"Anjing! Lo kenapa senyum-senyum liatin hape?" ujar Aditio-- salah satu teman dekat Aileen.
"Lah? Kok malah makin lebar tuh senyum. Ini beneran lo, man?" Giliran Elton yang merinding melihat tingkah Aileen.
Cowok itu sedang menatap ponselnya dengan senyum menggelikan yang menghiasi wajah Aileen yang basah oleh keringat.
"Mau tau aja atau mau tau banget?" kata Aileen sambil memainkan kedua alisnya naik-turun.
"Talekang!" maki Elton dengan nada geli membuat enam orang yang berada di sana tertawa. Termasuk Aileen.
Tak lama, ponsel Aileen berbunyi lagi. Belum sempat ia menjawab, ponselnya sudah direbut paksa oleh keeper di timnya.
"Cewek baru rupanya. Bi Gwenita? Kayak pernah denger gue." Andre mencoba mengingat-ingat nama tersebut.
"Anjir! Ini adeknya mantan-mantan gua!" pekik Andre histeris.
"Mantan-mantan lo?"
"Dia punya kakak. si Juneta sama si Laras, umurnya gak jauh beda. Dua-duanya mantan gue anjir!"
Tentu saja semua orang di sana tercengang. Apalagi sang pemilik ponsel, Aileen. Menurutnya ini sangat klise.
"Tai lo! Demennya sama yang lebih tua."
"Halah. Gua 18, Juneta 20 terus Laras 22. Gak beda jauh." jeda, "Eh tapi sebenarnya gua mau pacarin lagi adeknya, biar lengkap. Kalau udah bosen kabarin gue ya,"
"Anjing! Sampai lo rebut dia, gue pastiin lo gak bisa ena-ena lagi." Gurau Aileen. Tapi ada nada serius dalam perkataannya tadi. Entah mengapa ia tidak rela jika Gwen diambil darinya.
"Buset dah. Biasa juga lo bagi-bagi mantan lo ke kita-kita."
"Gue mau coba serius sekali." cicit Aileen pelan.
"Tapi gue gak rela lepasin cewe gue yang lain." lanjutnya membuat seluruh temannya tertawa keras.
"Itu bukan serius anjir."
"Ngakak gue tai!"
"Sekali pleboi tetep pleboi."
Aileen hanya mengerdikkan bahunya mendengar respon teman-temannya. Ia lalu bangkit meninggalkan gedung.
..Di luar gedung yang sama, Gwen berteduh di bawah pohon rindang, menunggu Evan yang pergi ke supermarket depan untuk membelikan Nana es krim.
Cuaca siang ini sangat panas. Matahari seakan memamerkan kehebatannya pada dunia. Peluh sudah menghiasi wajah Gwen.
Gwen hanya bisa mengucapkan selamat tinggal pada riasan wajahnya. Padahal ia harus berjuang makeup pagi-pagi saat dirinya masih mengantuk.
Mata Gwen menyipit melihat seorang yang baru saja keluar dari gedung dengan pakaian futsalnya. Otomatis ia berteriak memanggil orang itu.
"AILEEN!!"
Beberapa detik kemudian Aileen menoleh lalu melambaikan tangannya ke arah Gwen.
Kini mereka duduk bersebelahan di bawah pohon. "Ngapain sendirian di sini?"
"Nunggu Evan."
"Kemana dia?"
Gwen menunjuk supermarket di seberang jalan, "Beli sesuatu di sana. Aku diajak, tapi males panas-panas."
"Gak bawa jaket atau topi atau something?"
"Bawa kacamata doang, tapi dipake Evan." Gwen menatap Aileen, "Mau langsung pulang apa gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Playboy's Effect ✔
Teen FictionPLAK! "Kenapa nampar aku?" "Sakit?" "Iya," "Tau apa yang lebih sakit dari itu?" "Apa?" "Tetep cinta sama kamu, walau aku tau. I'm not the only one." .. Bi Gwenita Arundati, perempuan dengan segala keberuntungannya. Ia cantik, kaya, pintar. Namun di...