Part 26 - Brian is Back

2.8K 242 2
                                    

Aku dan Mijoo keluar dari dalam kelas setelah mata kuliah berakhir. Namun di tengah jalan kami memutuskan untuk berpisah, karena kebetulan hari ini Mijoo dijemput oleh Jinyoung dan terpaksa harus meninggalkan aku sendirian. Lagipula aku tidak berniat untuk menjadi the third wheel diantara mereka berdua.

Aku berjalan sambil sesekali memperhatikan orang-orang di sekitar. Kulihat beberapa pasangan kekasih yang berlalu lalang di kampus ini, dan hal itu membuat hatiku berdenyut nyeri.

Bohong jika aku mengatakan tidak iri pada tiap pasangan yang selalu bersama di manapun mereka berada. Aku pun ingin seperti itu, tapi sayangnya beberapa hari ini Taehyung selalu sibuk dengan urusan pribadinya.

Sejak hari dimana Ayah kandungnya mendatangi Taehyung dan mengatakan akan mewariskan semua harta miliknya pada putra satu-satunya itu. Bahkan Taehyung belum menghubungiku selama tiga hari ini. Menyebalkan.

"Kim Taehyung, aku merindukanmu!" kataku sambil menghentakkan kaki. Orang-orang di sekitar melempar pandangan aneh ke arahku setelah ucapan spontan itu keluar begitu saja. Aku tidak peduli dan kembali melanjutkan langkah kakiku.

Setidaknya aku masih bisa menghirup udara segar sore ini dan merasakan kedamaian dalam tiap hembusan angin yang menerpa kulit tubuhku. Meskipun dengan perasaan yang masih diselimuti kesedihan, aku berusaha sabar dan tidak ingin merana berlarut-larut.

Aku hendak melangkah lagi. Namun satu tangan menahan pergerakanku. Aku sontak menoleh pada orang itu dan mendapati seseorang yang aku kenal betul telah berdiri di hadapanku.

"Sudah lama sekali kita tidak bertemu."

Aku meneguk ludahku dan berdeham untuk mengontrol ekspresi keterkejutan. Laki-laki itu menyeringai tipis, sementara aku hanya membalas dengan tatapan tidak suka.

"Ada urusan apa kau kemari? Bukannya aku sudah mengatakan, aku tidak ingin melihatmu lagi. Apa kau sudah lupa itu?"

Aku berkata dengan penuh penekanan, tapi tanpa disangka lelaki itu melakukan pergerakan yang tidak terkira. Dia mengambil satu tanganku yang terkulai dan mengenggamnya dengan lembut.

"Aku mohon maafkan aku, Jiae. Aku sadar jika selama ini aku sudah melakukan kesalahan yang besar. Aku telah merusak kepercayaanmu dan bahkan hubungan pertemanan kita. Aku ingin kita bisa seperti dulu lagi dan bisa menjadi Brian Kim sahabatmu yang dulu."

Aku berdecih mendengar ujaran Brian yang membuat telingaku serasa nyeri. Dia kira aku bisa percaya semudah itu dengan semua kata-katanya. Tidak Brian.

"Lepaskan aku!" sergahku yang langsung menarik kembali tanganku yang digenggam olehnya.

"Aku memaafkanmu Brian, tapi sayangnya aku tidak berkeinginan untuk dekat denganmu lagi. Sejujurnya aku masih kecewa padamu dan belum bisa melupakan semuanya, jadi aku mohon untuk tidak berusaha menemuiku lagi. Kita bisa hidup di jalan masing-masing sekarang."

Selama berkata, tidak sedikitpun aku berniat untuk membalas tatapan penuh Brian terhadapku. Bagiku dia bagaikan orang asing yang sama sekali tidak aku kenal dengan baik. Meskipun di mulut aku telah memaafkan Brian, namun sesungguhnya itu belum seratus persen kejujuran.

"Baiklah, aku akan berusaha menerima semua keinginanmu. Namun aku harap jika seandainya kita bertemu lagi, kau tidak mengacuhkan aku layaknya orang asing. Setidaknya sapaan seorang teman sudah cukup bagiku." ujar Brian.

Aku memperhatikan wajah Brian yang terlihat bersedih. Aku jadi tidak tega melihatnya seperti ini. Bisa dikatakan aku orang yang mudah tersentuh dengan lirihan yang terdengar menyedihkan. Aku menghembuskan nafas sebelum mengangguk pelan menyautinya.

PSYCHO [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang