~8~

270 43 6
                                    

Sorry for typo(s) vote and comment ya guys ! :*

------------

Aku pulang ke rumah dengan Harry,hujan masih belum berhenti dan itu membuatku menggigil kedinginan. Harry hanya fokus ke jalanan tanpa sekalipun melirik kearahku,dan saat kami sampai pun hanya keheningan yang membentang. Aku memilih untuk meneguk segelas air putih di dapur sedangkan Harry pergi ke kamar nya tanpa memperdulikanku tentu saja. Dalam hati aku mengumpat,apa salahku hingga dia bersikap begitu dingin seperti ini? Apa aku perlu bicara dengannya? Bagaimana jika dia memarahiku lagi? Bagaimana jika dia menyentak ku lagi? Bagaimana jika---

"Kenzie? Kaukah itu? Hey,tubuhmu basah. Kau kehujanan?" suara lembut itu tersengar lagi. Anne membuyarkan segala pemikiran negatif ku tentang Harry. Segera aku memasang senyum kecut kearahnya.

"Ya,sepertinya begitu." aku terkekeh

"Harry juga kehujanan? Oh,tuhan..bersihkan dirimu sayang,aku akan memasak sup malam ini." Anne melenggang kearah lemari pendingin dan mengeluarkan bahan-bahan sup nya. Merasa aku harus membersihkan diri,jadi aku pamit sekaligus minta maaf pada Anne karena tidak bisa membantunya memasak. Dan dia tidak mempermasalahkan hal itu.

Sensasi air hangat sangat menenangkan bagiku. Aku bisa saja berendam disini semalaman mengingat udara yang cukup dingin membuatku enggan meninggalkan kamar mandi dan air hangat ini. Untuk sesaat pikiran ku terasa enteng dan pusing di kepalaku berkurang,namun itu tidak bertahan lama saat aku kembali mengingat Harry. Semua rahasia dalam hidupnya membuatku semakin ingin mengetahui apapun arti dibalik ucapannya itu. Demi tuhan,aku rela memberikan apapun untuk bisa membuka isi pikiran nya. Bagaimana bisa aku mencintai pria ini? Dia bahkan masih mempunyai kekasih. Oh,betapa menyedihkan nya hidupku. Aku mencintai kekasih orang. Bukankah itu sedikit kejam?

Merasa sudah terlalu lama berada di kamar mandi,aku pun keluar dan memakai baju hangat ku lalu turun kebawah. Kudapati Harry tengah menonton acara TV dengan soda di tangan nya. Sudah kukatakan,dia ini penggila soda. Bahkan di suasana dingin seperti ini. Well,aku lebih memilih segelas coklat panas daripada soda itu.

"Sup nya sudah siap. Kemarilah kalian berdua." ucap Anne. Harry yang tidak menyadari keberadaan ku langsung menolehkan wajah nya. Pandangan yang diberikan tetap sama. Dingin.

"Kemana Gemma?" tanyaku pada Anne.

"Entahlah,dia belum pulang dari tadi."

"Aku akan mandi. Kalian nikmatilah sup nya." Anne tersenyum pada kami berdua lalu pergi. Tidak,kumohon jangan..Jangan tinggalkan aku bersama Harry sendirian. Aku masih merasa canggung berada disamping Harry.

Hening.

Sudah kuduga.

Harry tetap fokus dengan sup nya begitupun denganku.

Hingga kami selesai makan pun,aku langsung menaruh piring kotor ke tempat cuci piring dan hendak pergi pun masih tidak ada yang bicara.

Baiklah,kurasa dia benar-benar marah padaku. Kemana sikap manisnya itu? Aku merindukan perhatian kecil nya kepadaku. Harry,kumohon jangan seperti ini...aku menangis dalam hati,hidupku memang menyedihkan.

Aku masuk ke dalam kamar dan duduk di tepian ranjang. Menatap lurus ke lantai sambil menahan air mata ku jatuh. Jangan menangis,jangan menangis,jangan menangis. Kuulangi kata itu seperti mantra di kepalaku. Bodohnya aku,mengapa aku harus menangisi dia? Mengapa aku harus membuang percuma air mataku untuk dia? Mengapa aku harus terluka hanya oleh nya?

Itu karena kau mencintai nya,bodoh. Suara batinku kembali terdengar. Sangat jelas,hampir membuatku tersadar bahwa aku memang sangat mencintai pria bermata hijau emerald itu. Oh,tuhan apa yang harus kulakukan? Siapa yang bisa membantuku? Aku bahkan hanya memiliki sedikit teman wanita,hampir bisa kuhitung dan sepertinya mereka tidak bisa disebut sebagai teman karena aku jarang bersosialisasi dengan remaja wanita sebayaku. Niall? nama itu terlintas tanpa sengaja di kepalaku. Haruskah aku bercerita padanya bahwa aku mencintai Harry? Tidak,Kenzie ! Itu ide yang bodoh.

Remember Me? •H.S•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang