Happy reading!
Keola merasakan tatapan membekukan dari Arvin, saat pria itu dengan terang-terangan sengaja menungguinya di depan lift kamar.
"Pagi, Pak..." Keola berusaha mencairkan suasana dengan senyumannya, meskipun ia tahu itu sia-sia.
"Kamu telat setengah jam, Keola." Arvin mengetuk-ngetuk jam tangannya. "Ini sudah jam macet." Kemudian Arvin masuk ke dalam lift, setelah sebelumnya menarik Keola keluar dari sana. "Vania belum sarapan. Sebentar lagi dia bangun."
Dan pintu lift pun tertutup.
Keola menghembuskan napas lega. Selama perjalanan menuju apartemen, Keola benar-benar was-was Arvin akan mengucapkan kalimat pemecatan seperti kemarin. Kalau saja Keola tidak ketiduran di kereta sampai-sampai terlewat dua stasiun dari stasiun tujuannya, dia tidak akan terlambat.
Suara pintu yang terbuka pelan, menarik perhatian Keola. Vania baru saja keluar dari kamar. Gadis kecil itu ikut menyeret selimut tidurnya keluar dari kamar.
"Selamat pagi!" Keola menghampiri Vania, menggendong gadis itu kemudian ia dudukkan di sofa ruang tengah. "Lapar, ya? Aku ke kamar mandi dulu sebentar, ya...habis itu langsung ku bikinin sarapan," ujar Keola, menghidupkan TV dengan remote.
Setengah berlari, Keola bergegas menuju kamar mandi yang terletak di samping ruang makan yang menyatu dengan dapur. Keola bermaksud mencuci muka untuk menghilangkan sedikit kantuknya yang semakin kuat.
Dinginnya air wastafel yang membasahi wajah Keola, lumayan menghilangkan rasa kantuknya. Setidaknya wajahnya jadi terlihat lebih segar, tidak seletih saat ia berkaca pada kaca wastafel sebelum mencuci mukanya. Ya Tuhan..., jadi tadi ia menghadapi Arvin dengan wajah seperti itu?-pikir Keola, membayangkan wajahnya sendiri.
Keola baru saja membuka dompet make up nya, saat suara peraduan besi dari lubang kunci pintu kamar mandi terdengar begitu keras. Tidak butuh waktu lama bagi Keola jika seseorang menguncinya dari luar. Siapa lagi kalau bukan Vania? Anak itu sedang tertawa terbahak-bahak di luar sana.
***
Jangan salahkah Keola yang terlalu mengantuk. Salahkan kamar mandi yang sangat mewah ini, dan memiliki bath up di dalamnya. Alih-alih kesal dan melanjutkan berteriak memanggil Vania untuk membukakan pintu, setelah sebelumnya ia telah berteriak kurang lebih empat atau lima kali memanggil nama Vania, Keola justru tertidur di dalam bath up.
Kalau bukan Vania yang menggoyang-goyangkan tangannya agar bangun, Keola pasti masih tertidur nyenyak di dalam sini. Ya, gadis kecil itu membukakan pintu untuk Keola dengan sendirinya, karena perutnya sudah sangat-sangat lapar. Tanpa Keola, dia tidak akan mendapatkan makanan apapun.
"Maafin Vania, ya, Kak..." Vania terdengar seperti hampir menangis. "Lapar, Kak..." Sekali lagi ia menggoyangkan tangan Keola, seraya menariknya, menyuruh Keola agar segera meninggalkan kamar mandi dan membuatkan sesuatu untuk ia makan.
Keola tertawa kecil. Ia mengusap-usap kepala Vania. "Lain kali jangan gitu lagi, ya," katanya.
Usai menaruh tas selepas keluar dari kamar mandi. Keola dan Vania sama-sama mengecek bahan-bahan makanan di dalam kulkas. Keduanya sama-sama berdecak kecewa saat tidak menemukan satu bahan makanan pun yang bisa di masak. Mungkin Arvin sendiri lupa kalau dia belum menyetok bahan-bahan makanan. Bahkan tidak ada satupun cemilan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tamed By Love
RomanceSinopsis Keola. Seorang gadis berusia 23 tahun yang sedang menempuh pendidikan sarjana di salah satu universitas negeri di Indonesia. Ia adalah anak yatim yang merantau jauh-jauh dari kota kelahirannya demi meraih kehidupan yang lebih baik. Hidup...