1 | Kue Berkah

6.5K 760 201
                                    

"Acha, tolong kau kirim nastar ini ke rumah sebelah. Masih banyak kue yang harus Ibu kerjakan," Perintah Ibu dari dapur.

Acha yang sedang duduk di ruang tengah sambil nonton doraemon pun berdecak kesal dan langsung menyenggol bahu Dongho, Abangnya tercinta yang kadang minta ditendang dari rumah ini.

"Apaan?" Jawabnya dengan nada yang ngegas.

"Itu tolong antarkan nastarnya dong. Tau sendirikan kakiku suka gemetar-gemetar cantik kalo Bang Minhyun yang bukain pintu," Balas Acha dengan logat bataknya.

Dongho mulai berdecak kesal. Acha perhatikan wajahnya yang mulai berkerut dan siap untuk meledakan bom yang akan ia keluarkan dari dalam tubuhnya.

Iya, manusia yang satu ini emang suka banget emosian sama adek satu-satunya ini tapi bakal berubah jadi manusia paling lembut kalau sudah dihadapkan dengan Ibu.

Kadang tuh, kalau mereka lagi makan malam bertiga dan Ibu lagi cerita, dia suka mewek sendiri mau nangis padahal Ibu ceritanya tentang hal-hal yang seneng bukan yang sedih.

Katanya dia sedih karena Ibu jadi suka sendiri sekarang, dengan Bapak yang proyek diluar kota yang kalau pulang bisa sebulan sekali dan kedua anaknya yang lagi sibuk kuliah yang otomatis juga jarang di rumah. Aneh emang ini orang, Acha juga heran.

"Males ah! Siapa suruh kau naksir Minhyun. Manusia kayak cumi gitu kau taksir," Gerutunya.

Hm, iya minta disabet mulutnya pake gunting rumput.

"Kalo dia cumi, terus kau apa? Terumbu karang yang usang di bawah laut? Kau pikir kau lebih keren daripada dia, Bang? Ganteng juga enggak, cakep juga enggak, kurus juga enggak, makan banyak iya untung nggak bantet kau, Bang." Balas Acha yang langsung lari dari ruang tengah menuju dapur. Maklum, takut di smackdown sama Abang sendiri, soalnya itu hobinya.

"WOY GAJAH RAGUNAN SINI LO!" Teriak Dongho dengan penuh emosi dari ruang tengah dan langsung dibalas oleh Ibu mereka yang sabar ini.

"DONGHO BICARA APA BARUSAN KAU KE ADIK! JANGANLAH BICARA SEPERTI ITU NANTI DITIRU ADIK KAU!" Teriak Ibu dari dapur.

"Iya, Bu." Balas Bang Dongho dengan lirih dan tandanya dia sudah mengalah. HAHA sama Ibu aja ciut kau!

Acha yang sudah dari semenit yang lalu berdiri di dapur langsung disadari keberadaannya oleh Ibu. "Kau apakan itu si Abang sampai marah begitu? Sudahlah, jangan kau ganggu si buto ijo besar itu, kalau dia ngamuk Ibu juga yang repot," ucap Ibunya dengan logat bataknya.

Ya, Ibu mereka berdarah Batak dan Bapak mereka berdarah Jawa. Kalau Bapak lagi nggak di rumah mereka bertiga berbicara dengan logat Batak dan kalau Bapak lagi di rumah bisa dibayangkan seperti apa mereka saling berbicara.

Jadi di rumah mereka kadang pake bahasa kalbu kalau kedua orangtua sudah berkomunikas dengan bahasa daerah masing-masing.

Dan perlu diklarifikasi lagi kalau Ibu mereka ini memang sedikit aneh. Iya, anaknya sendiri, darah dagingnya sendiri disebut buto ijo oleh beliau.

"Itu loh Bu, aku nggak mau ngantar kue kesebelah. Takut aku kalau Bang Minhyun yang buka pintunya, nanti kakiku jadi gemetar-gemetar cantik karena ketampanannya," balasnya.

Ibuku berdecak. "Loh, Ibu menyuruhmu mengantar kue ini untuk kau bisa modus ke dia. Cemana kau ini, masa cintamu ini bertepuk sebelah tangan terus. Kasian Ibu liat kau ni, sudah Sembilan belas tahun menjomblo,"

Wajah Acha ditekuk seketika dan memberikan senyum masam ke Ibunya. Sampe Ibu sendiri aja prihatin dengan kisah cintanya. Sedih memang.

"Ya memang kalau nganterin nastar ni bisa langsung aku jadian dengan Bang Minhyun gitu? Tahun lalu saat dia pulang dari Bandung, aku hampir setiap hari mengantarkan takjil ke rumahnya tapi tak sedikitpun tuh aku dilirik olehnya. Tahun sebelumnya juga, saat kita lebaran Bu, pas kita saling salam-salaman di depan rumah dengan keluarganya, satu-satunya orang yang tidak disalami dikeluarga ini ya aku. Tega kali dia melihatku patah hati dipojokan," Gerutunya sambil mengingat masa lalu.

Tetangga Sebelah ; hwang minhyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang