26 | For Now

2.3K 395 106
                                    

Setahun berlalu. Acha benar-benar menjauh dari mahluk bernama Minhyun. Mereka terakhir bertemu kurang lebih enam bulan yang lalu, saat Acha datang ke acara wisuda Dongho, dan disana Minhyun turut melaksanakan wisudanya.

Setelah itu? Acha dan Minhyun nggak pernah bertemu lagi. Selain sudah tidak ada yang koneksi yang bisa membuat mereka bertemu secara tidak sengaja, seperti melalui Donghoㅡyang sekarang sudah mulai sibuk bekerja dan Minhyun sudah benar-benar nggak pernah terlihat dipelataran rumahnya.

Acha nggak berusaha mengorek informasi kemana Minhyun pergi dan bagaimana Minhyun sekarang, karena dia benar-benar berusaha untuk melupakan Minhyun. Bahkan saat Dongho mulai bercerita tentang teman-temannya kepada keluarganya, Acha pasti selalu ngacir ke kamar dan menyibukkan diri dengan hal yang lain. Segitu nggak maunya dia mendengar hal-hal yang akan membawanya teringat akan Minhyun.

Ah, satu hal terakhir yang Acha dengar tentang Minhyun secara nggak sengaja.

Dia batal nikah.

Karena Soyee tiba-tiba bawa calon yang sesungguhnya, yang kalau Acha nggak salah dengar namanya adalah Aron. Atau Aaron? Maroon? Entahlah, yang Acha ingat ada kata ron ron-nya.

Dan Minhyun juga tiba-tiba bilang ke Ayahnya kalau dia mau nggak mau nikah dengan Soyee.

Setelah itu Acha dengar perusahaan Ayah Minhyun hampir aja shutdown karena pembatalan pernikahannya itu, makanya setelah itu ada tulisan dijual di rumahnya. Dan, katanya Minhyun saat ini sedang membantu perusahaannya Ayahnya untuk bangkit kembali. Jadi dia yang bertanggung jawab atas semua aksi yang dia sudah buat.

Sore ini, Acha baru aja pulang dari kampusnya setelah sebulan nggak pulang karena dia memilih untuk pulang ke rumah Eyangnya yang jaraknya lebih dekat dari kampusnya. Acha melihat Jaehwan sedang menyapu halaman depan rumah Minhyunㅡdimana banyak daun-daun berserakan disana.

"Loh? Mas Jaehwan sekarang jadi tukang sapu?" Tanya Acha sambil membuka gembok pagar rumahnya.

Jaehwan yang lagi serius sapu-sapu, langsung angkat bicara nggak terima. "Yo, ndaklah, Cha! Mosok calon sarjana ekonomi jadi tukang sapu, gue kan cuma bantu-bantu temen gue yang mau pindahan kesini besok."

Jawaban Jaehwan membuat Acha bingung. "Hah? Pindahan? Kan rumahnya ada penghuninya, Mas?" Balas Acha.

"Yo, mlaku nang kini sik, Cha. Ndelok rumahnya si Minhyun sekarang wis kosong," Jawab Jaehwan sambil melanjutkan menyapu halamannya.

Masih nggak ngerti, akhirnya Acha menghampiri Jaehwan yang sedang berada di depan rumah Minhyun.

"Wis pindah si Minhyun, Cha. Ojok sedih. Mas Jaehwan disini menemanimu," Ujar Jaehwan sambil menepuk-nepuk bahu Acha, menunjukan rasa simpatinya.

Acha mengelak, "Apasih, Mas? Acha biasa aja," bohong, padahal Acha langsung sedih ditinggal sama tetangganya.

"Mosok? Minhyun ngasih ini, Cha ke gue." Jaehwan mengeluarkan lipatan kertas dari kantong celananya lalu memberikan ke Acha.

"Apaan nih, Mas?" Tanya Acha.

"Wis lah, ndelok sendiri." Ujar Jaehwan sambil sapu-sapu.

Ternyata saat Acha buka kertasnya, ternyata isinya sketsa gambar rumah.

"Kata Minhyun suruh kasih ke lo, Cha." Ucap Jaehwan.

Acha mengangguk pelan sambil memandangi gambar rumah yang ada dikertas yang saat ini sedang ia genggam. Dengan susah payah Acha menelan ludah, perasaan sedih langsung menyebar ke tubuhnya. Acha berusaha sebisa mungkin untuk nggak nanya kemana Minhyun pindah, karena bisa aja nanti dia cari Minhyun kalau lagi kangen.

"Btw, emangnya siapa yang mau pindah?" Tanya Acha, mencari topik agar nggak membicarakan Minhyun lagi.

"Ituloh, temen gue di Surabaya. Anaknya konglomerat kebetulan pas Minhyun minta promosiin rumahnya ke gue, nah temen gue kebetulan mau pindah ke Jakarta. Yowis, langsung setuju dia buat beli ndak pake nego-nego harga," Jawab Jaehwan.

Acha menangguk mengerti. "Oalah, jadi Mas Jaehwan semacam pesuruhnya temen mas itu yang mau pindah?" Canda Acha, kayaknya ada mangsa baru buat diledekin selain Minki.

Jaehwan berdecak kesal lalu menjatuhkan sapu lidinya ke aspal. "Kalo gue ndak dapet duit gope dari si ponyo ndak akan gue beresin nih rumah!"

"Hah? Ponyo?"

"Temen gue itu yang mau pindah kesini itu si Sewoon. Anaknya suongong pol, sok orang kaya. Sok banyak duit. Loh aku ini juga berduit. Emangnya dia doang yang punya duit tok?" Gerutu Jaehwan sambil misuh-misuh sendiri.

Acha hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Kayaknya dua orang ini teman tapi musuh bebuyutan juga. "Katanya berduit, tapi disogok gope aja langsung terlena si Mas," Ucap Acha sambil tertawa.

"Udah ah, Acha balik dulu. Yang bersih yo mas nyapunya. Halaman rumah Acha juga boleh sekalian," Goda Acha sambil cekikikan langsung lari ke rumahnya sebelum Jaehwan ngamuk.

"WO DASAR ONTA MESIR BALIK SINI TAK ANTEMI KON KAPOK!!" Teriak Jaehwan sampai satu komplek dengar.

Malu-maluin.

◎◎◎

Acha masuk kedalam kamarnya dan menaruh sketsa rumah diatas meja belajarnya. Sepertinya Acha bakal menambah koleksi barang pemberian dari Minhyun.

Mawar hitam yang diberi Minhyun tempo hari, masih terpajang manis dimeja belajar Acha lengkap dengan vas bunganya. Meskipun sudah ada dua tangkai yang kering, entah kenapa Acha masih mau menyimpan mawar tersebut.

Acha mengambil kardus dari gudangnya lalu ia bawa ke kamarnya. Ia berencana untuk membuang barang-barang yang sudah nggak kepakai, mulai dari baju, buku dan alat tulis yang masih dipajang di meja belajarnya padahal sudah nggak bisa dipakai.

Dan Acha juga berniat membuang semua hal-hal berbau Minhyun. Ia mengambil lima tangkai mawar hitamnya lalu ia masukan kedalam kardus. Kertas sketsa yang tadi diberikan oleh Jaehwan juga ia akan masukan.

Tapi, sebelum memasukan, Acha melihat ada tulisan selain A&M's Future House, dibalik kertas sketsa tersebut.

Nikmatin aja lika liku perjalanan kamu sampai kamu bertemu dengan garis finish. And I pray to God every night hoping that I'll be your finish line in the future. I'll keep my promise. I'm not telling you to wait for me. But, just wait for what will happen in the future. -Minhyun

Acha menghela napas panjang, dia paham maksud dari tulisan tersebut. Namun akhirnya Acha meremukkan kertas tersebut dan melemparnya ke kardus.

Acha memutuskan, untuk benar memusnahkan semua hal yang akan membuatbya teringat oleh Minhyun. Mawar, sketsa rumah dan bahkan jaket Minhyun yang masih menggantung di lemarinya dia masukan ke dalam kardusnya tadi.

Namun, hanya ada satu yang dia simpan.

Kata-kata Minhyun dikertas tadi, she'll do it.

Jalani hidup, tanpa menunggu dirinya dan melihat yang akan terjadi di masa depan nanti.









Author's note:
Tamat sudah ceritanya. :-)

Masih ada bonus chapter yerobuun!


Tetangga Sebelah ; hwang minhyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang