Pasca putus dengan Ong semalam, paginya Acha harus kembali ngampus lagi nggak peduli apapun kondisinya dia sekarang.
Berat rasanya buat Acha untuk menjalani hari ini. Mulai dari suasana hatinya yang masih kacau dan nggak ada niat buat melakukan interaksi dengan orang-orang hari ini.
Dari awal dia bangun sampai saat ini, yang terlintas dipikirannya hanyalah hubungannya yang sudah berakhir dengan Ong semalam dan satu realita lagi yang harus ia hadapi hari ini adalah Minhyun akan mengadakan lamarannya.
Lingkar matanya sudah terlihat gelap sekali hasil gak tidur semalaman dan Acha nggak berusaha menutupinya dengan make-up karena dia sendiri udah telat bangun, jadi nggak ada waktu.
Akhirnya dia sama sekali nggak niat berpakaian untuk pergi ke kampus hanya memakai kaos putih polos dan mengambil asal jaket yang ada dilemarinya yang ia padukan dengan celana jins gelap yang sudah belel.
Nggak tahu Acha bakal datang ke lamarannya apa enggak. Nggak ada niat sama sekali buat datang.
Acha keluar dari kamarnya dan segera menemui anggota keluarganya yang sedang sarapan bersama dia ruang makan.
"Niat ke kampus nggak sih? Celana jins nya belel banget tuh?" Tegur Dongho, yang tadi subuh baru sampai di Jakarta.
Acha mengabaikan Abangnya dan mengambil roti tawar tanpa memberikan selai ataupun hanya menaburkan meses lalu langsung ia makan.
"Kamu kenapa sih, Nduk? Makan mbok ya duduk jangan berdiri," Sekarang Bapaknya yang menegur.
Tanpa berkata-kata akhirnya Acha nurut, duduk di samping Abangnya sambil menguyah roti tawarnya dengan wajah tertunduk.
"Datang kau nanti ke lamaran si Minhyun?" Tanya Dongho.
Acha hanya menggidikkan bahunya. Nggak berminat buat ngomong hari ini.
"Tak tidur kau semalam? Semalam pacar kau datang tapi wajah kau malah sedih begitu? Kenapa kau, Nak?" Tanya Ibunya.
Acha menggeleng. "Udah jadi mantan, Bu. Bukan pacar lagi," Ucap Acha pelan namun seluruh anggota keluarganya dapat mendengar.
Dongho yang lagi meneguk kopi hitamnya langsung tersedak. "Kamu diapain, Cha? Kok putus?" Tanya Dongho khawatir.
Lagi-lagi Acha hanya menggeleng. "Gapapa," Jawab Acha datar.
"Walah, kok putus? Padahal mau Bapak ajak kerja di tempat Bapak," Komentar Bapaknya yang membuat suasana hati Acha semakin buruk.
Acha hanya diam saja.
Selesai memakan roti tawarnya, Acha bangkit dari tempat duduknya dan segera berpamitan dengan kedua orangtua dan Abangnya. Tapi sebelum itu, matanya tertuju dengan kopi hitam milik Dongho.
"Bang, ini kopinya pahit kan?" Tanya Acha.
Dongho mengangguk. "Iyalah. Nggak pake gula ini," Jawab Dongho.
Acha langsung mengambil cangkir kopinya dan menegak isi seluruhnya sampai bubuk kopinya ikut masuk ke tenggorokannya.
Dongho yang melihat kelakuan adiknya yang semakin aneh, terkejut. "Heh, Cha? Sudah gila kau? Itu kan pahit masa langsung kau tegak semua?" Protes Dongho.
"Biarin aja, Bang. Biar semua kenangan manis sama Ong dan Minhyun musnah semua dari pikiran Acha," Ucap Acha menaruh cangkirnya kembali.
"Acha pergi dulu, assalamualaikum!" Pamit Acha langsung berjalan keluar dari ruang makan.
Bapak dan Ibunya hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah anak bungsunya itu.
"Karam kapalku," Ucap Dongho sambil menghembuskan napasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tetangga Sebelah ; hwang minhyun
FanfictionIni adalah kisah cinta Acha yang naksir sama calon arsitek yang tinggal di sebelah rumahnya. Tapi kisah cintanya selalu bertepuk sebelah tangan. Kasian. iya, emang kasian ngenes banget kisah cintanya. copyright © deuxcitrouille 2017