~10~

273 43 5
                                    

Sorry for typo(s) vote and comment ya guys :*

------------------

"Kita sampai." ucap Harry menyadarkan lamunan ku selama perjalanan. Ya,akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke bukit tempat keluarga kami piknik 10 tahun yang lalu. Selama perjalanan,aku hanya termenung melihat keluar jendela tampa bersuara. Dan sekarang,disinilah aku, mencoba mengumpulkan segelintir memori pahit masa laluku.

Kami berdua turun dari mobil,masih dalam keheningan. Aku memandang ke sekitar,hanya ada beberapa orang di kaki bukit. Mungkin itu karena hari sudah mulai senja,bisa kulihat cahaya matahari yang hendak menghilang disana.

"Kita keatas sana?" tanya Harry padaku.

"Ya." tanpa kusuruh,tangan Harry menggenggam punyaku,kami mendaki bukit ini berdua dengan suasana hati yang kalut dan kurasa aku ingin menangis lagi. Hal ini berbeda dengan memori 10 tahun lalu,saat itu aku mendaki bukit dengan Harry dan suasana ceria yang melingkupi kami semua. Kini,saat pertama kali sejak hari itu,aku kembali lagi kesini. Entah mengapa semua yang ada disini masih sama. Rumput nya,suara alam nya,pohon-pohon nya,burung yang berkicau pun masih sama.

Kami sampai diatas bukit tak lama kemudian. Aku memandang sekeliling, tepat 5 meter didepanku adalah tempat dimana piknik keluarga itu berlangsung juga tempat dimana ayah dan ibu meninggal. Tempat sialan saat orang-orang jahat itu menembakkan pistol mereka ke kepala ayah dan ibu. Tempat dimana semua nya sudah berubah saat itu juga. Tempat terkutuk yang membuatku menjadi gadis terlemah dan terapuh yang pernah ada. Memori itu kembali lagi dan lagi.

"Kejar layang-layang nya Ken,ayolah terus berlari !!" ayah berseru padaku. Tapi layangan itu tetap tidak mau berhenti. Angin yang membuat nya terbang kian menjauh. Tapi aku tidak ingin menyerah. Aku terus berlari dan berlari mengejar layangan itu. Ya,mungkin kau pikur itu hanyalah layangan biasa tapi ayah lah yang membuatkan layangan itu. Aku tidak mau melepasnya pergi. Tidak akan.

Tersadar akan kenangan itu,air mata kembali membasahi pipiku. Aku semakin berjalan mendekat tempat orang tua ku terbunuh. Setiap langkah ku ditemani oleh isakan tangis dan kenangan masa kecil yang kembali terulang. Hari itu..

"Kenzie,kemarilah aku ambilkan kau apelnya !" seru Harry yang sudah berada di bawah pohon apel sesaat sebelum piknik berlangsung. Aku menimbang-nimbang apakah aku akam menghampiri Harry atau membantu ibu bersiap-siap keperluan piknik. Tapi Harry terus membujuk ku jadi aku memilih bersama Harry saja.

"Kau bisa memanjat nya Harry?" tanyaku saat aku sampai di bawah pohon apel tempat Harry berada.

"Tentu saja." ucapnya meyakinkan.

"Aku tidak percaya."

"Mari bertaruh,jika aku bisa mengambilkan mu apel,boneka beruang mu itu akan menjadi milik ku bagaimana?" sekarang Harry mengajak ku bertaruh. Apa salahnya? Dia tidak akan bisa memanjat pohon apel ini. Pikirku.

"baiklah. Silakan panjat Mr.Styles."

Diluar dugaan ku,Harry benar-benar bisa memanjat pohon apel itu dan mengambil dua buah apel untuk ku dan untuk nya. Dia turun dengan perasaan yang bangga tentu saja.

"Berikan boneka beruang mu Ken." Harry mencoba merebut boneka ku tapi aku segera berlari. Dia tidak akan bisa mengejarku. Aku terus berlari dan berlari. Merasakan angin yang berhembus,aku menikmati ini. Kami berdua tertawa cukup keras hingga akhirnya Harry menarik tanganku dan kami jatuh bersamaan di rerumputan.

Aku tertawa dalam tangis. Mengingat betapa konyol nya aku dan Harry saat itu. Taruhan yang tidak adil memang,aku lari dari taruhan itu. Ha Ha Ha. Aku tidak bisa mengelak,semua kenangan itu baik suka dan duka,semua melumpuhkan ku. Mataku semakin memanas saat aku sampai tepat di tempat terkutuk itu. Aku duduk di rerumputan. Memandangi nya cukup lama. Angin yang menerpa rambutku mencoba menenangkan ku tapi itu tidak merubah apapun. Langit dan awan orange yang berarak-arakan serta sunset di ujung bukit sana menarik perhatian ku sesaat. Dulu,aku sempat bermimpi untuk mengejar matahari tenggelam di ujung bukit,itu sangat bodoh,aku tau itu.

"Ken...." suara Harry sangat pelan dan kurasa dia berada di belakang ku sekarang.

"Just stop your crying. I'm here." tangan itu menghapus air mataku lagi. Aku menengadah ke wajah Harry,menatap mata hijau nya yang sangat menawan.

"Kenapa mereka mengambil orang tua ku Harry? Kenapa mereka tidak membunuhku sekalian hari itu?"

"Sshh... Hentikan itu." Harry mencoba membuatku kembali berdiri.

"Kenapa mereka tidak membunuhku? Aku tidak akan menderita seperti sekarang jika aku ikut terbunuh. Aku akan bisa melihat orang tua ku lagi di atas sana. Aku--"

"Ken !!" Harry memotong kalimat ku.

"Jika kau berada di taman,bunga apa yang akan kau ambil lebih dulu? Bunga yang cantik bukan? Itulah cara kerja takdir dan kematian. Ibu dan ayahmu sudah bahagia disana,dan mereka akan lebih bahagia lagi jika kau meneruskan hidupmu menjadi gadis yang tegar dan kuat. Sekarang berhentilah menangis."

Aku tersadar sesaat. Harry benar. Mungkin tuhan terlalu menyayangi kedua orang tuaku. Aku mengangguk dan mencoba menghapus sisa tangisan ku. Menoleh kearah Harry, aku melihat senyum di bibirnya tidak pernah hilang sedari tadi. Buru-buru aku memeluk nya erat. Sangat erat. Aku tidak mau kembali kehilangan orang yang aku sayang lagi. Cukup kesedihan ini yang aku rasakan,Aku tidak mau kehilangan Harry.

"Hey,kau mau aku ambilkan apel di pohon itu?" tanya Harry. Ah,ia coba mengulang kenangan itu lagi.

"Kau bisa memanjat nya?"

"Jangan coba bertaruh denganku lagi Ken. Aku tau,kau petaruh yang buruk." ujar nya. Kami pun berjalan ke arah pohon apel disana. Harry lalu memanjat pohon itu dan aku hanya memandang nya dari bawah sini. Ia berhenti di salah satu dahan yang kuat dan duduk disana. Memakan sebuah apel langsung setelah ia memetiknya dan membuang sisa apel itu kebawah hampir mengenaiku.

"Harry apa yang kau lakukan !!" seruku.

"Turunlah Harry !!"

Ia hanya terkekeh dan mengambil beberapa apel lalu turun menyerahkan apel-apel itu padaku.

"Terima kasih untuk semua nya." ucapku hampir bergumam.

"Itu hanya apel."

"Tidak. Ini lebih dari sebuah apel. Maksudku,terima kasih untuk semua yang kau lakukan padaku hari ini,Harry." aku memandang manik hijau nya lagi. Kami diam cukup lama hingga akhirnya Harry memeluk tubuhku dan aku menenggelamkan kepalaku di dada Harry. Ini sangat nyaman. Aku sangat menikmati setiap Harry memeluk ku.

"Lihat matahari itu." tiba-tiba Harry berucap. Aku memicingkan mata karena cahaya matahari sangat menyilaukan ku.

"Ada apa dengan matahari itu?" tanyaku.

"Kau masih ingin mengejar nya?" Harry tertawa bersamaan saat ia mengucapkan kalimat nya barusan.

Aku diam sebentar masih memandang matahari yang semakin lama semakin menghilang.

"Ya,aku akan tetap mengejar matahari itu. Aku akan terus berlari mengejar nya. Maukah kau berlari bersama ku?" aku memalingkan wajah kearah Harry dan tersenyum.

"Ya,kita akan mengejar matahari bersama."








Bayangin aja foto mulmed itu fotonya Kenzie waktu kecil :v #maksa. Btw,next chapter bakal ada sedikit kejutan loh..

~2 Juli 2017~

-Dista

Remember Me? •H.S•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang