|TBL:Chapter 16|

7.5K 1.1K 111
                                    

Happy reading! Untuk pembaca Prosecution, Babang Ben update siang ini ya! Double update, muehehehe~ yang belum baca Prosecution, gih buruan baca sekarang >.<

"Kasihan ya Vania. Masih kecil tapi sudah merasa ditinggal Ibu...." kata Ria, di sela-sela kegiatannya mengaduk-aduk sop yang baru mendidih.

Keola memperlambat gerakan memotong-motong timun untuk dijadikan acar. "Yah...gitu deh, Bu," timpalnya, seraya menoleh sekilas kepada Ria yang berdiri di depan kompor. "Ola gak ngerti kenapa mereka bisa bercerai—tapi, bukan urusan Ola juga, sih..."

"Jelas itu urusan kamu, La." Ria membalas. "Kamu harus tahu paling gak sedikit aja, gak usah terlalu dalam. Beda cerita kalau Arvin itu laki-laki yang belum pernah menikah. Terserah dia mau menceritakan masa lalunya atau tidak, karena masa lalu tetaplah masa lalu. Terkadang ada baiknya untuk menghargai mereka yang memilih mengubur masa lalu dalam-dalam."

Keola memasukkan hasil potongan timunnya ke dalam wadah plastik sedang, lalu mengambil wortel yang sudah dikupas untuk dipotong-potong menjadi ukuran yang sama dengan timun yang sudah ia potong. "Keola bingung nanyanya gimana...."

"Ya tinggal tanya. Cari waktu yang pas," sahut Ria, cepat. "Nih, mumpung sekarang Ibu lagi masak kayak gini, kamu ajak aja dia ngomong."

"Ola kan lagi bantu Ibu..."

Ria menggeleng, mendekati Keola, lalu memegangi bahu anak semata wayangnya itu, mengarahkan Keola berjalan keluar dari dapur. "Ibu udah biasa masak sendiri. Sana-sana!"

Keola melengos. Tadi Ibunya memaksa-maksa ingin dibantu memasak, sekarang malah mengusirnya untuk mengorek-ngorek masa lalu Arvin.

Dengan langkah ragu-ragu, Keola berjalan memasuki ruang keluarga. Di sana, Arvin sedang duduk sambil memainkan hpnya. Pria itu tersenyum saat menyadari kedatangan Keola, dan segera bergeser memberi tempat kosong untuk Keola bisa duduk di sampingnya.

"Udah selesai bantuin Ibu?" tanya pria itu, mengusap-usap bahu Keola. Sikap Arvin memang langsung berubah total begitu Keola mengiyakan ajakannya untuk mulai berpacaran.

"Udah...." jawab Keola, merebahkan punggungnya di sandaran sofa. Sebenarnya dia ingin sekali bersandar di bahu Arvin, tapi Keola masih malu-malu.

"Capek, ya? Istirahat gih. Nanti adzan dzuhur aku bangunin," kata Arvin, sambil memijit-mijit pelan lengan Keola. Ah iya...Arvin bahkan sudah tidak menggunakan kata 'saya' lagi.

Keola menatap Arvin lekat-lekat, "Vin...aku mau nanya deh sama kamu. Tapi kamu jangan marah ya?"

Arvin mengernyit heran, "mau nanya apa? Kok serius banget?"

"Kamu kenapa bisa cerai sama mantan istri kamu?"

Seketika wajah Arvin berubah datar, sampai-sampai Keola menyesal telah bertanya. Mungkin seharusnya dia memang tidak bertanya sekarang. Lebih baik menunggu sampai pria itu sendiri yang menceritakan masa lalunya.

"Sebenarnya aku belum siap nyeritain ini sekarang, tapi karena kamu udah bertanya duluan, ya..." Arvin menarik napas dalam-dalam, "...tiap ingat apa yang dia lakukan dulu, sesaknya masih terasa. Tapi bukan berarti karena aku masih punya perasaan sama dia..."

Keola menunggu dengan sabar sampai Arvin siap bercerita.

"Namanya Eva." Arvin memulai pembicaraan dengan menyebutkan nama mantan istrinya lebih dulu. "Dia dulunya pengacara terkenal. Benar-benar sibuk dan jarang ada di rumah. Vania dulu sering banget dititipkan di rumah Mama." Arvin menoleh sekilas ke arah Keola, lalu tersenyum, "jadi inget, kita harus susun jadwal buat ketemuin kamu sama Mama."

Tamed By LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang