~22~

271 40 9
                                    

Sorry typo(s) vote and comments ya saayyy

------

•Kenzie's POV•

"Harry kita mau kemana?" tanyaku dengan wajah cemberut. Jelas saja,dari tadi Harry hanya diam tanpa menjawab semua pertanyaan ku. Setiap pertanyaan yang aku lontarkan. Seperti 'apa yang terjadi padaku sehingga tempo hari aku bangun di rumah sakit?' 'apakah aku pingsan lagi?' 'ada apa denganku?' 'ada apa denganmu?' tapi tetap saja. Harry diam sepanjang perjalanan membosankan ini. Matanya tertuju lurus ke depan jalan raya yang sedikit sepi. Menyerah,akhirnya aku diam meskipun benak ku masih menyimpan berbagai pertanyaan yang ingin aku lontarkan.

Mataku menjelajahi pemandangan yang asri di kiri kanan jalan. Kurasa kini kami sudah agak jauh dari pusat kota. Aku merasakan sesuatu yang aneh di kepalaku,sama seperti saat aku bangun dari tidurku kemarin di rumah sakit. Lagi-lagi aku merasakan sentakan hebat di kepalaku. Aku mengenal jalanan ini. Tapi kapan,dimana,dan apa hubungannya denganku? Aku pernah kesini?

Rasanya sangat mengganggu saat kau ingat sesuatu yang abstrak di ingatanmu. Tapi aku harus bisa menerima ini,aku belum sembuh atau memang tidak akan pernah sembuh. Ingatanku hilang. Mungkin itu sudah takdirku. Hahaha,gadis batinku tertawa ironi menanggapi semua ini.

"Turunlah." Satu kata keluar dari mulut Harry yang sedari tadi hanya mengatup rapat. Mataku langsung memandang sekitaran. Sebuah bukit. Bukit yang indah dengan pohon-pohon yang rindang,beberapa kelinci liar dan burung-burung terbang dimana-mana,semilir angin menerpa kulitku saat aku keluar dari mobil. Tapi tidak,bukan itu masalahnya,aku tau aku pernah kesini. Tentu saja bersama seseorang,hentakkan di kepalaku semakin hebat,aku memaksakan diriku memahami ini semua. Aku pasti bisa,aku mengingatnya.

Tapi percuma,mencoba dan memaksakan diriku untuk mengingat sama saja menyiksa diriku sendiri. Ini tidak adil. Apakah tidak bisa untuk kali ini saja? Hanya saat ini kumohon,aku merasa bukit ini,semua ini sangat familiar di ingatanku. Tapi entah kenapa aku tidak bisa mengingatnya secara jelas.

"H-harry..." panggilku lembut sambil memandang kearah Harry yang sedang menerawang keatas bukit. Seketika dia memandangku sambil mengangkat alis nya sebagai jawaban 'apa?'

"Bisa--bisakah kau jelaskan padaku semua tentang ini. Tempat ini."

"Kau pernah kesini."

"Aku tau aku pernah kesini. Tentu saja aku tau tapi apa hubungannya denganku dan semua ini. Aku tidak bisa mengingatnya." teriak ku. Sungguh,seluruh emosi ku kini bercampur menjadi satu. Antara bingung,marah,penasaran dan keganjilan di hatiku.

"Ingat keluargamu? Ayah dan ibumu..."

Ayah? Ibu? Oh ya tuhan. Sialan. Persetan dengan semua ini. Bukit ini. Secercah memori membentuk bagian nya yang sempat terpisah tadi. Tentu saja,bukit ini adalah awal dari kehancuranku dimana semua dimulai dengan sangat keji,bengis dan jahat. Orang-orang itu,mereka yang membunuh orang tuaku. Disini. Di bukit ini. Dan entah dari mana asalnya,lututku menjadi lemah dan aku jatuh ke rerumputan di kaki bukit. Harry dengan sigap menahan berat tubuhku. Bagaimana bisa... Dia membawaku kesini.

"Bawa aku pulang." lirihku.

"Tidak Ken. Kau harus bisa melawan semua perasaan sedih mu itu. Kita bisa melewati ini. Tegakkan lututmu. Kau lebih baik dari ini." Harry membantuku berdiri lagi.

"Tidak. Aku tidak bisa." setetes air mata ku hampir jatuh perlahan.

"Jangan. Tidak ada air mata lagi. Ken dengarkan aku,ingat terakhir kali kau kesini? Kau memberitahuku bahwa kau tidak akan menangis lagi saat aku mengajakmu kesini. Kumohon,jangan menangis." jemari Harry menelusuri wajahku,menahan air mata yang hanya dengan sekali kedipan dariku akan jatuh. Aku tidak akan menangis. Tidak akan lagi. Harry benar. Aku harus berhenti menjadi gadis rapuh.

Remember Me? •H.S•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang