tiga puluh

12.1K 684 5
                                    

Vote!

Rumah Aditio sangat ramai. Seperti yang Aileen bilang tadi, teman-temannya memang sedang berkumpul.

Bahkan ini lebih ramai dari waktu itu. Ruang tamu rumahnya sudah penuh dengan sampah snack dan gelas maupun botol minuman. Sudah bisa didefinisikan sebagai kapal pecah.

"Weis Bro! Udah balik lo?" Aditio sang pemilik rumah, satu-satunya orang yang menyadari keberadaan Aileen dan Gwen.
"Ini rumah apa sarang penyamun?" Aileen mengangkat alisnya tinggi. Kakinya menendang kecil botol soda yang sudah kosong.

"Semalam kami lagi party, lo doang yang gak ikut."

"Males. Gak ada stripes dancer nya mana seru."

Gwen memelototkan matanya lalu mendesis; "Sembarangan kalau ngomong."

"Iya nih cowok lo emang rusak pikirannya. Padahal udah ada cewek cantik di sebelahnya,"

"Monyet lo! Gak usah kedip-kedipin mata juga bisa kan?" kata Aileen sambil memiting leher Tio keras.

"NAND! Sakit anjing." pekik Aditio tertahan.

Pekikan itu juga yang membuat seluruh perhatian mengarah pada mereka. Aileen langsung melepaskan pitingannya dan menarik Gwen untuk mendekat ke teman-temannya.

"Ajegile! Darimana aja lo? Jarang kelihatan akhir-akhir ini." Kata laki-laki berkaos merah di atas sofa.

"Biasa, Den. Mentang-mentang udah ada cewek barunya cantik, kita dilupakan." sahut Andre.

"Enggak gitu, njir!"

"Alah, ngaku aja lo. Nih liat si Gia, galau mulu."

Aileen terkekeh. "Kenapa, Gi? Belum bisa Move On, huh?"

Gia, perempuan berambut panjang itu membalik lalu menatap Aileen dengan malas. "Kalau iya kenapa?"

"Sori, Gi. Gue udah punya cewek." Aileen merangkul pundak Gwen. "Nih cewek gue, gimana?"

"Serah lo!"

Satu ruangan tertawa melihat respon Gia. Walaupun ia bisa ngomong dengan biasa, tapi wajahnya memerah menahan emosi.

Memang Gia sudah menyukai Aileen sejak laki-laki itu pindah dari Bandung. Tapi perasaannya tak pernah terbalas.

Padahal Gia itu cantik, banyak cowok yang suka padanya. Tapi apa boleh buat? Aikeen hanya memandangnya sebagai SA.HA.BAT.

"Jadi, lo ngapain ke sini?"

"Nih!" Aileen meletakkan semua bawaannya di atas meja. Ada 3 kantong plastik yang ia bawa.

"Apaan tuh?"

"Buka sendiri. Manja banget lo!" ketus Aileen sambil mendudukkan dirinya di pegangan sofa tempat Gwen duduk.

"Wah! Lo dari Bandung?"

Aileen mengangguk mengiyakan. Laki-laki itu duduk di sofa tunggal dan menarik Gwen untuk duduk di pangkuannya.

Tidak ada penolakan yang Aileen terima. Jadilah mereka duduk berpangkuan dengan tangan yang saling bertautan satu sama lain.

Mungkin jika orang lain yang melihat hal itu, maka orang itu akan mengira mereka adalah pasangan remaja nakal. Tapi hal itu sudah biasa bagi teman-teman Aileen yang memang kebanyakan dati anak-anak nakal.

Contohnya Steve, laki-laki dengan rambut coklat yang sedang menghisap nikotin dari sela-sela bibirnya. Hanya orang tertentu saja yang tahu dia adalah pengedar narkoba, walaupun tidak memakai tetap saja itu salah.

"Lengket bener bro. Udah jalan berapa bulan?" tanya laki-laki di sebelah Andre.

"Lupa. Enam bulan ya, Bi?" jawab Aileen tak yakin. Tangannya sibuk menghitung dengan menggunakan jari Gwen.

"Anjir. Lo gak tahu tanggal jadian lo?"

"Tahu."

"Terus?"

"Lupa." jawab Aileen tanpa rasa bersalah. Membuat cubitan kecil mendarat di pahanya.

"Sakit, Bi." adu Aileen cepat.

"Gayaan lo pake baby-baby segala. Sekalian aja mami-papi atau ayah-bunda kayak adeknya Tio sekalian." Sembur Steve ketika rokoknya sudah habis.

"Jangan sotoy lah! Bi itu nama cewek gue. Baby pala lo peyang."

Steve terkekeh singkat. "Mana gue tahu. Lagian lo manggilnya Bi, ya gue kirain baby."

"Nama lo siapa?" lanjut Steve sambil menatap Gwen yang sejak tadi hanya bisa diam menonton.

"Bi Gwenita Arundati. Panggil Gwen aja."
"Oohh Gwen..."

"Yeu, gak usah sksd lo nying." sinis Aileen lalu memeluk pinggang Gwen posesif.

Diperlakukan seperti itu, Gwen lantas memukul lengan Aileen. Ia risih, apalagi bukan hanya mereka yang ada di sini. Tentu saja Gwen tidak mau dirinya menjadi tontonan.

"Lepasin ih!"

"Hahahaha! Mampus lo. Habisi sekalian Gwen, sampai mati kalau bisa. Bosen gue liat komuknya dia." pekik Aditio.

"Maunya sih gitu,"

Mata Aileen membulat. "Jangan lah. Kalau aku mati nanti kamu sedih, Bi."

"Ngapain sedih? B aja sih."

Seluruh orang dalam ruangan itu tertawa. Terkecuali Gia dan Aileen sendiri.

"Kok kamu ngeselin ya?"

"Enggak tuh." kekeuh Gwen. Gadis itu sudah berpindah duduk ke sofa sebelah yang kebetulan kosong.

"Terserah."

"Yaudah."

"WOII! Urusan rumah tangga jangan bawa-bawa kemari. Tolong diselesaikan secara bijaksana ya?" sahut Andre dari arah belakang.

"Tau tuh alay!" Gia ikut menyahut.

"Alah, kalau cemburu tuh bilang kali, jangan dipendem gitu. Ntar sakit lagi."

"Ih apaan sih. Yang cemburu siapa coba?" elak Gia kesal.

"Sudah, sama Bang Andre aja sini. Dijamin bahagia, aman, damai, dan sentosa lahir batin deh." goda Andre seraya mendaratkan tubuhnya di samping Gia.

"Iya, Gi. Daripada lo nunggu gue, kayaknya gak bakal bisa. Gue udah mentok sama yang ini." Aileen angkat bicara.

"Ntap borr!!"

"Ajegile ini anak. Sejak kapan lo jadi alay gini?"

"Sejak hati ini jatuh ke seorang perempuan yang amat cantik. Eak eak eak!" kata Aileen mulai heboh sendiri. Ia mendekat ke arah Gwen.

"I love you." bisiknya tepat di telinga kanan Gwen.

Namun tidak ada jawaban dari Gwen. Gadis itu hanya diam sambil terus memerhatikan ponselnya seakan tidak mendengar perkataan Aileen.

"Bi?" Gwen memggumam. "Kamu kenapa? Bosen?"

"Iya bosen. Udahan aja gimana?" kata Gwen ambigu. Namun fokusnya masih berada pada ponselnya.

"Maksudnya? Kamu mau pulang?"

Gwen menyimpan ponselnya di saku celana lalu menyenderkan kepalanya di pundak Aileen. Tangannya meraih telapak tangan Aileen yang besar lalu mengecupnya berkali-kali.

"Aku bingung, aku ini masih cinta kamu atau enggak? Kok rasanya mau lepas kamu susah, mau bertahan sama kamu juga susah?" gumam Gwen sangat pelan.

"Ha? Kamu ngomong apa sayang?"

"Aku mau pulang."

Aileen mengangguk. "Lima menit lagi ya? Gak enak baru datang langsung pulang."

"Oke."

..

😘😘
11817
Nn

Playboy's Effect ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang