sebelas

12K 688 0
                                    

Ucet. Udah Part 11.

..

Gwen memasuki rumahnya sambil bersenandung riang. Ia menghampiri Juneta yang kebetulan menonton tv di ruang tengah.

"Nih es krim," Gwen menyodorkan kantung plastik yang langsung diterima Juneta dengan senang hati.

"Tumben baik, ada apa nich?"

"Gue belum cerita ya?" Gwen mengambil posisi ternyamannya di atas sofa. Kakinya ia naikkan ke atas meja dengan tangan yang menggenggam bantal sofa.

"Gue baru jadian. Tebak dong sama siapa? Pasti lo kaget banget deh."

"Siapa? Jangan bilang..." Mata Juneta memicing tajam. "Cogan yang lo ceritain ya?"

"Kok tau?" kata Gwen berpura-pura santai, kakinya ia goyang-goyangkan di atas meja. Padahal ia ingin menyanyi dengan volume paling besar yang ia punya.

"Kapan?"

"Seminggu lalu."

"Gini ya Gwen," Juneta berdeham lalu berganti posisinya, mengarah ke Gwen. "Gue bukan gak suka. Tapi apa gak terlalu cepat? Kalian baru kenal beberapa hari. Belum tau seluk-beluk masing-masing."

"Lebih cepat lebih baik, Neta. Gak ada kata kecepatan untuk hal baik."

Juneta mengangguk, "Iya, gue ngerti. Tapi gue ngerasa aneh, kalian kenal benar-benar baru berapa hari sebelum pacaran?"

"Gak tau, mungkin lima atau empat?" kata Gwen malas. Dirinya yakin, sebentar lagi akan mendengarkan ceramah gratis dari kakaknya itu.

"Nah! Baru, ya hitunglah lima hari. Kalian itu terlalu cepat, belum kenal deket. Yekali udah pacaran aja. Gimana kalau dia orang jahat?"

Desahan malas lolos dari bibir mungil Gwen. Sepertinya ia salah menceritakan ini pada Juneta.

"Otak lo kebanyakan drama. Maksud lo cowok gak baik? Kayak pacar temen lo yang bandar narkoba itu? Gak mungkin Juneta," ucap Gwen masih kekeuh membela Aileen.

"Definisi cowok gak baik banyak, bukan itu aja. Yaudah terserah lo, asal jangan nyesel ya? Gye gak mau ngurusin orang patah hati lagi. Cukup dua kali."

Gwen mengacungkan jempolnya, "Gitu dong. Yaudah gue bocin dulu ya? Bangunin kalau Rumpi udah mulai."

"Hm."

..

Di tengah-tengah keramaian, Evan duduk sambil menyesap nikotin di tangannya. Sesekali menghembuskan asapnya ke wajah Gwen.

Mereka sedang menonton pertandingan futsal antar sekolah. Evan kesal sekali hari ini, karena kepala sekolahnya melarangs sekolahnya ikut dalam pertandingan. Alasannya adalah supaya lebih fokus belajar, sebentar ujian.

"Gak usah hembusin ke muka gue, Devano Putra!" kesal Gwen sambil merebut rokok dari tangan Evan.

"Siapa suruh gangguin orang pacaran,"

"Ih sibuk! Nana aja santai. Ya kan, na?"

Perempuan berkuncir kuda di sebelah Evan mengangguk ringan, "Iya, gak apa-apa."

Nana ini adalah anak XI IPA 1. Ternyata dirinya dan Evan sudah dekat sejak sebulan lalu, hanya saja status jadian mereka baru diikrarkan tiga hari lalu.

Mendengar itu Gwen tersenyum riang. Ia memeletkan lidahnya ke arah Evan yang sekarang sedang mendengus sambil menjauhkan dirinya dari Gwen.

"Nah bagus! Jauh-jauh sana. Bau asap rokok, bikin risih aja!"

"Bawel lo! Gak tahu malu, datang ke rumah orang subuh-subuh."

Gwen tidak menjawab dan mulai memerhatikan Aileen di dalam lapangan. Cowok itulah alasan Gwen memaksa ingin ikut dengan Evan.

Playboy's Effect ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang