘😘😘
"Happy Reading"
"Jika penampilan adalah penentu rasa cintamu, maka untuk apa hati ini diciptakan?" -Fanya-
-Diary Fanya-***
Aku kembali mendelik, "terimakasih!" ucapku, "oh iya, saya bukan mbak mu." Tambahku lagi.
Sebelum akhirnya aku memutuskan untuk memilih lift yang ada di kiri, aku kemudian menekan tombol 14 sembari menunggu lift turun aku mencoba memainkan ponselku.
TING.
Suara lift terdengar membuka. Alangkah terkejutnya diriku bertemu dengan pria yang sudah beberapa hari ini tak kuketahui kabarnya. Pria yang sudah mengacaukan perasaanku beberapa hari ini. Pria yang sedikitpun tak memberikan kabar padaku.
***
Wajah tampannya terlihat shock ketika melihatku, kilatan matanya yang tajam seperti menghunusku. Rasanya aku tak sanggup lagi memandang iris matanya yang hitam itu, tatapan matanya mulai menelusuri penampilanku.
Peri batinku menghela nafas lega, bersyukur aku tidak menggunakan pakaian yang terlalu mencolok saat ini. Beberapa saat tatapan tajamnya mulai membiasa, mungkin karena penampilanku hari ini membuatnya tidak curiga.
Tetapi tetap saja peri batinku merasa khawatir. Dengan santai aku masuk kedalam lift, menyembunyikan perasaan was-was yang aku rasakan. Karena sedikit saja aku berbuat salah, maka pria dingin dan mesum di sampingku ini
bisa murka.Lift membawa kami turun ke basemant.
"Kenapa bisa ada disini?" tanya Dimas dengan penasaran. Wajahnya sama sekali tidak bisa menyembunyikan rasa penasaran yang ia miliki.
"Hanya bertemu teman."
"Siapa?" tanyanya lagi.
"Bukan urusanmu, Dimas. Dia teman kelasku," dustaku.
"Kau tidak sedang-- ber-," kalimatnya terputus ketika dentingan lift berbunyi dan pintu membuka.
"Kita belum selesai." Dimas berkata sebelum ia keluar dari lift.
Peri batinku menjerit didalam sana, rasanya terlalu singkat untuk bertemu dengan si-brengsek Dimas itu. Disisi lain akal sehatku membantah hal itu.
Sebenarnya aku sedikit heran dengan tingkahnya hari ini, ia bersikap diluar dari dugaanku. Tidak biasanya Dimas langsung pergi seperti itu tanpa menyentakku seperti biasanya, dan juga- apa yang ia lakukan di apartment ini? Apa mungkin dia tinggal disini?
Otakku tidak bisa diajak kompromi, didalam sana terus saja memutarkan wajah tampan--super menyebalkan itu tanpa henti. Tak sadar kalau lift sudah membawaku ke lantai 14, tempat aku akan bertemu dengan orang yang membayarku dengan harga tinggi. Padahal kalau dilihat tidak ada hal yang istimewa dari diriku, tapi mengingat orang ini berani membayar mahal membuatku merasa penasaran.

KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Fanya
Любовные романыWARNING!!! Cerita ini sebagian kecil mengandung adegan (17+), mengandung umpatan kasar, dan juga kekerasan. Pembaca yang baik harap maklum dan bisa menyikapinya. Wasalam. Fanya mengalami masa sulit saat ia hidup dengan kedua orangtuanya. Saat itu ia...