WARNING!!!
Cerita ini sebagian kecil mengandung adegan (17+), mengandung umpatan kasar, dan juga kekerasan. Pembaca yang baik harap maklum dan bisa menyikapinya. Wasalam.
Fanya mengalami masa sulit saat ia hidup dengan kedua orangtuanya. Saat itu ia...
Hallo, Diary Fanya balik lagi nih di part 7, yang pastinya bakalan bikin kalian dag dig dug.
Happy Reading.....
"Kata orang cinta itu gak butuh alasan, tapi kata aku, cinta itu butuh alasan. Karena gak akan ada cinta kalau kita gak punya alasan untuk mencintainya." -Girl Word
"Ahh, tidak. Dia hanya teman satu sekolahku, tidak lebih." Aku menjawab sambil tersenyum menanggapi pertanyaan Amel. Bagaimana tidak? Setiap aku memikirkan Dimas aku selalu terbayang betapa hebat permainannya.
"Kau mirip orang yang lagi jatuh cinta," ledeknya.
Aku memberenggut sambil mengerucutkan binirku seperti anak kecil sedangkan Amel hanya tertawa sambil menoyor kepalaku dengan tangannya.
"Hei!"
***
Seperti janjinya tadi pagi, Dimas akan datang menjemputku malam ini pukul 22.30 pm dan aku punya waktu untuk berias sekitar 15 menit lagi. Aku mengambil matte lip cream berwarna peach dan kupoleskan pada bibir mungilku.
Aku mematut bayangan diriku didepan cermin, sempurna! Dress biru yang kukenakan menampilkan sedikit belahan di bagain dada serta dua lubang di bagian pinggang.
Sengaja aku tidak menggunakan pakain yang terlalu sexy seperti malam sebelumnya, ini Dimas! Aku tidak mau berdebat malam ini dengannya, jadi aku mencari aman.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Suara mesin mobilnya sudah menderu didepan rumah, aku segera bergegas turun dan mendapati Diana yang tengah duduk di sofa sudah lengkap dengan pakaian glamournya.
"Itu yang jemput siapa?" tanyanya.
Aku meliriknya sekilas, "kalau orang nanya ya dijawab! Bukannya di liatin aja" ujarnya menyindiri.
"Dimas," ucapku yang langsung berlalu dari hadapannya.
Aku mendapati Dimas yang sudah berdiri gagah di depan gerbang, dengan kaos hitam yang pas dengan tubuhnya tak lupa juga jeans dark blue serta loafers berwarna senada baju.
Dimas menatapku sebentar, terlihat segaris senyum diwajahnya kemudian ia memutari mobil dan membukakanku pintu.
Peri batinku menjerit senang sampai berguling-guling di lantai. Aku tersipu tapi dua detik kemudian aku langsung mengubah ekspresiku sedatar mungkin.
Pintu dari arah sampingku terbuka, Dimas lantas masuk dan duduk di kursi kemudi.
Ini seperti momen sepasang kekasih yang akan pergi kencan. Mobil pun melaju keluar dari komplek perumahan kelapa gading dan mulai memasuki jalan utama.