Kalau ada yg salah atau gak sesuai sama Part awal, tolong kasih tau ya? Saya pelupa soalnya, hehehe.
..
Dua hari berlalu. Semenjak kejadian itu, Aileen berubah menjadi sosok yang pendiam. Tak ada lagi gombalan-gombalan yang biasa menghiasi ruang kelas XI IPS 1.
Hal itu membuat Viona--ketua kelas yang selalu menjadi sasaran empuk kejahilan Aileen-- heran. Walaupun biasanya ia terganggu, tapi perempuan tomboy itu mengaku bahwa kelas sepi tanpa kejahilan Aileen.
Sedangkan orang yang sedang dibicarakan masih asik dengan dunianya sendiri. Membaca novel sambil sesekali menyesap teh botol. Namun fokusnya sama sekali tak ada pada buku. Bisa dibuktikan karena buku tebal bersampul biru itu terbalik.
Deni yang melihat hal itu hanya bisa berdecak sambil menggeleng-gelengkan kepalanya prihatin.
"Eh tedong!" Deni menoyor dahi Aileen pelan. "Lo kenapa sih? Kek orang putus asa ditinggal kawin aja."
"Gak kenapa-kenapa."
"Gigik lo gak kenapa-kenapa. Baca buku terbalik, datang terlambat, tadi pas main kebobolan terus, malah gol bunuh diri lagi." oceh Deni geram.
"Kalau ada masalah tuh diselesaikan, bukan cuma duduk diam galau. Lo gak sepecundang itu kan?" lanjutnya.
"Gue harus ngapain?" tanya Aileen tak yakin. Ia menutup buku di tangannya lalu mengusap wajahnya kasar.
"Sekarang gue tahu. Masalahnya itu ada di elo. Kalau lo berani, pasti masalahnya sudah beres dari kemarin. Kalau lo gini, sampe Upin-Ipin udah SMA juga gak bakalan selesai. Lo tanya kek cewek lo itu kenapa," ocehan Deni berlanjut. Kali ini ada nada serius yang terselip dalam perkataannya.
"Asal lo tahu Den, gue udah tanya sama dia berkali-kali. Dia gak mau jawab."
"Segitu aja perjuangan lo? Katanya cinta." Deni mendengus. "Kalau dia gak mau jawab lo bisa cari tahu sendiri kan? Tanya temen deketnya kek apa kek."
Aileen bangkit dari duduknya dengan cepat. Ia keluar kelas dengan langkah cepat setelah mengucapkan terima kasih ke Deni--teman sebangkunya selama beberapa bulan terakhir.
Kini ia berada di dalam kelas X, berhadapan dengan Ani. Teman Gwen yang sudah berhijab entah sejak kapan.
"Ada perlu apa lo datengin gue?" tanya Ani ketus. Ia tidak peduli dengan tata krama yang diajarkan pada waktu MOS.
Sungguh, ia sangat membenci otang di hadapannya sekarang ini. Orang yang membuat 2 sahabatnya sedih, khususnya Gwen.
"Ni, gue mau nanya. Tolong lo jawab jujur." Aileen menatap Ani dengan tatapan memohon.
"Punya hak apa lo nyuruh-nyuruh gue hah? Gak cukup lo buat temen-temen gue nangis?" kata Ani emosi.
"Gue minta maaf. Demi apapun gue gak ada maksud sama sekali, apalagi buat Bi nangis. Gue cinta dia Ni." lirih Aileen.
Untung saja teman-teman sekelas Ani sedang sibuk latihan upacara untuk Senin besok. Jadi suasana kelas sepi, hanya ada mereka berdua.
"Bullshit, Nand. Kalau lo cinta, lo gak bakalan selingkuhin dia. Atau itu yang lo sebut sebagai cinta?"
Aileen membeku. "Lo bicara apa, Ni? Gue gak ngerti."
"Bahkan untuk mengakui hal yang udah jelas aja lo gak berani? Lo terlalu pengecut, Nand. Gue prihatin sama lo." ujar Ani dengan decakan sinis.
"Ani! Gue tanya lo baik-baik. Apa gak bisa lo jawab dengan jelas aja? Gue udah capek."
"Lo ini pura-pura gak tahu apa gimana?"
Mata Aileen menutup untuk sejenak. Ia menghela napasnya berat. "Gue beneran gak tahu. Mau lo percaya atau enggak, emang itu kenyataannya. Kalau gue tahu juga, gue gak akan capek-capek tanyain ini ke lo. Lo tinggal jawab apa susahnya?"
"Jadi lo beneran gak tahu? Menurut yang Gwen ceritakan, dia udah kasih tahu, walaupun secara gak langsung. Lo itu antara bego atau sok lugu aja. Makanya jadi cowok itu peka."
"Iya gue ngaku gue bego. Sekarang lo bisa kasih tahu gue apa yanh sebenarnya terjadi?"
Lalu mengalirlah cerita itu dari bibir Ani. Walaupun ia menceritakan dengan ogah-ogahan, tapi semua yang dia ceritakan benar adanya. Tak ada yang ia tambah atau kurangi.
Panjang lebar Ani bercerita, hanya ada satu hal yang ditangkap oleh otak Aileen saat ini. "Kalian salah paham."
Ani terkekeh sinis. "Semua sudah jelas dan lo masih mau ngelak? Hebat sekali anda."
"Kalian salah paham. Gue ke Bandung emang untuk ketemu Key, tapi untuk menyelesaikan semuanya. Gue udah putus, di hari yang sama waktu kalian liat gue di sana."
"Putus? Terus lo dapat ciuman itu apa, huh?"
"Lo gak denger apa yang gue bilang setelahnya dengan jelas?" tanya Aileen sambil menahan kekesalannya karena terus menerus dituduh oleh Ani.
"Enggak tuh, penting?"
"Terserah lo. Intinya gue gak ciuman, gue udah putus. Jadi gue mohon bantu gue buat ketemu sama Bi?"
"Buat apa? Lo mau maksa dia buat maafin lo dan balikan? Gitu?"
Lantas Aileen menggeleng dengan cepat. "Bukan gitu. Gue mau jelasin, lanjut atau enggaknya hubungan kami itu gak penting. Yang penting gue gak mau dia salah paham."
"Tapi gue gak tahu mau nolong lo atau enggak. Soalnya gue masih belum sepenuhnya percaya sama omongan Playboy cap kadal kayak lo."
"Tolong, kali ini lo bantu gue Ni. Habis itu, apa aja yang lo minta gue kasih deh." kata Aileen memohon. Masa bodo dengan harga dirinya. Ini semua demi cintanya.
"Kalau gue minta lo jauhin Gwen gimana?"
Mendengar itu, Aileen terdiam dengan segala keputus-asaannya. Baru saja ia bangkit, namun suara Ani menahannya untuk tetap berada di sana.
"Kali ini gue bantuin lo. Tapi inget, ini bukan buat lo. Ini supaya Gwen lebih baik aja."
"Lo serius?" tanya Aileen meyakinkan.
"Yaiyalah. Menurut lo, gue lagi main-main sekarang?" Ani mengangkat sebelah bibirnya. "Besok sore di Cafe depan jubel."
"Makasih banyak, Ni. Gue balik ke kelas dulu. Chat aja permintaan lo apa, gue janji kalau gue bisa, gue pasti kasih."
"Yaelah. Gak usah, gue ikhlas. Lo balik gih, ingat besok jangan terlambat sedetik pun."
"Oke. Sekali lagi makasih ya?"
Ani tidak menjawab. Ia hanya berdeham lalu keluar kelas, meninggalkan Aileen dan berjalan menuju teman-temannya berada.
..
Naaa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Playboy's Effect ✔
Teen FictionPLAK! "Kenapa nampar aku?" "Sakit?" "Iya," "Tau apa yang lebih sakit dari itu?" "Apa?" "Tetep cinta sama kamu, walau aku tau. I'm not the only one." .. Bi Gwenita Arundati, perempuan dengan segala keberuntungannya. Ia cantik, kaya, pintar. Namun di...