Sekarang, semua sudah terlambat. Tulisan ini hanya menjadi kumpulan surat-surat dari seorang penggemar rahasia yang tertumpuk tak terkirimkan, bukannya surat-surat yang seharusnya dibaca oleh orang yang tepat.
Cover by @itsamelsta
Stella mengetuk-ngetukkan pensilnya ke meja sambil memijat pelipisnya. Tidak seperti siswa-siswi lainnya, Stella tampak resah dan kebingunan.
"Duh, mampus gue. Nomor empat puluh sampai lima puluh apa ya?" gumamnya dengan tangan dan dahi yang berkeringat.
Waktu terus berjalan, sedangkan masih ada sepuluh soal lagi yang harus diselesaikan. Mau minta bantuan, itu perbuatan curang. Mau diam saja, nilai menjadi taruhan. Benar-benar posisi yang tidak mengenakkan.
Keringat terus membanjiri, tangan bergetar, kaki tidak bisa diam, dan otak terus berpikir. Itulah yang dialami Stella saat ini.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kapan bantuan dateng sih. Keajaiban muncul dong.
"Aduh," keluhnya ketika ada yang kepalanya seperti terkena lemparan benda. Siapa yang bisa-bisanya melempar kepala orang lain saat ujian berlangsung?
Dilihatnya benda yang mengenai kepalanya tadi, dan ternyata adalah bola kertas kecil! Dan ketika dibuka, isinya adalah ...
Lo bingung nomor 40-50 'kan? Jawabannya ada dibalik kertas ini.
-Rn
Ingin rasanya Stella berteriak jika ia lupa sedang dalam ruang ujian. Ia bahkan lupa bahwa ia satu ruang ujian dengan Reno. Pengertian sekali Reno, sampai repot-repot menuliskan jawaban. Bahkan Reno tahu ia bingung nomor berapa. Apakah Reno bisa membaca pikiran? Entahlah. Yang penting saat ini, Stella harus cepat-cepat menyalin jawaban.
Tepat ketika Stella selesai menyalin jawaban nomor terakhir, guru pengawas berujar "waktu habis". Lega rasanya ketika soal sudah selesai dikerjakan. Ya, walaupun bukan hasil pikir sendiri. Curang? Siapa peduli. Inilah yang dinamakan 'kepepet momen'.
"Makasih ya Ren, lo udah menolong gue tadi," ucap Stella ketika sudah keluar ruang ujian.
"It's okay. Santai aja kali. Kewajiban kita menolong sesama bukan?" balas Reno santai. Tidak sadar bahwa ada yang sedang melambung tinggi hatinya akibat ucapan sederhana dari mulutnya.
"Ternyata emang bener kata orang, lo bener-bener cowok idaman," gumam Stella pelan.