|TBL:Chapter 1|

25.7K 1.8K 74
                                    


Hari ini adalah hari yang cerah. Matahari bersinar terang, dan teriknya sanggup memerahkan kulit Keola yang memang sedikit sensitif terhadap cahaya matahari. Pohon-pohon memang tersebar banyak di kampusnya. Tapi, itu tidak lantas menghindarkan tubuh Keola dari aktifitas mengeluarkan peluh...dan gadis itu benar-benar hampir mencapai batas kesabarannya. Ia paling benci berkeringat, dan kepanasan. Apalagi jika itu terjadi di saat ada petir yang menyambar di siang bolong seperti ini.

"Dy...gue enggak tahu lagi, deh." Keola menghabiskan es teh manisnya, lalu membuang gelas plastik yang menjadi wadah tehnya itu ke tempat sampah yang sedang ia lewati. "Kayaknya gak ada cara lain selain cuti."

"Eits! Cuti melulu pikiran lo-Jangan gitu lah, La. Cepet banget semangat lo padam?"

"Gimana enggak padam kalau bagian keuangan jurusan aja udah galak gitu, Dy?"

Dyah merapikan anak-anak rambutnya yang keluar dari lindungan jilbabnya yang setengah lembab karena menyerap keringat. "Hmm...sebenernya, sih...Tante gue lagi nyari orang buat kerjaannya dia."

Keola membelalakkan kedua matanya, seraya menoleh ke belakang. Dyah yang berjalan di belakangnya sambil memeluk map besar berwarna kuning, spontan menghentikan langkahnya saat menerima pandangan sahabatnya yang seperti itu.

"Yaudah, gue mau!"

"Duh...masalahnya, nih...pekerjaannya agak berat deh, La." Dyah terdengar tidak yakin. Ia mulai menyesal telah mengatakan informasi barusan pada Keola. Kalau bisa memilih, Dyah akan membantu Keola melunasi biaya kuliahnya. Masalahnya, dia hanya mahasiswi biasa yang juga sedang sama-sama berjuang meraih toga kelulusan bersama Keola. Dia belum bekerja, dan tabungannya bahkan tidak mencukupi setengah dari biaya kuliah yang dibutuhkan Keola. Ah...seharusnya kemarin dia tidak buru-buru membeli I-Phone 7...

"Lo kayak enggak kenal gue aja, Dy..." Keola bersungut. "Apapun gue lakuin. Gue enggak masalah seberat apapun pekerjaannya-asalkan halal, dan gue enggak perlu jual diri."

"Amit-amit jabang bayi, La...." Dyah mennunjukkan ekspresi jijik. "Ya kali, sih? Gue mau jual elo? Jual kemana? Lebaran kurban masih lama!"

Mungkin kalau ia sedang tidak berada di situasi genting. Keola akan menimpali humor receh Dyah padanya. Hanya saja, perhatiannya saat ini benar-benar terfokus pada topik mengenai Tante-nya Dyah yang mencari orang untuk melakukan sebuah pekerjaan.

Tante nya Dyah, Tante Mira, memiliki sebuah usaha penyalur asisten rumah tangga dan pengasuh anak. Sudah sangat terkenal di wilayah Jabodetabek. Bahkan, ada yang menghubungi dari luar pulau Jawa. Bisa jadi pekerjaan yang Dyah maksud tidak jauh-jauh dari situ.

Sebelum ini, Keola belum pernah bekerja sebagai asisten rumah tangga atau pengasuh anak. Biasanya, Keola hanya mengambil pekerjaan paruh waktu di Cafe, penjaga toko elektronik, atau guru les SD-SMA. Jadi, kalau benar Keola akan menerima pekerjaan ini...Keola harus berhati-hati agar tidak memalukan Tante Mira.

Dyah menghela napas panjang. Kalau Keola sudah menginginkan sesuatu, tidak akan ada seorang pun yang bisa menghalangi sahabatnya itu kecuali Tuhan, dan logikanya yang tiba-tiba bekerja dengan baik dan menyadarkannya. "Oke...sekarang, lo ikut ke rumah Tante Mira. Lo ngomong sendiri, deh, sama dia..."

Dyah benar-benar berharap, Tante nya itu akan menolak Keola...mungkin juga memberi sahabatnya itu wejangan supaya pintar-pintar memilih sesuatu yang akan dilakukan apalagi jika menyangkut urusan uang.

Tamed By LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang