enambelas

67 12 0
                                    

Sorry for typo(s)
______________________________

"Ngga ada yang bakal nyakitin lo. Percaya sama gue. Ada gue Nata sama Derren yang bakal jagain lo" -dinda
______________________________

Silvi masih diam membisu di tempat duduknya. Pikirannya kini sedang kacau. Dirinya tak habis pikir dengan apa yang diucapkan Rendy saat di rooftop.

'Kamu itu salah paham. Dulu aku itu dijebak sama cewek itu'

Kalimat itu masih terngiang jelas di dalam pikirannya. Entah apa tujuan Rendy mengatakan kalimat itu.

"Vi kantin yuk" Silvi tak menjawab pertanyaan Dinda. Ia masih larut dalam pikirannya.

"Ni anak malah diem aja" karena kesal Dinda mengguncang bahu Silvi dengan keras.

"Lo kenapa sih Din?!" Silvi merasa kesal karen diganggu oleh Dinda.

"Harusnya gue yang tanya lo kenapa diem aja dari tadi hah?!" Dinda berteriak. Bukannya Dinda marah pada Silvi namun Dinda hanya merasa kesal saja.

Silvi menghelas napasnya. "Sorry Din"

"It's okey. Lo kenapa? Ada masalah? Coba cerita deh"

"Gue takut Din. Gue takut Rendy nyakitin gue lagi" Silvi menundukkan kepalanya. Pikirannya masih saja kacau.

"Ngga ada yang bakal nyakitin lo. Percaya sama gue. Ada gue Nata sama Derren yang bakal jagain lo"

"Tapi gue bener-bener takut Din" ucap Silvi sambil sedikit terisak. Untungnya sekarang lagi jam istirahat. Jadi semuanya sudah pada keluar kelas. Hanya Silvi dan Dinda yang masih dikelas.

"Lo jangan gini Vi. Mana Silvi yang dulu? Silvi yang ngga suka nangis. Silvi yang selalu ceria. Silvi yang selalu buat onar. Bukan Silvi yang cengeng kaya gini" ucap Dinda mencoba menyemangati Silvi.

"Makasih Din lo emang sahabat gue yang paling baik"

"Didalam persahabatan ngga ada yang namanya terimakasih. Okey?"

"Okey"

"Yaudah kantin kuy?!"

"Kuy lah"

^^^

Bel tanda pelajaran usai sudah berbunyi. Dengan cepat Silvi membereskan alat tulisnya. Dinda sudah pulang dengan Derren dan Nata. Hanya tersisa beberapa murid di dalam kelas terdapat Silvi dan Rendy tentunya. Silvi menoleh kearah Rendy, dan Rendy pun sama dirinya sedang menoleh ke arah Silvi. Dengan cepat Silvi kembali memalingkan wajahnya.

"Sengaja banget kalian ninggalin gue sendiri" ucap Silvi membatin. Dirinya tak habis pikir pada ketiga sahabatnya yang meninggalkan Silvi sendiri.

Dengan langkah terburu-buru Silvi melangkah keluar kelas. Begitu sampai didepan pintu, sebuah tangan kekar memegang lengannnya. Silvi menoleh dan mendapati Rendy temgah menatap serta memegang lengannya.

"Lepasin ngga!" Silvi mencoba melepas cengkraman Rendy namun ia tak cukup kuat untuk melawan.

"Lo tuli ya?!"

"Ponsel kamu mana?" tanya Rendy sambil tanpa melepas cengkramannya.

"Ponsel? Buat apa?"

"Siniin aja! Mau dilepas ngga?" Mendengar ucapan Rendy, Silvi hanya mampu pasrah menuruti ucapannya. Silvi merogoh sakunya dan mengambil ponsel kemudian memberikannya pada Rendy.

"Cepet lepasin!"

"Bentaran"

Silvi menghela napasnya. Untung suasana sudah cukup sepi semua siswa sudah pulang sehingga tak ada yang melihat mereka berdua.

Luka (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang