BAB 10

11 3 0
                                    

"Tangismu menjadi deritaku"


DUA minggu pun berlalu.
Semenjak hari dimana nathan membawa stella jalan-jalan dan berkenalan dengan orang baru, mereka semakin dekat. Bahkan nathan, rendra dan reno sudah sering berkunjung ke apartement stella, baik itu dipanggil stella atau semau mereka. Stella menyenangi hal itu, ia jadi tidak merasa sendiri di bandung dan bagusnya lagi ia dapat melupakan sejenak masalahnya bersama verdyo.

Tapi 3 hari belakangan ini, nathan tidak ke apartement stella ataupun menghubungi stella. Ia seperti hilang ditelan bumi dan stella benci akan hal itu. Sudah belasan sms ia kirim dan belasan misscall dihandphone nathan, tapi nathan tak kunjung menjawabnya. Sama halnya dengan reno dan rendra yang susah sekali dihubungi. Ingin sekali stella langsung mendatangi rumah nathan, tapi ia tidak tahu dimana.

Tiba-tiba handphone stella berdering. Ia mengambilnya dengan cepat ddan excited.

Ah, pasti nathan!

Tapi yang tertera di layar kaca handphone stella bukan nama 'Nateng' melainkan nomor yang tidak dikenal.

Mungkin hapenya rusak dan ini nomor temannya?

Lalu ia menerima panggilan tersebut dan memekik segirang-girangnya.

"Nateng!! Ih kamu kemana aja sih nat? Aku nyariin kamu 3 hari ini tau! Kamu gak ditelan bumi kan?" cerocos stella tanpa membiarkan penelfon berbicara. Si penelfon tidak menjawab atau bersuara sedikit pun.

"Nat? Halo? Ini nathan kan? Gak usah sok ngeprank call ya nat!" kata stella memperingatkan.

"Hai ella" suara dari telfon itu.

DEG!

Tubuh stella tiba-tiba menegang mendengar suara dari seberang, bibirnya kelu untuk berucap, matanya menerawang ke masa lalu yang kini membunuh mati hatinya. Stella meneguk saliva nya lalu berkata sesuatu.

"V-verdyo?" ucap stella susah payah menyebut nama lelaki brengsek itu.

"Kukira kamu lupa suaraku la" kata verdyo.
"Kamu apa kabar la? Gak ke balikpapan lagi?" lanjut verdyo.

Stella hanya mematung, matanya yang berkaca-kaca akhirnya meneteskan satu persatu air matanya. Ia merindukan suara ini, suara yang dulu dapat membuatnya tenang seketika, sebesar apapun masalahnya. Tapi dibalik kerinduannya itu, ia sangat membenci lelaki brengsek ini.

Dia brengsek stel, brengsek. Dan kamu bukan 'ella' nya lagi. Kamu stella yang baru!

Untung saja kenangan buruk itu tidak sungkan lewat dipikirannya, jadi stella tidak harus bersusah payah mengatakan aku merindukanmu pada lelaki brengsek itu.

"Dari mana dapat nomor saya?" tanya stella menggunakan bahasa formal dan berusaha agar suaranya tidak bergetar. Ia tidak boleh terdengar lemah.

"Bahasa mu kok berubah la? Tadi juga gak gini kan"

"I'm not your ella's anymore, asshole! Jangan pernah hubungin saya lagi!" ucap stella penuh penekanan dengan nada kebencian lalu mematikan telfon itu sepihak dan membanting tubuhnya diatas sofa.

Akhirnya ia menangis lagi. Ia berhenti menangisi verdyo saat nathan hadir dalam hidupnya, walaupun terkadang ia bisa tiba-tiba murung karena terpikir lagi tentang lelaki brengsek itu.

Dan untuk yang kesekian kalinya stella mengirim pesan pada nathan.

Stella Oct: Aku butuh kamu sekarang, nat. Aku sangat butuh.

÷׶

"Nate, lo jangan gini lah. Tella pasti kesepian banget tuh, dia kan sendiri dibandung. Dan kita satu-satunya teman dia bro" ujar rendra.

"Gak bisa ndra. Dia gak sepadan sama gue. Gue gak bakal bisa deketin dia lagi! Dan gue juga tau diri, jadi gue gak akan nemuin dia lagi!" kata nathan mulai frustasi.

Kamu akan sangat sulit aku gapai stel. Bahkan aku gak akan bisa!

"Ya masa gara-gara dia nyandang nama Rinjani, lo jadi ciut gini sih te?" tanya reno.

"Bukan ciut ren. Lo tau Arstello Corp gak sih!? Lo bedua ini anak bisnis, masa gak tau Arstello Corp" kata nathan memarahi temannya sendiri.

"Yee, biasa aja kali te. Iya kita bedua tau kok Arstello Corp, itu perusahaan yang dipake farel dkk buat materi presentasi kan?" tanya reno mulai menciut karena jika nathan sudah marah, tidak satupun dari mereka berdua dapat membantah.

"Nah tuh pintar!" ucap nathan.

"Gue sih belum nemu titik masalahnya yak. Lo nemu gak ndra?" kata reno kemudian menyikut rendra dan bertanya, rendra pun hanya menjawab dengan gelengan.

Nathan pun mulai kesal dengan kebodohan teman-temannya ini. Ia lantas memukul meja agak keras.

"CEO perusahaan itu adalah kakak stella! Juan Arstello Rinjani, pebisnis yang sangat angkuh dan sombong! Ia bisa memecat karyawannya yang telat masuk kantor 2 menit!" kata nathan keras dan tidak sabaran.

Nafasnya pun mulai tidak teratur karena berbicara terlalu cepat dan tidak sabar. Lalu ia memijit pelipisnya, ia tidak seharusnya berbicara sekasar itu pada reno dan rendra. Mereka tidak tahu apa-apa, mereka tidak salah, nathan lah yang salah mendekati perempuan.

"Maaf ndra--ren. Gue gak seharusnya ngelampiasin kemarahan gue ke lo pada" kata nathan.

"It's okay bro. Cuma dengan ketololan reno, lo bisa ceritain apa yang terjadi sama. Udah 3 hari bro lo diemin kita, terutama stella. Maka dari itu gue suruh reno kepoin lo sampe jengkel." kata Rendra.

Stella? Ah, aku sangat merindukannya.

Tiba-tiba handphone nathan bergetar, dan ia melihat satu pesan lagi dari stella. Itu adalah pesan ke enam belas stella dalam kurung waktu tiga hari. Lalu nathan membuka pesan itu dan membacanya dengan saksama.

Sehabis membacanya, nathan langsung bergegas keluar dari cafe dan menuju ke parkiran mengambil motornya dan langsung berangkat ke rumah stella tanpa menghiraukan teman-temannya yang kebingungan. Bagi nathan sekarang, stella lebih penting dari pada menceritakan apa isi pesan stella pada teman-temannya.

"100 ribu ren, pasti nathan ke apartement stella" kata rendra mengajak reno taruhan sambil melihat ke luar jendela, memperhatikan nathan yang begitu terburu-buru.

"Ah kagak! 10 ribu aja. Kalo ini mah gue tau betul, dia pasti ke tempat stella. Wong hapenya ketinggalan nih!" kata reno.

Lalu rendra pun menoleh dengan cepat dan melihat handphone nathan yang terletak di atas meja disamping asbak dengan layar menampilkan sms dari stella.

"Si goblok. Mulutnya aja sok bilang gak bakal nemuin stella lagi. Ini baru dapat sms beginian sudah panik setengah mati. Nathan---nathan" kata rendra sambil menggeleng-gelengkan kepalanya dan menyunggingkan sedikit senyum.

Author note:

For you readers,
jangan lupa vote,comments atau apapun yang bisa ditinggal di Bab ini untuk kenang-kenangan.
Thank you for reads

Book's bring loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang