|TBL:Chapter 2|

11.9K 1.4K 39
                                    

Karena kemarin belum sempat ucapin makasih (lupa nulis hehe) aku ucapin makasih buat Melan yang udah bikinin aku cover cantik!

Happy reading!

"Jadi...udah ketemu sama yang namanya Arvin itu?" Dyah bertanya dengan penuh semangat.

"Udah..." jawab Keola. "Orang tajir melintir-sumpah, Dy...apartemennya-ya Tuhaan!" Keola sedikit histeris. "Gue baru kali ini lihat sendiri, tempat tinggal orang-orang kaya-duh, nggak kebayang dia bayar itu apartemen pakai berapa koper buat nampung duitnya."

"Ya transfer dong, La-atau biasanya sih, pakai cek gitu..." Dyah menyesap coklat panasnya perlahan, kemudian mengambil satu keping biskuit lalu mengunyahnya. "Ganteng nggak? Kata Tante umurnya masih muda walaupun udah ada anak satu..."

Keola mengangguk mantap. "Ganteng-Lo tahu, kan? Gue bukan tipikal yang gampang menilai seorang cowok itu ganteng. Nah, kalau gue yang susah bilang ganteng ke cowok ini menyebut seseorang ganteng...berarti..."

Dyah membuka mulutnya membentuk huruf 'A' lebar. "DOI GANTENG BANGET!"

"Nah!" Keola menjentikkan jarinya di udara, sebelum mengambil gelas es kopinya dan meminumnya.

"Kenapa nggak sekalian lo pacarin aja?"

Mendengar ide gila Dyah, Keola hampir saja tersedak. "Nggak mau, ah! Udah ada buntutnya gitu-"

"Iya terus? Toh dia masih muda, La. Udah gitu dia tajir...kalau lo jadian sama dia, dia pasti mau bayarin uang kuliah lo. Lo juga nggak harus kerja sama dia lagi, dia bakalan kasih duit bulanan buat elo!" cerocos Dyah, panjang lebar. Pernyataan Dyah yang gamblang itu membuat ia yang biasanya berpikir lurus jadi terdengar seperti cewek matrealistis.

"Dyah! Kok jadi matre gitu?" Keola tertawa. "Tunggu sampai Ardhi dengar yang lo omongin tadi-wah..romannya bakalan berhenti di tengah jalan nih taaruf."

Mendengar nama Ardhi disebut-sebut, Dyah jadi sedikit gelagapan. "Jangan dong, La...dimana lagi cari cowok kayak gitu yang mau sama gue?" katanya, dengan wajah memelas, sebelum menyesap minumannya lagi. "Lo kapan mau cabut?"

Keola melirik jam tangannya. "Sekarang, deh! Kalau telat, bisa-bisa gue batal tuh diterima kerja di situ," katanya, sambil buru-buru menghabiskan minumannya, kemudian memakai tas punggungnya. "I'll see you soon, Beb!" Keola mengecup pipi kanan dan kiri Dyah, dan segera melesat menuju pintu keluar cafe.

***

"Maaf, Pak...tadi ada kecelakaan di pengkolan ujung sana." Keola memasang tampang bersalah. "Jadi, tadi saya harus lari dulu...kalau nunggu di gojek takutnya semakin telat, Pak."

Pak Hadi. Laki-laki yang sudah terlihat sangat berumur yang sedang dimintai maaf oleh Keola, hanya meloloskan desahan pendek. "Iya...tadi saya lihat kamu lari-lari. Saya juga baru datang, sama-sama kena macet juga," ujarnya, seraya menepuk pelan pundak Keola. "Kamu segera ganti seragam. Minta sama Mas Panca di belakang. Dia yang simpan seragam kamu. Kalau sudah, kamu bantu-bantu di counter. Lagi banyak pelanggan."

Senyum sumringah pun terlukis di wajah Keola. Dia benar-benar khawatir akan merusak hari pertama kerjanya di cafe ini. Untung saja, Bos-nya tidak segalak Kokoh Liem, pemilik toko elektronik tempat Keola bekerja sebelum ini.

Tanpa menunggu lama. setelah mengucapkan banyak terima kasih pada Pak Hadi. Keola bergegas menuju ruangan Panca. Manajer merangkap HRD, yang kemarin menelepon Keola dan memberitahukan kalau Keola lulus seleksi bekerja paruh waktu di sini.

Tamed By LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang