tujuh belas

11.4K 627 8
                                    

Vote!

Suasana Mall Ratu Indah cukup sepi. Mungkin karena jam tidur siang. Gwen sudah berada di dalam food court bersama dengan keempat sahabatnya.

Tentu saja dia disambut dengan tatapan menjengkelkan dari sahabatnya, terutama Putri yang paling benci menunggu.

"Dari mana?" tanya Melfa langsung saat Gwen baru saja duduk di depannya.

"Ketiduran." jawab Gwen. Ia tidak berbohong kan? Karena tadi dia benar-benar ketiduran.

"Ketiduran atau asik sama pacar baru, heh?" sindir Ani tajam.

"Maksudnya?"

"Kalau mau bohong harus totalitas Gwen. Gak usah pake update insta story."

Alis Gwen bertaut, dirinya semakin bingung. Lantas ia mengecek insta story miliknya.

Matanya membelalak kaget saat melihat ada sebuah instagram story yang dibuat setengah jam yang lalu. Isinya adalah sebuah boomerang antara dia dan Aileen.

"Masih mau ngelak?" Gwen diam. "Udahlah Gwen, mendingan jujur."

"Gue jujur Ani, tadi memang gue ketiduran. Tapi bukan di rumah,"

"Jadi dimana? Di hotel? Lo tidur berdua sama Nando?"

Gwen melotot tak percaya dengan ucapan sahabatnya. "lo kenapasih? Kenapa jadi nuduh yang enggak-enggak?"

Mata Gwen memerah. Hatinya sakit mendengar tuduhan sahabatnya sendiri. Apa ia begitu murahnya di mata Ani?

"Sudah, gak usah nangis. Kalau ada masalah bicarakan baik-baik. Kita sahabat kan? Gunanya sahabat itu bukan untuk menambah masalah, tapi sebaliknya." kata Evan sambil mengelus pundak Gwen.

"Guw bukannya mau nuduh lo sembarangan Gwen. Tapi gue kenal Nando, dia gak cocok untuk lo." ucap Ani yang mulai melunak.

"Enggak Ani, percayalah gue pasti baik-baik aja sama dia."

"Tapi lo gak tau.."

"Udahlah Ni, biar Gwen jalani dulu. Tapi janji kalau ada sesuatu gak usah nyesel." potong Melfa cepat.

Gwen mengangguk sambil sesenggukan, "Iya,"

"Doain aja gak ada apa-apa. Siapatau si Nando-Nando itu tobat kek di novel yang sering gue baca," kata Putri dengan nada bercanda.

"Sori, tapi gue tetep gak setuju lo sama Nando. Cukup Sisil yang disakitin sama dia, gue gak mau ada korban lain. Apalagi Gwen."

Gwen diam, ia tidak bisa marah. Karena dirinya yakin maksud Ani baik, namun caranya menyampaikan yang salah. Tapi ia juga tidak bisa menyetujui, karena rasa cinta pada Aileen perlahan menguasai hatinya. Ia tidak ingin berpisah dari Aileen juga tidak ingin bertengkar dengan Ani. Katakan dia egois.

"Sisil kenapa?" kepo Putri.

"Dia diputusin tiba-tiba sama Nando, dan alasannya ya karena udah dapat korban baru. Padahal udah gue kata-katain, taunya sahabat gue juga." Ani tersenyum sinis. Ia mengangkat kedua bahunya lalu menyantap nasi goreng seafood di hadapannya.

"Ani, emosinya tolong dikontrol. Jangan lupa, Gwen temen lo juga."

"Gue tahu Evan. Justru ini untuk kebaikan semuanya, gue tahu sifat Nando. Ya walaupun dia ganteng, keren, tapi kelakuannya busuk."

Gwen mebanting sendoknya ke piring. Nafsu makannya menghilang. Jadi, ia bangkit meninggalkan teman-temannya.

"Lo kelewatan, Ni."

Ani berdecak, "Enggak. Ini supaya dia sadar kalau Nando itu brengsek."

"Tapi Nando masih pacar Gwen. Gak ada yang mau pacarnya dijelek-jelekin separah itu." Melfa ikut bicara. Dua temannya itu memang pribadi yang keras kepala.

"Kok jadi belain dia? Aku mau yang terbaik untuk dia. Aku gak mau rasain rasanya patah hati, cukup aku aja udah."

Mwlfa terdiam. Ia tak tahu harus membalas apa lagi kalau Ani sudah membahas masa lalunya.

Setahun lalu, Ani hancur. Ia dikhianati oleh pacar dan kakaknya sendiri. Mulai dari situ, ia sangat berhati-hati untuk memilih pasangan.
Ani bangkit dan pergi meninggalkan food court dengan wajah sendu. "Gue pulang."

Tiga orang yang ditinggalkan saling melempar tatapan. "Jadi gimana? Mau nyusul mereka berdua?"

Evan menggeleng, "Gak usah. Mereka butuh waktu untuk sendiri."

"Yaudah kalau gitu,"

..

Keheningan melingkupi mobil. Gwen menutup matanya dengan telapak tangan. Ia memangis dalam diam.

"Kamu kenapa sayang?" tanya Aileen sekali lagi.

Tentu saja ia sangat bingung melihat Gwen yang masuk ke mobil dengan wajah yang basah karena air mata. Apalagi sedari tadi Gwen hanya diam, tidak menjawab.

Lagi-lagi Gwen tidak menjawab, membuat Aileen uring-uringan. Dia mendekat dan menarik tangan Gwen ke dalam genggamannya. Matanya menatap dalam mata merah Gwen.

"Kamu kenapa? Ada masalah sama temen-temen?" Gwen tidak bersuara, tapi kali ini ia mengangguk.

"Mereka marahin kamu karena telat?" Gwen menggeleng.

"Jadi?"

"Kamu.. Kamu gak akan ninggalin aakk. Aku kan Aileen?" kata Aileen susah payah. Matanya masih memerah, tapi air mata sudah tidak lagi mengalir.

"Kamu ngomong apasih? Mereka bilang apa? Ani yah?"

Melihat anggukan samar Gwen, Aileen mendesah pelan. "Dia bilang apa? Dia bilang aku brengsek?"

"Dia bilang. Dia bilang kamu itu gak baik," jawab Gwen pelan.

Tidak bermaksud mengadu, hanya saja sekarang dia butuh mengeluarkan segala kesedihannya. Dan Aileen lah orang yang tepat.

"Aku gak bisa ngelak. Emang aku bukan orang baik, aku brengsek. Tapi cukup kamu tahu, aku serius sama kamu." ucap Aileen seraya menangkup wajah Gwen.

"Kamu percaya sama aku?" Gwen diam, tidak tahu harus menjawab apa.

"Bukan berarti aku nyuruh kamu milih aku atau temen-temen kamu, karena aku tahu kamu pasti milih mereka."

"Enggak, bukannya begitu." potong Gwen cepat. Cukup Ani yang salah paham, jangan Aileen juga.

"Iya aku ngerti. Tapi boleh aku minta sesuatu?"

"Apa?"

"Kedepannya kita gak tahu akan ada masalah apa di hubungan kita, tapi tolong percaya sama aku. Walaupun aku belum sama perasaan aku, yang aku tahu aku mau serius sama kamu. Cinta bisa tumbuh karena terbiasa," jelas Aileen.

Gwen terdiam. Ia terlena dengan ucapan Aileen. Masa bodo jika itu hanya omong kosong dari Aileen. Yang ia tahu, ia tidak mau kehilangan pria itu sekarang.

"I love you, already." bisik Gwen pelan. Aileen tidak menjawab, ia hanya mengecup dahi Gwen singkat lalu melajukan mobilnya ke rumah Gwen.

Playboy's Effect ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang